Siklus Tak Berujung

1030 Kata

Mira buru-buru berdiri, mengabaikan tatapan khawatir rekan-rekannya. Tanpa berkata apa-apa, ia mengambil ponselnya dari lantai, menggenggamnya erat, lalu berjalan cepat menuju kamar mandi kantor. Langkahnya sedikit goyah, napasnya masih memburu, dan pikirannya masih berputar-putar tanpa kendali. Begitu sampai di dalam, ia mengunci pintu rapat-rapat, bersandar pada dinding dingin, lalu menghela napas panjang, seolah berusaha meredakan guncangan di dadanya. Tapi anehnya, semakin ia mencoba menenangkan diri, semakin sesak perasaannya. Tahu-tahu, air matanya jatuh. Awalnya hanya setetes. Lalu perlahan semakin deras, hingga akhirnya Mira menangis tanpa suara, menutup mulutnya agar isakannya tak terdengar ke luar. Ia benci merasa seperti ini. Ia benci bagaimana setiap kali ayahnya menelepon

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN