Prolog - 1
Rey Alexander bisa menikahi siapa saja, selama seseorang itu secara biologis terlahir sebagai wanita.
Itulah yang dia pikirkan ketika membaca wasiat ibunya.
Tapi setelah membaca pesan yang dikirim perempuan yang di jodohkan dengannya malah membuat ia merasa mual.
'Saya minta maaf Tuan Alexander, Alangkah lebih baik jika anda mau mempertimbangkan kembali untuk mengambil saya sebagai tunangan. Disandingkan dengan Anda saya merasa sangat tidak pantas. Ada banyak kekurangan dalam diri saya, terutama fisik. Apalagi saya sudah tidak perawan. Wajah saya jelek, punggung dan dada jerawatan, pantat gelap, ketiak berbulu tebal dan gelap, ditambah lagi dada saya Cup A dan ber stretch mark. Saya tidak bisa memasak ataupun mengurus rumah, saya ceroboh, gegabah dan bodoh. Saya tidak bisa berdandan dan buruk dalam pergaulan'
Di kepala Rey Alexander sudah ada gambaran kasar seperti apa wanita yang bakal menjadi istrinya.
Ia tidak tahu apakah benar-benar wanita atau monster yang bakal ia nikahi.
Yang benar saja, seorang Rey Alexander yang terkenal sebagai salah satu dari sepuluh laki-laki tampan, lajang dan kaya di Prevkaya mengambil seseorang wanita jelek seperti itu sebagai istri.
Ibunya, Jasmine Alexander, putri dari bangsawan Alexander, pasti sudah gila saat berhadapan dengan ambang kematiannya. Wasiat yang ditinggalkan ibunya pasti sebuah lelucon.
Jika saja Rey Alexander tidak menikahi Sofia Ramirez, maka seluruh kekayaan yang ditinggalkan ibunya bakal menjadi dana abadi yayasan Doikas. Itu juga berlaku apabila Rey Alexander bercerai ataupun ketahuan berselingkuh.
Artinya ia mesti terjebak seumur hidup dengan seorang wanita buruk rupa atau hidup kembali menjadi gelandangan.
PERINGATAN
CERITA INI MENGANDUNG MUATAN DEWASA SEPERTI KEKERASAN, PENGGAMBARAN TINDAKAN KURANG SENONOH, KONSUMSI MINUMAN KERAS, ROKOK, DLL.
BAGI PEMBACA YANG BELUM CUKUP UMUR ATAU TIDAK NYAMAN DENGAN KONTEN TERSEBUT, DIANJURKAN UNTUK TIDAK MEMBACANYA!!!
1.
Rahang Rey Alexander hampir jatuh karena ternganga tidak percaya pertama kali melihat Sofia Ramirez, istri pilihan ibunya.
Apakah Sofia Ramirez lahir dengan kepala lebih dahulu meluncur ke lantai rumah sakit atau apakah dokter tidak sengaja memukul wajahnya dengan perlengkapan operasi?
Rey Alexander benar-benar tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya ketika bertemu Sofia Ramirez.
"Maaf, saya terlambat" kata gadis itu tersenyum canggung, tapi malah menimbulkan bencana akibat senyumnya.
Senyum itu menampilkan behelnya yang kontras sekali, membuat ia berkali lipat lebih jelek.
Gadis itu benar-benar jujur tentang tidak bisa berdandan, dan seperti terjebak dalam kehidupan yang sama dengan nenek Alexander.
Menggunakan gaun motif bunga, tubuhnya benar-benar lurus tanpa kurva,kacamata tebal, wajah kusam dan berminyak, sekilas saja Rey Alexander sudah bisa melihat rambut wanita itu yang lepek seperti tidak pernah keramas.
Meski gaun dan tasnya barang bermerek tapi terlihat seperti sampah saat digunakan Sofia Ramirez.
"Jangan sungkan" kata Rey Alexander mencoba sekuat tenaga bersikap sopan memundurkan kursi untuk Sofia Ramirez "Silahkan"
Rey Alexander mengernyit, berusaha menahan nafas saat berada di belakang gadis jelek itu.
Astaga, bau tubuh gadis jelek itu membuatnya mual. Bahkan tong sampah dirumahnya tidak sebau itu.
Pemabuk stress mana yang mau tidur dengan monster Sofia Ramirez, pikir Rey.
Hancur sudah kehidupan masa depannya.
"Kau kerja dimana?" Tanya Rey Alexander basa basi, hilang sudah nafsu makannya.
"Hah?" gumam gadis itu membenarkan kaca mata tebalnya.
"Kau kerja dimana?" tanya Rey Alexander sekali lagi, dengan suara lebih keras.
"Apa?" Tanya gadis itu lagi.
Rey Alexander benar-benar ingin memukul jidatnya, selain buruk rupa dan bau, pendengarannya juga terganggu.
Apakah ibunya benar-benar ingin menciptakan neraka untuk Rey?
Rey Alexander menghembuskan nafasnya dengan kasar "Kau kerja dimana?" tanyanya sekali lagi lebih keras, hampir berteriak pada lansia dengan pendengaran buruk itu.
Gadis monster itu mengangguk mengerti, membenarkan kaca matanya sekali lagi "Aku tidak bekerja" jawabnya balas berteriak, membuat makanan di mulutnya menyembur keluar.
Rey Alexander benar-benar ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya jika ia bisa.
Ia mual.
***
Mata Rey Alexander menyapu seluruh pengunjung Club yang berada di lantai dasar dari mezanin, sedang ditangannya terdapat gelas berisi cairan keemasan.
Biasanya ia akan memilih minum sendiri di ruang private yang mewah, tapi khusus hari ini Leon menariknya turun.
Pertemuannya dengan Sofia Ramirez membuat ia depresi.
Matanya menatap rendah, remeh dan jijik pada setiap wanita dan itu sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Ia mulai menamai setiap wanita yang dilihatnya di lantai dansa, lonti, lanji, kutis, cocok merah, perempuan gelandak, pelacur, perempuan jalang, sundal, perempuan jalan, nyamikan, perempuan lancur, munci, perembuan licah, moler, jabong, perempuan nakal, kupu-kupu malam, perempuan tuna susila, bunga latar, bunga raya, cabo, perempuan binal, dia sudah kehabisan nama saat matanya tertuju pada wanita yang mengunakan blush lowcut xstrap halter bodycon dress.
Dia paling jalang dari semua wanita yang ia lihat, wanita menari-nari mengikuti irama musik yang keras, tidak terganggu sama sekali dengan gerombolan laki-laki yang memepet-mepetnya dan menikmati pemandangan tubuh yang sengaja ia pertontonkan pada semua orang.
"Kau lihat siapa?" tanya Leon yang tiba-tiba telah berdiri di samping Rey Alexander penasaran.
Rey Alexander tidak menjawab, tapi Leon bisa mengikuti garis pandang Rey "Lincah juga si Sofia itu" gumam Leon lebih kepada dirinya.
"Sofia?" Rey mengerutkan alisnya. Meski hanya nama yang sama, tapi seolah-olah membawa Rey Alexander pada kenangan tidak menyenangkan tentang pertemuannya dengan calon istri pilihan ibunya.
"Gadis dress merah sexy itu" tunjuk Leon dengan dagunya "Sialan, dadanya masih kencang, kulitnya mulus" lanjut Leon. Jelas mata mereka tertuju pada gadis yang sama dan sekarang Rey sudah punya satu nama di kepalanya 'Ratu Jalang'
"Sepertinya semua kenalanmu hanya sundal" komentar Rey Alexander sarkasme.
Rey Alexander bertubuh tinggi dengan bahu lebar, berdiri dengan postur kaku, mata menatap tidak ramah, dan makin tampak tidak bersahabat dari nada bicara dan caranya berbicara.
Leon mencibir, berdasarkan pemahamannya terhadap Rey, semua wanita terlihat murahan dan rendahan
"Sebenarnya aku baru berkenalan dengannya, dia teman Kimberly Miro" jelas Leon.
"Punya nyali juga si Kimberly setelah menikahi Patrick Kho" gumam Rey Alexander meremehkan.
"Ah, kau baca koran tahun berapa?" Tanya Leon dan menatap Rey dengan lelucon di matanya "Patrick Kho sudah dibuang kelaut oleh Kimberly, mereka membatalkan pernikahan, dengan status lajangnya ia gaet pemilik Eightcent Games" lanjutnya menjelaskan.
"Wah, luar biasa dia. Setelah menikahi Jamie dia masih suka kelayapan sampai selarut ini, luar biasa wanita-wanita kenalanmu" balas Rey Alexander.
"Hei, kau mau kemana?" teriak Rey Alexander makin kesal karena Leon sudah melangkah turun sehingga beberapa detik yang lalu ia bicara sendiri.
Leon mengedipkan matanya "Mencoba peruntungan mencicipi Dewi Kimberly. Kau juga cobalah peruntungan" jawabnya dengan nada main-main.
"Kau cari mati!!!" kata Rey Alexander mencoba menghentikan, sayang sekali Leon sudah jauh dan tak bisa mendengarnya.