BAB 18 | Misi Dimulai

1600 Kata
GEDUNG putih milik Prada cukup banyak didatangi oleh banyak orang kaya. Salah satu orang kaya yang berhasil tertangkap drone pengintai milik Happy adalah El—b******k tua bangka yang bermain-main dengan mereka, Jendela Kematian. Happy berjanji akan menghancurkan mulut besarnya itu jika misi ini telah selesai sepenuhnya. Dia harus mendapat uang bayaran karena telah rela meluangkan waktu untuk bekerja lebih keras karena misi sialan ini. Misi yang seharusnya tidak memakan banyak waktu, tetapi harus mereka selesaikan. Terlihat Big Boss yang memasang pakaian hitam itu ke tubuhnya dan memasang sebuah alat di telinganya untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Baik King, Beauty, dan Bear sudah berada di atas gedung yang tingginya lebih dari gedung putih itu. Walaupun jaraknya cukup jauh, tetapi mereka mempunyai Beauty yang ahli dalam menggunakan senapannya. Lagipula, semuanya sudah aman. Mereka menggunakan kesempatan yang baik dan memasang jebakan tepat pada sasaran. Markas begitu kosong, hanya ada Happy dan semua perangkat komputernya yang menyala. Ada banyak sekali layar yang harus dia perhatikan untuk memantau setiap gerakan di dalam gedung itu. Big Boss meneguk minumannya dan tersenyum ke arah layar komputer Happy, rencananya akan segera terlaksana dengan baik. "Apa rencana ini akan berhasil?" Tanya Happy dengan wajah sedikit khawatir. "Bukankah alat pelindung itu ternyata anti peluru. Jika tidak benar-benar berfungsi, rencana ini akan membunuh Beauty. Dia tidak tahu jika alat pelindung itu menjadi dua kali lebih kuat karena mereka mengetahui keberadaan kita." Lanjut Happy sedikit berkeringat. Big Boss menatap Happy, "kau tahu apa yang aku pikirkan, bukan? Aku sudah mengatakan semuanya. Jika jangan meragukan aku masalah strategi. Kau bisa fokus dengan komputermu dan aku akan fokus dengan misi kita di sana." "Tapi aku hanya takut kehilangan Beauty, itu saja. Aku tidak mau ada yang terbunuh dalam misi ini apapun alasannya. Aku tidak mau mereka tahu jika aku dan kamu sudah menganalisa alat itu sebelumnya. Tanpa mereka!" Big Boss menggebrak meja, "jika sampai ada yang mati, itu semua salah Beauty. Dia yang meminta kita semua untuk bergabung dalam misi bunuh diri ini, 'kan? Dia bersikeras untuk menarik pelatuk, bukan? Jadi, apa ini salahku?" "Kamu pemimpinnya! Kamu yang menyetujuinya," ucap Happy yang kali ini cukup geram. "Biarkan aku menelepon mereka. Mengatakan semuanya! Tentang gedung itu yang tidak bisa disentuh peluru sama sekali. Walaupun King ahli senjata, dia tidak bisa membuat alat yang mampu menembus alat pelindung itu." Sambungnya lalu mencoba menghubungi anggota lainnya. Big Boss mencekik leher Happy dengan cepat, "jika kamu berani menggagalkan misi kita kali ini, aku tidak segan untuk membunuhmu." "Kau benar-benar keterlaluan! Aku tidak menyangka kamu melakukan semua ini demi uang dan mencoba mengabaikan keselamatan tim!" "Hai, kita adalah penjahat! Kau lupa dengan fakta itu? Kamu berusaha untuk menjadi orang baik?" Ucap Big Boss dan melepaskan Happy begitu saja. Happy mengambil napas dalam-dalam dan mengelus lehernya yang sedikit perih, "aku memang b******n. Tapi aku bukan orang yang mengkhianati temannya untuk uang. Walaupun aku tidak mengenal siapa kalian semua, tapi di sini lah aku merasa mempunyai keluarga. Aku merasa jika diterima dan begitu dibutuhkan. Aku tidak ingin kehilangan siapapun meskipun kau bersikeras." "Tidak akan ada yang mati! Sudah berapa kali aku jelaskan padamu! Kamu, sama sekali tidak percaya padaku?" "Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kamu bahkan menyembunyikan fakta tentang alat itu dari yang lain. Sekarang jelaskan, bagaimana kamu bisa selamat dari alat itu? Harusnya, ketika alat itu mulai memindaimu, dia akan mengetahui bahwa kau orang asing. DNA mu akan langsung terdeteksi, harusnya alat itu menghancurkanmu menjadi debu. Lalu mengapa kau bisa selamat tanpa cacat sedikitpun?" Big Boss terdiam cukup lama dan menundukkan kepalanya, "biarkan aku menjelaskannya nanti. Jika kamu percaya padaku, kamu akan memberi aku waktu untuk melakukan misi ini. Tetapi jika kamu tidak mempercayai aku, silakan telepon yang lain dan bilang jika aku berkhianat. Aku hanya ingin alat pelindung." "Bagaimana cara alat itu bisa datang kepadamu?" Tanya Happy semakin penasaran. Big Boss tersenyum, "ada beberapa teknologi tersembunyi yang sebaiknya tidak diketahui orang lain. Kembalilah ke komputermu dan aku akan kembali ke misi. Aku berjanji akan memberitahumu tentang siapa aku." "Kau ingin menyalahi aturan itu? Aturan yang kamu buat? Tidak boleh ada yang tahu identitas satu sama lain." Ucap Happy. Big Boss tersenyum samar, "jika aku menceritakan tentang alat itu, maka aku sudah membuka identitasku. Aku selalu mempercayaimu. Begitupula dengan rahasiaku." "Aku akan pergi! Kamu boleh mempercayai itu atau tidak. Itu terserahmu, Kawan. Kamu berhak untuk menentukan pilihanmu." Big Boss tersenyum simpul dan keluar dari markas. Happy tidak menjawab, jujur saja dia bingung dengan langkah apa yang harus dia ambil. Padahal Happy paham betul jika semua ini tidak benar. Namun, Big Boss tidak pernah sama sekali melakukan hal bodoh apalagi mengkhianati tim. Apalagi Big Boss yang selalu melakukan andil besar dalam setiap misi. Terdengar suara deru mobil dari dalam garasi rahasia mereka. Happy hanya bisa mengambil jalan yang diyakininya—berusaha mempercayai Big Boss. Ketua mereka, tidak pernah berkhianat. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, Big Boss sampai di atap gedung di mana teman-temannya sudah berada di sana sejak beberapa jam yang lalu. Beauty sudah berdiri dengan membawa senapan panjang berisi satu peluru. Sebuah peluru yang dibuat ulang beberapa jam yang lalu. Entah apa yang membuat Big Boss mengganti rencana awal mereka. Katanya, rencana ini akan lebih mudah untuk berhasil. Tidak ada kecurigaan sama sekali, karena mereka yakin bagaimana Big Boss menyelesaikan semua misi dengan mudah. "Ketika Prada berada di jendela nomor tiga, bidik tepat ketika dia berbalik badan. Ingat, jangan bidik ketika dia menghadap ke arah kita. Semua orang akan langsung mencari keberadaan kita. Jika dia ambruk, maka mereka akan fokus untuk membantu. Dan satu lagi, kau dengar aba-abaku." Ucap Big Boss. Mereka semua mengangguk dan mengambil posisi masing-masing. Langkah Big Boss melambat, menatap ke arah gedung putih yang ramai oleh orang-orang. Dia menunggu waktu yang tepat sebelum alat pelindung itu melakukan pemindaan ulang. "Apa masih lama? Tuan Prada sudah berada di posisi yang tepat. Jika kita menunggu terlalu lama, dia bisa saja pergi." Ucap King yang memantau pergerakan Prada. Big Boss masih tidak bergeming, dia menunggu aba-aba Happy untuk mengabarkan apakah alat itu akan melakukan pemindaan atau belum. "Tunggu," jawab Big Boss. King mendekat, "sebenarnya apa yang sedang kita tunggu? Lihatlah, Tuan Prada sudah tepat di depan kita. Aku tidak mau kehilangan momen dan gagal lah semua rencana kita." "Tunggu! Aku bilang tunggu!" Bentak Big Boss. "Kita tidak punya waktu lagi! Biar aku yang bekerja!" Sentak Beauty yang sudah menodongkan senapannya ke arah Prada. "No!" Teriak Big Boss, namun sudah terlambat. Beauty sudah melepaskan peluru dari sarangnya. "Memindai!" Ucap Happy cepat. "Aku sudah memindai kodenya, selubung pelindung itu benar-benar perlahan hilang." Sambungnya yang membuat Big Boss bisa bernapas lega. Syut! Peluru kecil itu berhasil mengenai punggung Prada. Namun tidak terjadi apapun. Prada hanya mengelus pelan punggungnya. Hanya berjarak lima menit, Prada mulai tergeletak di lantai. Kejang-kejang dan membuat panik orang-orang yang berada di sekitarnya. Semua orang panik termasuk dua orang laki-laki dengan jas senada seperti Prada, anak-anak laki-laki itu. "Papi! No! Apa yang terjadi?" "Tolong panggil ambulance!" El mendekat ke arah kerumunan itu dengan wajah pura-pura panik dan khawatir, "aku melihat ada orang yang berdiri di gedung itu? Mereka memakai pakaian hitam. Aku kira, mereka tidak berbahaya—" Laki-laki satunya menatap keluar gedung, "mana? Tidak ada siapa-siapa di sana. Kau membohongiku?" "Ayolah Gala, kita harus membawa Daddy keluar dari tempat ini." Ucap laki-laki satunya lagi. Disisi luar gedung putih, Jendela Kematian sedang berjalan santai. Beauty, King, dan Bear masuk ke dalam mobil. Big Boss melepaskan kacamatanya dengan perlahan, "kalian duluan saja. Aku masih mempunyai urusan lain." "Kau ingin melakukannya sendiri? Tanpa kami?" Tanya Bear dengan wajah khawatir. Big Boss tersenyum tipis, "kita harus memberi pelajaran yang baik kepada orang tamak sepertinya. Coba kita lihat, apa yang bisa aku lakukan kepadanya." Laki-laki itu memakai kacamata kembali, melihat semua orang panik dan keluar dari gedung putih itu. Banyak sekali polisi yang berdiri di depan gedung putih itu, ambulance datang dengan cepat. Beberapa perawat keluar dari gedung dengan membawa ranjang dorong. Di sana ada Prada yang terbaring lemah. Brak. Big Boss tidak sengaja menabrak seseorang. Laki-laki itu cukup kaget dengan orang yang ditabraknya. Dia mengenalnya, sangat. Apa yang laki-laki itu lakukan di sini. "Maafkan aku, Tuan. Aku sangat terburu-buru." Ucap Big Boss sedikit terbata. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis dan buru-buru berjalan masuk ke dalam ambulance. Big Boss hanya bisa menghela napas panjang dan terus melanjutkan jalannya. Ketika semua orang sibuk keluar dari gedung, Big Boss menyelinap masuk ke dalam ruangan di mana tempat acara tadi. Dia melihat El sedang sibuk mengambil beberapa berkas di dalam laci meja. Prok... Prok... Prok... El langsung menoleh ketika mendengar suara tepuk tangan di dalam ruangan ini. Laki-laki itu terkejut dengan kedatangan Big Boss walaupun dengan tampilan wajah lain. "Apa kau sering berganti wajah? Bagaimana kamu bisa melakukan itu?" Tanya El dengan wajah liciknya yang menyebalkan. "Asistenku sudah mengirimkan hadiah yang aku janjikan ke rekening kalian. Kamu bisa melihatnya sekarang." Sambungnya. Big Boss tersenyum, "rupanya Anda bodoh, Tuan. Anda lupa tentang siapa saya, ya? Anda bermain-main dengan kami lalu pura-pura membayar dan menghadiahkan kami sebuah surat penangkapan? Anda kira, kami bodoh ya?" "Apa yang kamu maksud?" Tanya El dengan takut. Big Boss mendekat ke arah El dan menarik kerah kemejanya, "semua yang Anda lakukan harus sesegera mungkin Anda bayar. Anda tahu 'kan bagaimana cara kerja kami? Anda masih ingin bermain-main? Anda ingin mati seperti rekan sialan Anda itu? Patra? b******n malang itu." "Apa yang akan kamu lakukan? Aku berjanji tidak akan melaporkan kalian ke polisi. Aku akan mencabut semua pernyataanku tentang kalian. Aku tidak bermaksud untuk melapor atau apapun itu." Big Boss melipat tangannya di d**a sambil tertawa, "Anda tidak sengaja mengatakan kepada polisi, bukan? Maka aku juga tidak akan sengaja membunuh Anda!" "Aaaaaaaaaaa........" ~~~~~~~~~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN