“Apa yang kamu bicarakan?” tanya Lee Jun Min dengan nada dingin, tampak menahan amarah dalam suaranya. Lia kaget, membeku dingin. Sekujur tubuh wanita berkacamata ini tiba-tiba menggigil, lalu tertawa canggung dan maju ke depannya untuk menyenggolnya sedikit, “ei... suamiku jangan marah begitu, dong. Aku, kan, hanya tanya. Memang tidak boleh kalau aku tanya begitu sebagai istri?” Usai menyenggol sebelah lengan sang suami, tawa kekehan Lia yang sedikit terdengar dipaksakan dan canggung itu, tiba-tiba berhenti. “Sudahlah. Ayo cepat. Mereka pasti sudah menunggu kita,” ucap Lia pelan, maju beberapa langkah agar memunggungi sang suami. Tidak terasa air mata Lia menetes-netes bagaikan mutiara putus. Hatinya sesak. Dia tahu kalau perasaannya ini sangat bodoh. Dia tahu kalau kecemburuannya

