Tegas

2150 Kata

Pagi itu matahari merambat perlahan melewati kisi-kisi jendela rumah Nayla, menyebarkan semburat hangat di seluruh sudut ruangan. Udara cukup tenang, dan meskipun hari itu hari Sabtu—hari yang biasa jadi waktu berkumpul dan penuh tawa di rumah kecil mereka—entah kenapa pagi ini justru terasa lengang. Hanya ada suara sesekali dari dapur, bunyi penggorengan beradu, dan aroma harum dari camilan yang tengah dimasak Nayla. Rumah itu, meski tak besar, telah menjadi tempat aman dan nyaman bagi keempat perempuan dewasa yang memutuskan tinggal bersama. Keputusan itu bukan hanya soal berbagi tempat, tapi juga soal berbagi luka, tawa, mimpi, dan perjuangan. Setelah masa-masa sulit yang mereka hadapi masing-masing, entah karena cinta, pekerjaan, atau keluarga, akhirnya mereka menemukan rumah yang bis

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN