TUJUAN Isabela untuk pergi keluar rumah hanyalah cafe yang biasanya dia kunjungi sendiri. Mungkin hanya tempat ini yang Arkana ijinkan untuk berpergian tanpa laki-laki itu. Jujur saja, Isabela ingin menjalani hidup seperti perempuan seusianya. Dia ingin berjalan bersama, kuliah dan mengerjakan tugas bersama, kadang pergi ke mall untuk berbelanja dan pergi ke salon untuk perawatan. Dia ingin sekali menjadi pusat perhatian dan berteman baik dengan orang hebat yang berada di kampus.
Semua hal itu rasanya sangat mahal untuk Isabela lakukan. Dia ingin menikmati hidupnya dan berbaur secara santai, tanpa adanya sekat yang dibuat oleh Arkana. Namun, Isabela tidak berani untuk menuntut apapun dari Arkana. Dia tahu semua ketakutan Arkana tentang kehilangan dan Isabela tidak mau menambah daftar panjang trauma yang dialami keluarga satu-satunya itu, Arkana.
Tepat ketika dirinya sampai di cafe, sebuah mobil berhenti di dekatnya. Seorang laki-laki dengan jas hitam keluar dari mobil itu dan tersenyum ramah kepadanya. Isabela membalas senyuman laki-laki itu walaupun mereka belum terlalu kenal. Isabela hanya mengenal laki-laki itu sebagai teman Arkana.
"Hai, adiknya Arkana ya?" Tanya laki-laki itu dengan tersenyum setelah keluar dari mobilnya.
Isabela membalas senyuman itu dengan tulus, "iya, Kak."
"Oh iya, kenalan lagi aja deh. Siapa tahu kamu lupa sama namaku." Ucap laki-laki itu sambil menatap Isabela yang begitu cantik di matanya. "Aku Gala, teman Arkana." Sambungnya sambil menyodorkan telapak tangan kanannya.
Isabela menyambut telapak tangan Gala, "Isabela, Kak."
"Mau masuk, 'kan? Gimana kalau bareng aja?" Tanya Gala kepada Isabela.
Isabela mengangguk, "boleh! Siapa tahu lebih seru kalau ada temannya."
"Kamu tidak ingin bertemu orang lain?"
"Enggak! Siapa yang mau bertemu denganku?"
"Ya, mungkin pria-pria tampan di luaran sana."
Isabela hanya tertawa. Mereka pun berjalan beriringan masuk ke dalam cafe sambil berbincang. Mereka juga menjadi pusat perhatian beberapa orang karena penampilan mereka yang mencolok. Satunya cantik dan anggun, satunya lagi tampan dan gagah. Mereka seperti ikon dari pasangan yang sangat diidamkan oleh banyak orang. Laki-laki tidak segan untuk menatap Isabela karena kecantikan perempuan itu memang tidak membosankan.
Gala memilih salah satu meja yang berada di dekat meja counter karena lumayan jauh dari orang-orang yang berada di dekat jendela. Isabela dan Gala sadar dengan perhatian dari orang-orang, hanya saja mereka berusaha cuek. Apalagi Isabela sudah biasa mendapatkan tatapan seperti itu. Mereka semua seperti tidak pernah melihat perempuan cantik saja. Benar-benar tidak nyaman. Untunglah ada Gala di depannya. Mungkin jika sendirian, beberapa laki-laki akan datang ke mejanya. Meminta untuk berkenalan kepadanya.
"Mau pesan apa, Isabela? Biar aku yang memesankannya untuk kamu." Ucap Gala menawarkan.
Isabela menggeleng, "tidak perlu, Kak. Lagipula aku yang lebih muda, jadi biarkan aku yang memesankan untuk Kakak."
"Jangan! Aku laki-laki, aku lebih tua darimu, dan aku teman Kakakmu. Jadi ijinkan aku sekedar mentraktir minum untukmu. Lagipula ini 'kan baru sekali. Tidak masalah, bukan? Anggap saja rasa terima kasihku karena kamu mau satu meja denganku." Ucap Gala dengan senyuman. "Jika aku sendirian ke tempat ramai seperti ini, pasti akan ada saja yang datang ke mejaku dan meminta nomor telepon." Sambung Gala menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir.
Isabela seperti mendapatkan teman yang senasib sepertinya. Ternyata tidak hanya dirinya yang merasa terganggu dengan orang-orang asing yang tiba-tiba muncul untuk kenalan atau meminta nomor.
"Berarti kita sama ya, Kak. Kita tidak suka dengan orang-orang asing yang tiba-tiba muncul."
"Oh ya? Jadi kita senasib?" Tanya Gala dengan antusias. "Kalau begitu, kita harus datang bersamaan jika ingin minum kopi. Setidaknya orang asing tidak akan mengganggu kita berdua." Lanjutnya.
"Aku pesan hot matcha latte," ucap Isabela akhirnya.
Gala tersenyum dan mengangguk, "oke! Aku pesankan dulu."
Beberapa orang memperhatikan mereka, seperti iri. Mungkin mereka menganggap bahwa Isabela dan Gala adalah pasangan yang romantis. Padahal mereka baru saja bertemu di depan tadi. Isabela pikir, orang seperti Gala sangat sedikit—orang kaya yang mau berteman dengan orang biasa. Sepertinya dan Arkana. Bahkan Arkana dan Gala terlihat cukup dekat. Isabela penasaran, apakah Gala sering datang ke club' untuk hal-hal negatif yang seringkali diceritakan Arkana tentang definisi buruk tempatnya berkerja.
Isabela seperti biasa, mengeluarkan sebuah sketchbook dari dalam tas selempangnya. Mulai menggambar beberapa objek yang dilihatnya. Saat ini, yang menarik adalah seorang barista yang tengah berkomunikasi dengan Gala. Mereka seperti sebuah inspirasi yang membuat Isabela ingin menjadikan mereka sebuah gambar. Bukankah Isabela suka menggambar orang yang ditemuinya. Katanya kenangan itu pantas untuk diabadikan.
"Apa aku terlihat tampan dari belakang?" Tanya Gala yang entah sejak kapan berdiri di depannya.
Isabela menjadi salah tingkah, merasa tidak enak karena menggambar Gala tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Gala menarik sketchbook milik Isabela dan menatap gambarnya.
"Aku rasa, aku lebih tampan dari depan." Ucap Gala lalu memberikan sketchbook itu kepada Isabela kembali.
Isabela tersenyum, "aku pikir, Kakak akan marah karena aku menggambar Kakak tanpa ijin. Aku hanya suka menggambar apapun yang menarik di mataku. Aku rasa, Kakak juga objek yang menarik."
"Baiklah! Lain kali kau harus menggambarku dari depan." Jawab Gala.
Isabela mengangguk, "mungkin akan menjadi karyaku yang paling bagus jika itu sampai terjadi."
Gala tertawa mendengar ucapan Isabela. Mereka akhirnya berbincang cukup banyak. Menceritakan hal yang kurang penting dan menggunjingkan tentang pelanggan yang melihat ke arah mereka. Isabela juga tidak biasanya mengabaikan secangkir minuman kesukaannya, hot matcha latte hanya karena asik berbicara dengan Gala.
Dari depan cafe terlihat seorang laki-laki yang tengah berdiri di sana. Tidak jadi membuka pintu cafe dan berlalu pergi. Terlihat dari raut wajahnya sangat kecewa. Sayangnya Isabela tidak menyadari kehadiran laki-laki itu. Dia terlalu fokus bicara dengan Gala.
"Aku dengar dari Kakakku, kalian saling mengenal karena Kak Gala sering datang ke club', ya?" Tanya Isabela setelah menyeruput minumannya, akhirnya.
Gala mengangguk pelan, "iya, sudah dua tahun aku mengenalnya. Dia orang yang sangat baik dan teman yang baik juga. Maka dari itu aku sering datang ke club' untuk menemuinya. Katanya, dia jarang sekali punya waktu untuk sekedar minum kopi bersamaku. Dia punya banyak pekerjaan part time. Aku salut dengan usahanya yang begitu sangat gigih."
"Iya, begitulah Kakak. Dia selalu mementingkan aku tanpa pernah memikirkan diri sendiri. Kakak tak ingin aku membantunya bekerja dan selalu memintaku untuk fokus belajar di rumah. Kakak juga jarang sekali mengijinkan aku untuk keluar sendirian. Mungkin lain kali aku akan menggunakan nama Kak Gala untuk sekedar keluar dari rumah."
Gala tertawa mendengar ucapan Isabela, "awas saja kau memakai nama baikku untuk berbohong pada Kakakmu. Bisa dibantai aku!"
"Aku hanya bercanda, Kak."
"Ya, aku tahu. Kau dan Arkana membuatku sangat iri. Aku tidak mempunyai saudara perempuan. Pasti menyenangkan mempunyai saudara perempuan. Aku hanya mempunyai satu saudara laki-laki dan dia sangat menyebalkan."
"Why? Bukankah lebih seru karena kalian bisa melakukan kegiatan yang sama?"
Gala menatap Isabela, "terkadang kami akan banyak bertengkar untuk hal yang tidak penting. Seperti aku yang harus memimpin perusahaan dan dia yang diberikan tanggung jawab lain. Intinya, kami punya impian namun tidak pernah disetujui oleh kedua orang tua kami. Sangat menyebalkan."
"Kenapa Kak Gala tidak mencoba untuk menyukai hal yang dipilihkan oleh orang tua Kakak? Terkadang orang tua memberikan pilihan yang tidak disukai anaknya. Tetapi mereka mempunyai tujuan yang baik."
"Kau juga? Mau dipilihkan orang tuamu?"
Isabela tersenyum getir, "andaikan mereka masih hidup, aku tidak akan menolaknya. Lebih baik menjalankan sesuatu yang aku tidak sukai karena pilihan orang tua daripada keukeuh menjalankan sesuatu yang aku suka tetapi mengabaikan perasaan orang tuaku."
"Ah, maaf. Aku benar-benar tidak tahu tentang orang tuamu." Ucap Gala tidak enak. Sekarang dia mulai mengerti mengapa Arkana begitu sangat bekerja keras sampai lupa dengan kesehatannya. Itu semua karena mereka tidak punya orang tua.
"Oh iya, lalu apa yang Kak Gala lakukan di club'? Aku selalu ingin datang kesana dan melihat seperti apa tempat kerja Kakak. Tetapi dia tidak pernah mengijinkan aku datang kesana."
Gala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Cukup bingung untuk menjelaskan bagaimana kondisi sebuah club' kepada orang yang sama sekali tidak tahu seperti apa tempat itu.
"Aku sedikit bingung menjelaskan semua itu! Tapi kau tahu 'kan Arkana bekerja sebagai apa?"
Isabela mengangguk, "bartander, itu yang selalu Kakak katakan padaku. Apakah Kakakku jujur? Dia tidak melakukan hal lebih buruk dari itu 'kan? Maksudku tidak melakukan hal yang seringkali Kakak ceritakan kepadaku?"
Gala yang memahami kemana arah pembicaraan Isabela langsung menggeleng begitu saja.
"Dia hanya melakukan pekerjaan aman, Isabela. Kenapa kau berpikir begitu? Apa kau tidak percaya pada Kakakmu?" Tanya Gala penasaran.
"Tentu saja aku percaya padanya. Sebenarnya aku takut Kakak melakukan sesuatu yang buruk untuknya agar bisa mendapatkan uang untuk membahagiakan aku."
"Dia sama sekali tidak melakukan pekerjaan yang salah. Dia seorang pembuat minuman, seorang pekerja part time di beberapa tempat, dia Kakak yang baik, dan teman yang baik juga. Kau bisa mempercayaiku juga. Aku yang tahu pekerjaannya setiap hari."
Isabela mengangguk dan tersenyum tulus ke arah Gala, "Kak Gala sendiri, mengapa datang ke club'? Apakah untuk minum-minum? Atau untuk bertemu dengan gadis~"
Gala tertawa cukup keras, membuat orang-orang memperhatikan mereka berdua. Gala mengerti mengapa Arkana meminta Isabela untuk tidak pergi sendirian. Itu semua karena Isabela terlalu polos. Pasti banyak orang yang akan memanfaatkannya.
"Tidak, tidak, aku datang bukan untuk minum-minum seperti yang kamu pikirkan atau bermalam dengan seorang gadis seperti laki-laki kebanyakan yang datang ke club'. Mungkin awalnya aku datang untuk minum, sebelum aku mengenal Arkana. Tetapi setelah aku mengenalnya dan mulai akrab, dia tidak pernah mengijinkan aku minum lagi. Dia memberikan aku segelas air mineral. Bukankah kurang ajar Kakakmu itu? Aku, orang dewasa, datang ke club' hanya untuk minum air mineral?"
"Benarkah?"
"Tentu! Dia benar-benar membuat aku malu,"
Isabela dan Gala tertawa lepas. Mereka seperti teman lama yang dipertemukan kembali. Lalu hari semakin sore dan Gala memilih mengantarkan Isabela pulang sebelum hari semakin larut. Mungkin, Isabela harus melihat dunia lebih jauh. Tidak semua orang jahat, bukan?
~~~~~~~~~