Chapter 3

1107 Kata
"Kalau perpisahan adalah jalan terakhir untuk kisah ini. Aku siap melepaskan kamu untuk dia." ****** Kate sedang berbaring di tempat tidurnya. Malam Minggu Kate memang selalu seperti ini. Di rumah, tiduran, membaca novel. Itulah kegiatannya meskipun dia memiliki pacar bernama Rafa Rakenandra. Memiliki seorang kekasih, tapi bagi Kate dia tetap seperti remaja yang tidak memiliki pasangan. Biasanya Rafa juga jarang menelepon dirinya, cowok itu lebih asik dengan PS-nya. Hmm, begitulah jadinya Kate. Jalan bersama bisa dihitung jari, chattingan juga jarang. Kecuali kalau Rafa memang sedang tidak berniat untuk bermain PS. Kate juga bingung dengan dirinya sendiri. Entah kenapa dia bisa secinta ini kepada Rafa. Padahal ada beberapa lelaki di luar sana yang mau menjadi pacarnya. Mungkin karena cinta makanya dia bisa jadi sebodoh ini. Kate terkejut saat Rafa menelponnya. Meskipun ragu takut kalau Rafa menelponnya karena tidak sengaja kepencet. Kate segera menjawab panggilan telepon tersebut. "Ganti baju, terus turun, gue tunggu di bawah. Gak pakek lama." Belum mengeluarkan suara, sambungan sudah dimatikan. Kate berjalan untuk menuju arah jendela, mengintip, dan benar saja ada Rafa di sana berdiri dengan posisi bersandar di mobilnya. Kate tersenyum sumringah. Dia segera berganti pakaian. Tidak butuh waktu lama, cewek cantik itu langsung menemui Rafa. "Masuk." Kate menaikkan sebelah alisnya. Kenapa Rafa membuka pintu bagian belakang. "Lo bawa supir Raf? Makanya kita berdua duduk di belakang?" "Di depan ada Kayla. Jadi lo duduk di belakang. Gak mungkin gue nyuruh dia pindah." "Kok lo gak bilang kalau Kayla ikut?" tanya Kate lagi. Jujur, moodnya sudah hancur sekarang. "Masuk Kate. Kelamaan yang ada." Terpaksa Kate masuk dan duduk di kursi belakang seorang diri. Dia juga memaksakan senyum saat Kayla menyapanya. Cewek itu berkata bahwa dia yang meminta agar Rafa mengajak Kate. Sampai sini saja sudah jelas. Bahwa Rafa memang tidak pernah berinisiatif untuk mengajak Kate untuk kencan berdua. Harus berapa lama Kate bertahan hanya karena dia sangat mencintai cowok ini? Harus berapa lama Kate menahan dirinya agar tidak iri dengan Kayla yang selalu saja bisa bersama dengan Rafa tanpa harus meminta. Kate pasrah, dia tidak akan pernah melepaskan Rafa. Jika suatu hari nanti Rafa yang akan melakukan hal itu. Kate akan menerima semua keputusan Rafa. "Turun, keasikan melamun kayaknya." Kate tersadar dari lamunannya. Mereka tiba di sebuah lapangan luas yang dijadikan sebagai pasar malam. "Kate, kok melamun terus?" Kini Kayla yang mengajukan pertanyaan. "Gue bingung mau ngapain tadi. Soalnya lo berdua asik ngomong. Makanya gue diam dan berlanjut ke melamun deh." Kate tersenyum kaku. "Ouh gitu. Lain kali ikut ajak ngomong sama gue dan Rafa. Gue juga teman lo kok, gak usah sungkan." "Iya, Kay." Mereka berdua mulai memasuki area tempat diselenggarakan pasar malam. Kayla menggenggam tangan Rafa. Sedangkan Kate meremas tali tas sling bagnya. Sebenarnya siapa pacar Rafa? Kenapa harus keterlaluan seperti ini tingkah mereka berdua. Mereka bertiga membeli permen kapas, minuman, makanan, menaiki wahana. Sampai pada akhirnya Kayla mengajak Rafa untuk masuk ke rumah hantu. "Aku tunggu di luar aja." "Kok gitu Kate. Gak asik dong. Ayuk bareng-bareng." Kate menahan diri untuk tidak menangis, sedari tadi apa yang dimintanya tidak pernah dikabulkan oleh Rafa. Kate meminta untuk menaiki wahana naga. Namun Rafa menolak dengan alasan Kayla takut ketinggian. Dan sekarang kenapa Rafa tidak mengerti bahwa Kate phobia gelap? Kenapa Rafa tidak peduli kepadanya, sedangkan untuk Kayla cowok ini selalu memahami. "Gue phobia gelap, Kay." "Ya tapi ada gue sama Rafa." Kate muak. Entah kenapa malam ini dia mulai membenci Kayla. Sedari tadi cewek ini terlalu banyak merayu, tidak mau mengerti keadaan dirinya. "Lo phobia ketinggian aja gue maklumi, gue ngalah dan gak jadi naik wahana yang gue sukai. Sekarang, kenapa giliran gue yang phobia lo malah maksa? Lo tau arti phobia kan? Jadi jangan maksa gue! Kalau lo emang kebelet pengen masuk, ya udah sana barengan sama pacar gue. Lumayan bisa peluk-pelukan tanpa ada yang ganggu." "Kate!" Rafa menegur. "Apa? Mau bela dia lagi. Gue tau lo akan selalu berpihak sama dia, Raf. Tapi gue mau keluarin uneg-uneg gue malam ini." Kate beralih menatap Kayla yang menunduk. "Sebenarnya rasa lo ke Rafa itu gimana sih? Lo suka sama dia? Dia pacar gue, Kay. Ngertiin posisi gue dan harusnya lo juga bisa sadar posisi. Dari awal kita ke sini, lo selalu gandeng Rafa, mesra-mesraan sama Rafa. Sadar gak kalau lo itu cantik, pinter, baik, mendapatkan predikat sempurna di sekolah dan pastinya banyak cowok yang mau sama lo. Tapi tolong jangan kegatelan sama cowok gue! Tingkah lo itu udah melebihi sahabat tau gak. Sikap lo yang barusan membuat lo semakin kelihatan murahan!" "Catherina lo udah kelewatan." "Diem!" Kate berteriak dengan suara yang lebih keras dibandingkan suara Rafa. "Apa gue salah Raf? Kapan lo pernah bela gue? Kapan kita pernah kencan berdua aja tanpa kehadiran dia? Emangnya dia gak punya teman lain, selain lo buat diajak main? Gue selalu memahami lo Raf, gue selalu sabar setiap lo gak ada waktu buat gue. Sekarang gue mau tanya sama lo, sebenarnya hubungan kita apa sih?" "Ikut gue." Rafa menarik tangan Kate dan membawa cewek ini menjauh dari Kayla. Kate bertolak pinggang menatap Rafa dengan sorot kebencian. Jika pun semuanya akan berakhir malam ini, Kate sudah sangat siap untuk kehilangan  "Lo udah keterlaluan Kate! Ucapan lo barusan bikin Kayla sakit hati tau gak. Dia gak murahan, dia ada di sini karena gue yang ngajak dia." Kate tersenyum miring. "Oh, berarti yang murahan gue ya? Maaf lah. Gue gak bermaksud buat ganggu kencan kalian malam ini. Maaf banget udah buat cewek yang paling lo sayang itu sedih." "Gue gak bermaksud gitu Kate. Kenapa lo selalu childish? Kapan lo paham kalau Kayla itu cuma sahabat gue. Yang gue cinta itu lo Catherina." "Apa kesabaran gue dalam menghadapi tingkah lo selama ini itu childish? Kapan gue pernah marah-marah saat lo selalu menghabiskan waktu bersama Kayla, kapan gue pernah nuntut supaya kita kencan berdua aja. Kapan gue pernah marah saat lo menghabiskan waktu dengan game sampai chat gue gak dibalas,  padahal kadang-kadang di sekolah kita gak saling sapa. Tapi apa pernah gue menuntut semua itu Raf? Malam ini gue udah gak sanggup nahan semuanya. Kalaupun semuanya harus selesai malam ini. Gue gak apa-apa." Rafa mengacak-acak rambutnya frustasi. "Gue anterin lo pulang. Lo lagi emosi sekarang makanya gak bisa berfikir normal. Ayuk Kate." Kate menepis tangan Rafa. "Lo harus masuk ke rumah hantu sama Kayla. Lo pasti gak mau liat sahabat tersayang lo sedih, kan? Sana lanjutin senang-senang kalian. Gue bisa pulang sendiri. Bye-bye pacar." Kate melambaikan tangannya dan berlari agar Rafa tidak mengejarnya. Seiring langkahnya, air mata semakin deras membasahi pipi Kate. Kate menghentikan langkahnya dan menormalkan debaran jantungnya. Dia mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan untuk seseorang yang memang akan selalu ada untuknya. Kak Leo. Jemput aku di lapangan dekat taman Florencia. Sekarang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN