bc

Istri Kontrak Kepunyaan Om Ivan

book_age18+
8.8K
IKUTI
52.5K
BACA
contract marriage
HE
age gap
arrogant
boss
stepfather
drama
bxg
like
intro-logo
Uraian

18+Dikira wanita malam, Mayang ditawari untuk menjadi istri kontrak seorang CEO kaya raya bernama Ivan. Mayang dijanjikan akan mendapat uang 2 miliar jika mau menjadi istri Ivan selama setahun. Awalnya Mayang menolak, tetapi karena saudara kembarnya mengalami kecelakaan dan membutuhkan banyak biaya, Mayang pun bersepakat dengan Ivan. Setelah menikah dengan Ivan, Mayang baru tahu bahwa ia hanya digunakan untuk membuat cemburu Reni, mantan istri Ivan. Mayang yang mengira bahwa pernikahan ini sekadar pura-pura harus menelan pahit karena ternyata Ivan juga menginginkan tubuhnya—termasuk mahkotanya yang berharga. Padahal, Mayang berencana menikah dengan kekasihnya tahun depan.Akankah Ivan berhasil mendapatkan kembali mantan istrinya ataukah ia justru jatuh ke dalam pesona Mayang? Dan, bagaimana nasib Mayang ketika ia harus menjadi ibu tiri dari Reva yang haus akan kasih sayang seorang ibu?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Tawaran 2 Miliar
"Lepasin gue!" teriak Mayang. Ia berusaha menarik tangannya yang digenggam erat oleh Dimas, putra dari pemilik kelab malam tempat ia bekerja. Dimas menurunkan mikrofonnya. "Bercanda aja, May. Biar rame." "Sembarangan lo! Gue bukan barisan cewek murahan lo itu. Lepas!" teriak Mayang lagi. Namun, Mayang tahu teriakannya sia-sia karena suasana kelab malam itu sangat riuh dengan tamu dan suara musik yang mengeras di belakangnya. Ia benar-benar sial, gara-gara menggantikan temannya untuk menjadi pelayan, ia harus dibawa ke podium dan dilelang oleh Dimas. "Mulai 200 ribu semalam! Ada yang mau nggak sama cewek ini? Yuk ditawar!" Dimas kembali mengumumkan. Mayang mendesis kesal. Ini sungguh keterlaluan. Apalagi di hadapannya banyak pria yang mengacungkan tangan untuk menawar tubuhnya. "Sial! Awas aja, gue nggak bakalan mau lagi kerja di sini!" Sebenarnya, Mayang hanyalah seorang tukang bersih-bersih di belakang. Karena temannya memohon untuk menggantikan tugasnya malam ini, tiba-tiba ia harus mengalami hal seburuk ini. "1 juta!" Seseorang berteriak di antara gegap-gempita di dalam ruangan. Mayang mengerjap, ia tak akan mau menerima hal ini. "Udah, bercandanya cukup. Gue mau cuci gelas aja!" Dimas membuang napas panjang. Ia juga tak ingin melepaskan Mayang dengan tarif semurah itu. Namun, tiba-tiba di antar kerumunan, ia masih melihat seseorang yang mengacungkan tangannya. "10 juta! Saya mau gadis itu malam ini." Kedua mata Dimas membelalak mendengar tawaran yang menggiurkan ini. Ia langsung tersenyum miring pada Mayang. "Banyak, May!" "Sialan lo! Gue nggak mau ikut permainan busuk lo!" hardik Mayang. "Nggak usah munafik, May. Lo butuh duit, 'kan?" Dimas menghadap ke arah pria yang masih mengacungkan tangan itu. "Deal! Lelang tertinggi 10 juta." Pria asing itu melangkah maju ketika semua orang di kelab memberikan jalan baginya untuk maju. Ia mengulurkan selembar cek pada Dimas lalu menatap Mayang dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Dim, plis! Gue nggak mau!" teriak Mayang. "Dia udah terlanjur beli lo. Ntar gue transfer duitnya," kata Dimas cengengesan. Ia merasa beruntung bisa mendapatkan uang jajan sebanyak ini. Ia hanya perlu mengirim sebagian uang itu ke rekening Mayang nanti. "Ikut saya!" ajak pria asing itu pada Mayang. Dengan cepat, ia mencengkeram pergelangan tangan Mayang karena ia tahu Mayang hendak kabur begitu Dimas melepaskannya. "Nggak mau!" teriak Mayang sambil berjalan mengikuti pria itu. Mayang berusaha keras melepaskan diri, sayangnya pria itu sangat gigih. "Lepas! Tolong! Dimas cuma bercanda. Saya bukan w************n!" Pria itu mendengkus. Itu yang dikatakan para wanita malam, pikirnya dalam hati. Ia membawa turun Mayang melewati anak tangga lalu mereka melewati koridor gelap menuju pintu keluar. "Saya nggak akan mau tidur dengan Anda malam ini! Lepasin atau saya bakal teriak!" ancam Mayang. "Bukan saya yang ingin tidur dengan Anda, Nona. Jadi, tenanglah. Seseorang ingin bertemu dengan Anda," kata pria itu. "Nggak mau! Lepas! Saya bakal lapor polisi!" Mayang berusaha mengancam lagi, tetapi ia benar-benar tak berkutik, pria ini sangat kuat mencengkeram tangannya. "Lapor saja, maka Anda akan mendapatkan masalah sendiri karena bekerja di tempat seperti ini," kata pria itu dengan nada penuh kemenangan. Tubuh Mayang terus tertarik, atau lebih tepatnya terseret menuju sebuah mobil hitam mewah yang terparkir di tepi jalan. Tak lama, pintu belakang mobil itu dibuka dan ia didorong masuk. "Tuan, semoga gadis yang ini cocok," kata pria pemaksa tadi. "Nona, ini tuan Ivan. Beliau yang ingin bertemu dengan Anda." Mayang menatap sengit si pria yang dengan pelan menutup pintu. Ia langsung gemetar ketika pria itu masuk ke mobil lalu mulai menyetir. "Kita mau ke mana?" tanya Mayang panik. Ia merapatkan dirinya ke pintu mobil ketika sadar ia tak hanya berdua saja, tetapi di sebelahnya ada satu pria lagi. "Siapa nama kamu?" tanya Ivan. Ivan mengulurkan tangannya ke dagu Mayang lalu mengangkatnya dengan kasar. Mayang memukul tangan Ivan keras-keras. Di bawah remang lampu mobil, ia bisa melihat pria tampan dewasa dengan mata tegas dan rahang tajam. Ivan menatapnya dari atas hingga bawah hingga membuatnya risih. "Lepasin, Om! Turunin saya di sini!" teriak Mayang. Ia memiringkan kepalanya agar Ivan mau melepaskan dagunya. Sayang, Ivan justru tertawa mengejek. "Bisa juga kamu jual mahal, padahal kamu sudah dibeli oleh sopir saya." "Saya bukan gadis kayak gitu. Om salah orang!" hardik Mayang tak terima. Ia menarik wajahnya keras hingga tangan Ivan terlepas dari dagunya. Dengan panik ia menoleh ke jalanan, mobil ini memelesat cepat hingga ia tak tahu sedang dibawa ke mana. "Berapa usia kamu?" tanya Ivan lagi. "Itu bukan urusan Om. Saya mau turun!" teriak Mayang. Ivan berdecak kesal. "Saya butuh gadis cantik seperti kamu. Apa kamu baru 20 tahun?" "Nggak, saya udah 21 tahun. Saya bukan cewek yang Om cari!" Mayang kembali merapatkan dirinya ke pintu mobil karena Ivan baru saja mencondongkan tubuh ke arahnya. "21 tahun juga tak apa. Saya punya penawaran buat kamu," kata Ivan seraya membelai wajah Mayang dengan punggung jarinya. "Saya nggak mau tidur sama Om! Bukan salah saya kalau sopir Om tadi menang lelang. Saya bukan barang lelang!" "Ah, 10 juta buat kamu kurang?" Ivan menatap Mayang dengan ekspresi mencela. "Saya punya tawaran yang lebih besar. 1 miliar. Kamu mau?" Mayang hampir tertawa karena ucapan konyol Ivan. Barangkali pria itu hanya membual, pikirnya. Ia tak akan percaya pada pria seperti Ivan. Ia juga tak akan menjual tubuhnya demi uang. Meskipun uang 1 miliar adalah jumlah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. "Saya nggak ngerti Om ngomong apa, tapi saya nggak mau!" tolak Mayang dengan nada tertahan. "2 miliar kalau begitu." Ivan berhasil membuat Mayang membelalak lebar. "Saya kasih kamu 2 miliar, tapi kamu harus jadi istri saya selama setahun. Hanya setahun." "Dasar sinting! Pria tua ini pasti udah nggak waras! Ngapain gue ladenin orang kayak dia?" Mayang hanya bisa membatin. "Maaf, tapi saya masih kuliah dan saya nggak bakalan nikah muda," kata Mayang setenang mungkin. Barangkali jika ia bersikap manis, ia akan dilepaskan. "Kamu mau membuang uang 2 miliar begitu saja?" tanya Ivan dengan nada tak percaya. Baru kali ini ia melihat gadis secantik Mayang dan gadis ini cocok seperti kriteria yang ia butuhkan. Muda, cantik, seksi dan liar. Setidaknya itulah yang Ivan pikirkan tentang Mayang. "Ya. Om salah orang. Saya nggak akan menjual diri saya seperti itu," ujar Mayang. Ia melirik ke luar ketika mobil hampir berhenti di sebuah persimpangan. Ia tak tahu di mana, yang jelas ia akan melompat turun begitu mobil ini berhenti. "Kamu bisa pertimbangkan. Hanya satu tahun. Uang yang saya tawarkan pasti lebih banyak dibandingkan hasil yang kamu terima setiap malam," kata Ivan. Mayang mengepalkan tangannya. Ia yakin Ivan benar-benar mengira ia adalah wanita penghibur dan Ivan ingin menyewakan selama setahun. Oh, itu tidak mungkin. Mayang menatap sengit Ivan sembari melirik ke monitor di lampu merah. Ia menghitung dalam hati. 3, 2, 1! Mayang membuka pintu mobil dan melompat turun. Ia bisa mendengar teriakan Ivan, tetapi ia tak peduli karena lampu sudah berubah hijau dan mobil itu harus tetap melaju. Ia terus berlari melewati gang-gang gelap yang tak ia ketahui itu karena takut dikejar pria gila seperti Ivan. "Syukur deh, dia nggak ngejar. Apes banget malem Minggu gue," umpat Mayang seraya mengintip ke jalan raya. Ini sudah lewat tengah malam dan ia merasa cemas. "Ini di mana sih?" Mayang mencoba melihat ke sekeliling, tetapi belum sempat ia mengetahui keberadaannya, tiba-tiba ia mendengar dering ponsel. "Kak Damar," gumam Mayang ketika melihat nama kakaknya di layar ponsel. "Halo, Kak!" "Selamat malam. Benar ini dengan wali dari Damar Narendra?" tanya seseorang di seberang. Mayang menjauhkan ponselnya dari telinga untuk melihat nama sang penelepon. Itu suara wanita, tetapi wanita itu pasti memakai ponsel kakaknya. Mendadak, Mayang merasa berdebar tak terkira. "Halo?" "I-iya. Ada apa dengan kakak saya?" tanya Mayang cemas. "Sekarang kakak Anda ada di ruang UGD rumah sakit Baratayudha. Anda harus ke sini segera!" ujar wanita di seberang. "Apa? Apa yang terjadi dengan kakak saya?" tanya Mayang sambil mempercepat langkah menuju jalan raya. Ia menoleh ke kanan-kiri untuk mencari taksi. "Pasien jatuh dari lantai 5 gedung tempatnya bekerja. Sekarang kondisinya sangat kritis. Harap segera datang!" Napas Mayang seolah mau putus saat ini. "Ya. Saya ke sana sekarang juga." Mayang berjalan frustrasi. Sesekali ia melambaikan tangan pada mobil ataupun taksi yang melintas. Hingga akhirnya, ia pun menaiki sebuah taksi kosong. "Rumah sakit Baratayudha, Pak. Tolong ngebut!" *** Sementara itu, Ivan yang kehilangan Mayang pun merasa sangat kesal. Ia sudah mencari wanita untuk ia jadikan istri sementara, tetapi hingga sekarang ia belum menemukan yang cocok. Dan setelah bertemu Mayang, ia justru ditolak mentah-mentah. Bahkan gadis itu kabur. "Kita bisa cari yang lain, Tuan. Lagipula, kenapa Anda tidak mencari gadis yang masih perawan saja? Kenapa mencari wanita malam untuk Anda jadikan pasangan?" tanya Toni, sopir sekaligus asisten pribadinya. Ivan tak menjawab. Ia terlalu kesal dengan malam ini. Ia hanya butuh setahun dan ia tak ingin menghancurkan masa depan gadis baik-baik demi rencananya. Kekesalan Ivan mendadak reda ketika ia mendengar ponselnya berdering pelan. "Halo, Meri, ada apa kamu telepon malam-malam?" "Maaf, Tuan. Nona Reva tiba-tiba demam dan muntah-muntah. Jadi, ini saya bawa ke rumah sakit," jawab Meri, pengasuh anaknya. "Apa? Kamu bawa Reva ke rumah sakit mana? Saya ke sana sekarang juga!" sahut Ivan khawatir. "Rumah sakit Baratayudha, Tuan. Kami masih di jalan." "Oke." Ivan mematikan panggilan Meri lalu menepuk bahu Toni. "Kita ke rumah sakit Baratayudha!" "Baik, Tuan."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook