"Kapan pulang, Sa?" Suara Nayla terdengar pelan namun jelas di seberang telepon. Ada sedikit nada khawatir di sana, meski ia berusaha menyembunyikannya. Di ujung sana, Raisa menghela napas pelan sebelum menjawab, "Kayaknya sampai magrib sih, Nay." Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir pukul lima sore. Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikannya sebelum ia bisa benar-benar beranjak pulang. "Kamu gak apa-apa sendirian di sana kan? Bibi udah balik ya?" tanyanya, memastikan keadaan di rumah. "Ya, udah balik," jawab Nayla, suaranya terdengar sedikit lebih santai. "Kamu hati-hati aja. Aku gak apa-apa sendirian." Raisa tersenyum kecil meski Nayla tidak bisa melihatnya. Ia tahu adiknya itu berusaha terlihat kuat, tapi ia tetap merasa sedikit bersalah meninggalkannya sendi

