bc

Teruntuk Catherina

book_age12+
177
IKUTI
1K
BACA
possessive
badboy
goodgirl
sweet
school
sassy
affair
selfish
stubborn
like
intro-logo
Uraian

Jika kamu memiliki pacar yang lebih memprioritaskan sahabatnya. Apa yang akan kamu lakukan? Apalagi setelah tau bahwa dirimu hanya sebatas pelarian saja.

Masih sanggupkah bertahan dengan alasan klise bahwa kamu sangat mencintai dia, sedangkan dia hanya mencintai kamu 1/4 saja dari rasa cinta kamu untuknya.

Jadi, apa pilihanmu. Bertahan atau melepaskan?

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1
"Rasaku memang tertuju padamu, namun balasanmu membuatku sedikit kurang percaya diri. Aku sering berpikir, bahwa rasamu tak pernah sepenuhnya kepadaku." Catherina Asmara. ****** Catherina Asmara. Gadis berwajah imut, berkulit putih pucat, memiliki alis tebal, hidung mancung dan juga kedua lesung pipit. Dia sering disapa dengan panggilan Kate.  Sedari berpakaian, Kate tidak henti-hentinya tersenyum. Hari ini, Rafa lelaki yang selama satu tahun ini menjadi pacarnya akan mengajaknya untuk berangkat sekolah bareng, alias Rafa akan menjemput Kate. Setelah memakai pita berwarna tosca. Kate mengambil ponselnya yang berdering. Raut wajah berseri-seri itu perlahan menghilang, tergantikan tatapan murung pertanda bahwa dia kembali kecewa untuk kesekian kalinya. Mood Kate jelas saja sudah sangat buruk setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Rafa. Lelaki itu mengatakan bahwa tidak bisa menjemputnya hari ini, karena alasan yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Bahwa sahabat tersayangnya yang bernama Kayla, tidak ada yang mengantarkan ke sekolah. Jadi terpaksa Kate kembali harus mengalah, dan membiarkan Rafa bersama Kayla. Kate mengambil tas sekolahnya, lalu keluar dari kamarnya yang memang terletak di lantai satu. Kate menghampiri mamanya yang duduk di sofa ruang tamu. Pandangannya memang terarahkan ke layar televisi. Namun pikirannya tidak tertuju ke sana. Semenjak abangnya meninggal karena ikutan balapan liar setahun yang lalu. Sejak itulah mama Kate memiliki dunianya sendiri. Alias, wanita ini depresi. Dia sering menganggap bahwa Karel masih hidup dan itu sangat menyiksa Kate melihat keadaan mamanya. Kate mengusung senyum tipis, mendekati mamanya, berjongkok, lalu dia mengambil tangan kanan mamanya dan menyalaminya, lalu berkata. "Kate berangkat dulu, Ma. Papa udah nunggu di luar." Wanita paruh baya itu perlahan mengalihkan pandangannya kepada Kate yang sudah berdiri dengan tersenyum lebar. "Kok bareng Papa? Biasanya kamu sama Karel. Dia masih belum bangun?" Lagi, Kate selalu ingin menangis setiap kali mamanya berbicara seperti ini. Namun sebisa mungkin, dia tetap harus berakting. Agar mamanya tidak berteriak di pagi hari seperti sekarang. Dia tidak ingin melihat mamanya tersiksa dengan cara masih tidak bisa menerima kepergian kakaknya. "Aku yang kesiangan, Ma. Kak Karel udah berangkat duluan. Jadi aku berangkat sama Papa aja." "Oh gitu. Ya sudah, nanti di sekolah pastikan kalau Karel sarapan ya. Soalnya Mama gak lihat dia sarapan tadi pagi. Bilang juga kalau pulang sekolah langsung ke rumah, jangan keluyuran sampek malam " "Siap, Ma. Nanti Kate bilang kalau ketemu Kak Karel." Meskipun nyatanya Kate tidak akan pernah bisa memberitahukan hal tersebut. Kate menciumi pipi mamanya, lalu memutuskan untuk segera menemui papanya yang sudah menunggu. Beruntung saja hari ini papanya belum berangkat ke kantor saat Rafa memberitahukan tidak jadi menjemputnya. Kalau tidak, Kate tidak tau harus harus berangkat sekolah dengan siapa. **** Kate melambaikan tangannya saat mobil papanya kembali melaju meninggalkan gerbang SMA Cleopatra. SMA Cleopatra adalah salah satu sekolah swasta favorit. Biaya bersekolah di sini bisa dibilang sangat mahal. Kate awalnya tidak ingin merepotkan orang tuanya dengan ikutan sekolah di sini, karena dulunya Karel juga bersekolah di SMA ini. Namun karena mamanya terlalu khawatir Kate akan dijahati, atau dibulli. Mamanya memaksa agar Kate bisa satu sekolah dengan Karel. Istilah lainnya, Karel akan bisa menjaga Kate. Baru memasuki area koridor. Seseorang datang dari arah belakang, dan langsung merangkulnya. "Sendiri, Rafa mana? Bukannya dia jemput kamu ya hari ini?" Kate menatap sekilas ke arah Leo yang merupakan kakak kelasnya, sekaligus abang kandung Rafa, dan Leo juga sahabat terdekat abangnya. Jadi dirangkul seperti ini sudah menjadi hal biasa bagi Kate. "Tanyain adiknya aja. Kenapa tiba-tiba gak jadi jemput. Aku lagi gak mood buat bahas dia sebenarnya, Kak." "Karena Kayla lagi?" Leo melepaskan rangkulannya dan mereka berjalan beriringan. "Siapa lagi yang bikin Rafa selalu batalin janji, kalau bukan sahabat tercantiknya." "Kamu cemburu?" Cewek mana yang tidak cemburu melihat pacarnya selalu memilih sahabatnya, dan menomor duakan dirinya. Kate tidak membenci Kayla. Dia tidak punya alasan untuk melakukan itu, Kayla baik, pintar, ramah, dan pastinya sangat cantik. Hanya saja Kate sering kesal, karena Kayla seolah tidak pernah memberikan waktu agar dirinya bisa bersama Rafa. Namun Kate bisa apa? Rafa juga akan selalu memilih Kayla dibandingkan dirinya. "Kok malah diam. Lagi nyari jawaban yang pas buat bohongi perasaan kamu?" Kate tersadar dari lamunannya, "Aku gak akan berusaha untuk jadi cewek munafik, dengan mengatakan bahwa aku gak cemburu. Jelas saja aku sangat cemburu sekarang, Kak. Tapi aku gak bisa apa-apa, karena Rafa gak pernah milih aku." Kate bisa dibilang memiliki karakter yang blak-blakan. Dia sering kali mengungkapkan apa yang dia rasakan, tanpa berniat menutupinya sama sekali.  Kate adalah tipikal cewek yang susah peka. Dia jarang meng-kode cowok karena dia tidak memahami kode. Karena itu juga Kate selalu berkata terus terang mengenai keadaan dan permasalahannya. "Kantin yuk, Kakak yakin kamu belum sarapan." "Ayuk," ucap Kate. Dia memang merasa lapar, daripada tidak bisa konsen belajar. Ya lebih baik ikut saja dengan Leo. Pemandangan yang pertama kali dia lihat saat sudah sampai ke kantin adalah kebersamaan Rafa dan Kayla. Mereka terlihat sedang asik suap-suapan. Momen romantis antar sahabat di pagi hari. Kate membuang muka untuk menutupi rasa cemburunya. Dia memilih mendekati salah satu stan yang menjual aneka makanan. Melihat pemandangan seperti itu membuatnya semakin lapar saja. "Kakak mau makan nasi?" tanya Kate. "Gak deh. Lagi gak pengen. Mau makan roti aja kayaknya." "Oke deh, kita samaan. Mau rasa apa?" "Kamu rasa apa?" Leo balik bertanya. "Rasa yang pernah ada." Leo tertawa, begitu juga dengan Kate yang mencoba menghibur dirinya sendiri. "Serius, Kate." "KUA belum buka jam segini, Kak." "Hadeuh. Rasa cokelat aja deh." "Oke." Kate mengambil dua roti rasa cokelat, dan dua botol air mineral. Kate menolak saat Leo ingin membayar makanannya. Setelah mendapatkan makanan masing-masing, Leo memutuskan mengantarkan Kate sampai ke kelasnya. "Nanti pas istirahat mau latihan sama anak Band. Kamu duluan aja ke kantin, gak usah nungguin Kakak segala, ya." "Siapa juga yang mau ditemani Kakak, kepedean banget sih jadi orang." Kate sengaja mengusili Leo untuk melihat eskpresi cowok itu. "Ya udah kalau gitu, gak minta ditungguin kok." Leo berujar dengan nada datar. "Ngambek? Cuma bercanda kok. Semangat latihannya Kak Leo. Aku bisa ke kantin sama Vanilla kok." "Oke deh, Kakak mau ke kelas dulu." "Siap." Kate menatap punggung tegap Leo yang berjalan semakin menjauh. Dia memang berpacaran dengan Rafa, namun yang selalu ada untuknya memang Leo. Kate tidak tau entah kenapa Leo sangat baik kepadanya. Mungkin karena Leo sudah menganggapnya sebagai adik sendiri. Apalagi Leo pernah berjanji kepada Karel. Bahwa dia akan selalu ada untuk Kate dan memastikan bahwa Kate akan selalu bahagia dan baik-baik saja. Kate bersyukur karena bisa mengenal Leo selama hampir tiga tahun ini. Kate menyayangi Leo seperti dirinya menyayangi Karel kakaknya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook