"Aku udah nelpon Raisa. Tapi gak diangkat. Kayaknya masih di jalan," kata Nayla dengan nada sedikit khawatir. Ia melirik layar ponselnya yang masih menampilkan panggilan yang tak terjawab. Sudah dua kali ia mencoba menghubungi kakaknya, tetapi tidak ada jawaban. Di seberang telepon, Luna menghela napas pelan, berusaha mencerna situasi. "Terus gimana?" tanyanya. "Kamu bukain itu pintunya buat Akbar?" "Iya," jawab Nayla polos, tanpa berpikir panjang. Ia tidak merasa ada yang aneh dengan kehadiran Akbar di rumah. Baginya, Akbar hanyalah sosok yang familiar, seseorang yang dulu sering datang dan mengobrol dengan Raisa. Yang Nayla tidak tahu adalah bahwa hubungan mereka sudah berakhir. Tak ada yang memberitahunya-mungkin karena mereka pikir itu tidak terlalu penting untuk dibicarakan dengann

