BAB 2 - BARRA & LUCY

1114 Kata
**Hall Room Hotel & Resort Catur Uluwatu Bali Sebuah pesta mewah sedang diadakan di resort ini, pemiliknya –Bagaskara- adalah salah satu perusahaan besar yang berpusat di Jakarta yang saat ini sedang mengembangkan bisnis mereka ke arah hotel dan resort, dan tentunya Bali merupakan pilihan tepat. Lucy datang bersama dengan romeo, sahabatnya yang memang memiliki relasi-relasi dengan para pengusaha-pengusaha besar di Indonesia, mulai dari Kalimantan, Papua bahkan Jakarta. Malam ini Lucy mengenakan dress panjang berwarna peach dengan bahan satin lembut yang jatuh membungkus bentuk tubuhnya yang indah. Memperlihatkan punggungnya yang mulus dan jenjang, dan belahan d**a tinggi yang memang sengaja Lucy umbar untuk menarik beberapa pengusaha yang nanti akan datang. “Inget, kalo lo mau cari pacar pengusaha lo harus tampil berani dan percaya diri ya beb” Romeo – beberapa kali sahabatnya itu membenahi tatanan rambut Lucy. “Menurutmu ini akan berhasil rom ?” “Kita sudah bahas sebelumnya, sekarang kita tinggal action aja! Jangan ragu ketika kita sudah memulai” Sekali lagi, lucy memperhatikan penampilannya di depan cermin. Gaun yang indah didapatkan dari salah seorang designer kenalan romeo. Gaun ini adalah pilihan romeo, yang sengaja menonjolkan beberapa lekuk tubuhnya, memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya untuk mengundang rasa penasaran laki-laki yang akan ditemuinya nanti. Romeo membawa jari-jarinya merambati punggung lucy yang terbuka, menarik garis lurus ke arah tengkuk leher lucy yang indah, berhenti disana, memijat nya dengan lembut. “Inget, lo cantik, dan lo butuh salah satu dari mereka untuk bisa mengeluarkan lo dari kondisi lo saat ini” Bisikan lembut romeo dekat dengan telinganya. Lucy tidak keberatan laki-laki itu menyentuhnya, karena lucy tahu benar bahwa sahabatnya itu sama sekali tidak memiliki ketertarikan dengan perempuan. *** Mereka sampai di tempat tujuan tepat waktu. Beberapa mobil mewah hilir mudik berhenti di depan lobby Hotel. Terlihat beberapa ajudan-ajudan yang sibuk membukakan pintu majikannya, menghalau beberapa kamera yang sengaja ingin mengabadikan moment para pengusaha-pengusaha kaya yang sedang berkumpul. Ada ketegangan di tubuh lucy, dan romeo menyadari hal itu. “Are you okay ?” “I’m good” “That’s my girl” Lucy berbohong ! Jelas dia merasakan ketegangan disini, walaupun ini bukan kali pertamanya berada di lingkungan kelas atas, tetapi pesta ini di luar bayangannya. Seberapa kaya Bagaskara yang selama ini selalu di gadang-gadang romeo ? Lucy ingin sekali bertemu dengan Bara Bagaskara, yang menurut informasi romeo ia adalah anak laki satu-satunya yang kelak akan menjadi penerus perusahaan keluarga Bagaskara. “Lo boleh deketin siapapun, tapi jangan coba-coba deketin anak Bagaskara” “Hah ??” Apa pikirannya bisa terbaca jelas oleh romeo, membuat lucy sedikit takut dengan sahabatnya yang mungkin memiliki indera ke 6. “Bara ga tersentuh beb, dia jarang mau di ajak main sama cewe, dan kalau dia ga suka, dia suka bermain licik” Pandangan romeo memindai seluruh ruangan Hall “Kalo lo salah bertindak, gue takut bukan penyelesaian yang lo dapet, tapi justru kehancuran!” Romeo mengedikan kepalanya ke arah seorang laki-laki dengan balutan jas mewah berwarna hitam, dengan tatapan dingin tanpa senyum. Mungkinkah itu adalah Bara Bagaskara ? Lucy mencoba mengamati laki-laki itu, tetapi romeo sudah dulu menyentaknya untuk mengikutinya, membawanya ke arah kerumunan manusia yang berdiri sambil menikmati hiburan yang disediakan tuan rumah. Romeo membawanya ke gerombolan manusia yang terlihat akrab dengan romeo. Sahabatnya itu mengenalkan satu persatu orang yang ada disana, kemudian sambil berbisik menginformasikan siapa saja orang-orang itu, apa pengaruhnya, apa bisnisnya dan seberapa besar kekayaannya. Semua informasi yang sangat banyak diterima Lucy, namun tak satupun lelaki disana yang menarik perhatiannya, ketika pikirannya hanya tertuju kepada seorang laki-laki dengan tatapan dingin yang sebelumnya ia lihat. Lucy mulai bosan ketika beberapa pembicaraan tentang bisnis yang sama sekali tidak ia mengerti mendominasi percakapan. Sesekali ia ikut menanggapi, tetapi lebih sering hanya tersenyum sopan karena memang dia sama sekali tidak memahami arah pembicaraan. “Saya permisi ke toilet sebentar” “Oh ya silahkan” jawab seorang laki-laki yang jika tidak salah bernama Edgar. “Perlu ku temani ?” Romeo menawarkan diri menemaninya “Tidak, aku hanya sebentar” “Okee,” Lucy melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi, dan melihat kembali ke arah romeo yang sudah mulai kembali asik dalam perbincangannya dengan teman-temannya. Kesempatan ini, lucy memilih untuk menaiki tangga ke lantai atas, ia ingin menepikan dirinya ke balkon lantai 2, mungkin sekedar untuk merokok dan melepas penat sejenak. Udara yang dingin langsung menyambut lucy ketika sudah sampai di balkon lantai 2, apalagi dia mengenakan dress tipis yang tidak menutupi seluruh bagian tubuhnya yang seharusnya tertutup. Suasana di bawah yang hiruk pikuk berbanding terbalik dengan suasana disini yang sepi, dan lucy menyukainya. Mengambil satu putung rokok dan mulai mematiknya dengan api kecil menggunakan tangannya, lucy menghirup asap memenuhi rongga dadanya kemudian menghembuskan secara perlahan, menikmati setiap sensasi rasa rokok yang pahit bercampur manis. “Melarikan diri?” Uhuk uhuk.. Lucy kaget dan terbatuk, menyadari ternyata dirinya hanya tidak sendiri disini. “Maaf, apa aku mengagetkanmu?” Lucy mengamati seorang laki-laki yang berada di sudut balkon, duduk dengan arogan, memasukkan ponsel yang baru saja digunakan dan memasukkannya ke saku jas. Cahaya yang temaram membatasi lucy untuk melihat wajah laki-laki itu. “Mmm, sedikit” Lucy bisa melihat siluet laki-laki itu berdiri kemudian mendekat ke arahnya, tubuhnya seketika menegang ketika mendapati seseorang yang diamatinya semenjak di awal pesta, Bara Bagaskara saat ini ada dihadapannya. Berdiri dengan gagah dan senyum yang memukau. “Apa kamu merasa bosan dengan pestanya ?” “Tidak, hanya saja aku kurang paham dengan pembicaraan di sekelilingku” Lucy melihat laki-laki itu mengangguk kemudian berniat pergi, namun tiba-tiba langkahnya tertahan dan kembali menghadap lucy yang masih membeku. “Kamu bisa menghubungiku jika tidak mendapatkan targetmu” Bara memberikan kartu nama yang terselip diantara jarinya. Target ? b******k,, Apa laki-laki ini berfikir dia adalah seorang p*****r yang sedang mencari target pengusaha kaya ? Walaupun dia kesini memang untuk mencari sasaran pengusaha kaya, tapi bukan sebagai p*****r, dia kesini ingin mencari pacar, itu saja ! Sialan romeo yang memberikan solusi untuk masalah hutang yang saat ini membelitnya, yaitu dengan mencari pacar pengusaha kaya yang tentu saja siap membayar hutang-hutangnya dan membiayai hidupnya!! Sekali lagi lucy menatap manik mata Bara, laki-laki yang jelas menghinanya. Namun, ada sedikit bagian dari diri Lucy yang ingin menerima tawaran Bara, sebagian dari dirinya tertantang untuk menyentuh seorang Bara Bagaskara. Bagaimana rasanya menjadi kekasih seorang Bara Bagaskara ? Apalagi saat ini dia mendapatkan tawaran langsung untuk menjadi teman berbagi ranjangnya. Mungkin bukan lagi sebagian, tapi hampir seluruh tubuhnya menginginkan untuk menerima tawaran Bara. Tangan lucy menggapai kartu nama yang bara serahkan, sempat terhenti sejenak tetapi kemudian dengan cepat mengambil kartu nama itu. Dan laki-laki itu berlalu, menyisakan senyum mengejek yang kemudian menghilang bersamaan dengan menghilangnya tubuh Bara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN