Mahasiswa Teladan
Gue punya sebuah kondisi, dimana kepala gue selalu pusing kalau bangun pagi. Rasanya, mata gue masih belum siap buat terbuka lebar, dikarenakan masih terlalu banyak belek nempel dipenjuru mata gue. Endingnya, gue selalu tidur lagi, bangun siang, dan telat datang ke kampus. Tak jarang gue baru bisa bangun setelah dapat pesan “Woi, k*****t! dimana, lo ? udah masuk, nih .” dan selalu gue bales “Masih dijalan, macet, titip absen aja, Bro.”
Gue kuliah disalah satu Universitas di kota Bandung. Ya, macetnya Bandung sekarang gak kalah sama macetnya Jakarta. Tapi, karna macet itulah, gue bisa beralasan buat datang telat ke kampus.
“Acep, kenapa kamu telat ?”
“Maaf Bu, tadi dijalannya macet, ada demo dikantor Walikota.”
“Ya sudah, cepat duduk.”
Gue, pun, bisa bernafas lega.
Jarak dari kosan ke kampus gak terlalu jauh dan gak terlalu dekat, adalah, lima kilo meter. Atas dasar itulah, gue kalau ke kampus selalu nunggu lima menit sebelum masuk, atau, setelah mata kuliah pertama selesai. Endingnya, gue gak ngampus, karna saat itu satu mata kuliah.
Gue kadang suka heran sama mahasiswa yang udah jelas – jelas datang telat, kenapa coba mesti buru – buru. Padahal, kan ada diskon lima belas menit untuk telat, jadi, santai aja kalau telatnya baru empat belas menit lima puluh sembilan detik. Tapi kalau udah telat satu jam biasanya gue langsung nongkrong dikantin. Bagi, gue, mau datang ontime atau pun telat ke kampus, gak ada bedanya kok. Pulangnya pasti bakal bareng juga, kan. Eh, ini, ngawur.
Nah, gue ada sedikit tip nih, buat kalian yang sering telat, atau berencana telah. Jika dosen kalian bertanya “Kenapa datang terlambat ?” kalian tinggal jawab
“Ban motor saya bocor pak.” Jangan lupa dengan ekspresi nangis dan sedih, agar dosen kalian merasa iba.
Misalnya, kalian besok telat lagi, tinggal jawab aja “Bensin motor saya habis ditengah jalan Pak.. tukang bensin langganan saya lagi liburan keliling Eropa.” Sang Dosen pun bakal merasa terharu melihat perjuangan kalian datang ke kampus.
Dan, jika kalian masih aja telat, ataupun sengaja datang telat, dan Dosen mulai curiga kalau kalian bohong, kalian bisa jawab “Motor saya digadaikan ke pagadaian Pak, buat bayar semesteran kampus.” Jangan lupa berdoa, dan berharap otak nya dosen kalian berubah jadi Pentium satu, hingga percaya dengan alasan kalian.
Reputasi gue sebagai mahasiswa tukang telat, sudah mendapat pengakuan dari semua dosen. Bahkan, jika, ada lomba paling telat datang ke kampus, gue yakin, pasti gue jadi juaranya. Lalu foto gue ditempel di mading kampus dengan tagline “ Mahasiswa Teladan ( Telat Datang Pulang Duluan )
Orang tua gue pasti bangga, anaknya punya prestasi cemerlang.
Dikampus gue memilih jurusan Management Informatika. Gue pernah berkhayal, jika gue memilih jurusan ini, gue bisa jadi seorang hacker. Kan enak, gue bisa ngehack rekening temen gue, terus duitnya, lumayan, kan, bisa gue pake buat jalan – jalan ke luar negeri, sekalian nemuin abang gue, yaitu, Mark Zuckerberg.
Dikampus, gue punya temen deket, namanya Guntur Pratama, anak – anak kelas biasa manggil dia dengan panggilan Thunder. Tapi, gue beda, gue lebih enak manggil dia dengan panggilan Om Gun. Bukan, bukan karna dia om gue, tapi karna mukanya yang keliatan tua, bisa dibilang umur mahasiswa muka mahaboros. Kasihan sekali.
Om Gun punya ciri – ciri sebagai berikut : Badannya kurus kerempeng kayak orang eskimo kurang gizi, rambutnya ikal, kulitnya hitam remang – remang kayak tempat prostitusi. Dan yang menjadi ciri khasnya, kumis tipis di tepi bibirnya, kayak ikan lele di empang.
Kadang, gue suka geli sendiri kalau lagi ngobrol sama dia. Kumisnya itu loh, naik turun. Menjijikan. Gue pernah ngusulin ke dia, buat cukur habis semua kumisnya, tapi reaksinya malah bikin gue inget Allah.
“Om, itu kumis cukur, deh, geli gue litanya.”
“Jangan !, kumis ini adalah warisan turun temurun dari keluarga.” Jawabnya, lalu dia berdiri dari kursinya “ Kumis ini, adalah, jimat, untuk menaklukan dedek – dedek gemesh diluar sana. “ lanjutnya , sambal mengacungkan jari tengah. Gue melongo sambal garuk – garuk meja.
Mari kita tinggalkan sejenak perkenalan dengan Om Gun, dan fokus lagi pada jagoan utama dalam cerita ini (siapa lagi kalau bukan gue *sisiran*). Disemester satu gue jadi mahasiswa paling b**o soal mata kuliah akutansi. Setiap mata kuliah akutansi gue selalu deg – degan, dan ekspresi muka gue jadi nggak nyante, karena ekspresi muka yang nggak nyante itulah dosen malah menyuruh gue ngerjain soal.
“Acep, coba kamu kerjakan soal didepan.”
Gue maju dengan perasaan takut. Takut kalau gue nggak bisa jawab dengan baik dan benar. Takut kalau gue gagal paham sama materi yang dosen ajarkan. Takut kalau gue nggak lulus mata kuliah ini. Takut kalau gue harus ngulang disemester depan sendirian. Takut setelah gue ngulang tetep aja nggak lulus. Akhirnya gue jadi mahasiswa abadi dikampus, ujung – ujungnya gue pasti bakalan di-DO.
Selesai dari papan tulis, gue langsung duduk lagi dikursi. Gue liat dosen berdiri dari tempat duduknya, mengambil spidol, dan lalu memberikan sebuah tanda silang yang besar pada jawaban gue, itu artinya, jawaban gue salah total. Sial, udah capek – capek ngerjain, sampai keluar keringat dingin, eh, jawaban gue malah salah total. Disitu terkadang saya merasa sedih L
Gue kira karena jawaban gue yang salah, dosen nggak bakalan lag menunjuk gue. Ternyata gue salah. Hampir tiap mata kuliah akutansi, dosen itu selalu nunjuk gue buat jawab soal didepan. Karena sering banget disuruh ngejawab soal itulah, gue jadi berniat buat dateng telat saat mata kuliah akutandi. Pernah satu waktu gue datang telat banget (Bukan nggak sengaja telat, tapi emang sengaja gue telatin banget) gue baru muncul didepan pintu kelas sekitar sepuluh menit menjelang mata kuliah akutansi selesai. Keterlambatan gue yang diambang batas kewajaran, jelas mengundang rasa penasaran dosen.
“Acep, kenapa kamu telat ?”
“Maaf Pak, dompet saya tadi ketinggalan dikostan, jadi saya balik lagi, begitu saya mau berangkat ke kampus lagi eh, ada truck fuso keguling ditengah jalan, jadinya macet banget.”
“Ya, sudah, cepat duduk.”
Akhirnya trik dan alasan gue berhasil mengelabui dosen, dengan begini gue yakin banget dosen nggak akan nyuruh gue buat ngejawab soal didepan. Tapi, keyakinan itu hanya mampir beberapa detik, belum semenit gue duduk, dosen itu manggil gue dengan intonasi yang lantang.
“Acep, coba kamu kerjakan soal didepan.”
“Haaa?”
Gue nangis sambil ngunyah papan tulis.
Bukan cuma akutansi, ada juga mata kuliah yang sangat gue benci, yaitu, kalkulus. Awalnya gue kira kalau gue masuk jurusan Management Informatika gue nggak bakal ketemu lagi sama yang namanya matematika, tapi dugaan gue salah total. Didalam dunia perkuliahan nggak akan ada yang namanya matematika, yang ada hanya kalkulus. Intinya mata kuliah itu nggak jauh beda sama matematika, hanya penamaannya saja yang berbeda. Ditambah dari SD sampai SMA gue paling b**o dalam hal hitung – menghitung. Tapi, kalau soal ngitung duit, gue jagonya. Muehehe…
Lagian gue heran, apasih manfaatnya gue belajar matematika tentang akar kuadrat, cos, tan, rumus lingkaran, rumus setengah lingkaran, rumus segitiga, bahkan sampai rumus menghitung kecepatan pipis teman. Semua rumus itu bikin kepala gue mau pecah kalau mengingatnya. Tapi, ada satu rumus yang bikin gue seneng, rumus mengingat senyuman kamu. Iya, kamu.
Pada dasarnya, dalam kehidupan sehari – hari, semua rumus itu nggak pernah, bahkan sama sekali nggak dipake. Gue belum pernah liat atau denger tukang sayur saat mau menotalkan belanjaan pembelinya ngomong “Bentar ya, saya pakai rumus lingkaran dulu biar hasilnya akurat.” Atau saat tukang sayur akan memberikan kembalian kepada pembelinya,”Bentar ya, saya pakai rumus akar kuadrat dulu, biar kembaliannya pas.” Pada kenyataannya, dalam kehidupan real setiap orang dan dalam kehidupan tukang sayur, rumus matematika yang sering digunakan tambah, kurang, kali dan bagi. Itupun menghitungnya bukan secara manual, tapi pakai kalkulator.
Ngomongin soal kalkulator, gue jadi inget kejadian saat UAS semester satu. Sehari sebelum UAS dilaksanakan gue dan temen – temen sekelas udah sepakat buat bawa kalkulator, agar lebih gampang sharing jawaban sama yang lainnya. Hari pertama UAS diisi oleh mata kuliah Pengantar Hardware dan Akutansi. Jam pertama diisi oleh mata kuliah Pengantar Hardware, kami diberikan waktu satu setengah jam untuk menyelesaikan semua soalnya. Gue yang emang udah punya dasar dan jago dalam mata kuliah ini (Sorry, bukan sombong, tapi itulah kenyataan yang harus gue ungkapkan. Trust me. It works) dalam waktu setengah jam, semua soal udah gue jawab dengan sempurna. Sementara temen – temen gue yang lain masih pada sibuk ngerjain. Ada yang diem – diem searching diinternet, ada yang tukeran tempat duduk. Bahkan ada yang sampai pura – pura kesurupan agar bisa segera keluar dari ruang ujian.
FYI; Ruang ujian gue saat itu emang bersebelahan banget sama toilet angker dikampus gue, toilet itu sudah hampir sepuluh tahun lebih nggak digunakan. Konon katanya. Dulu, pernah ada mahasisiwi yang bunuh diri ditoilet itu karena hamil diluar nikah, dan pacarnya nggak mau bertanggung jawab. Frustasi karena anak yang dilahirkannya nggak akan punya bapak, akahirnya mahasiswi itu mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri ditoilet itu. Tapi, kalau menurut gue, dia lebih frustasi karena status deh. Belum menikah tapi udah jadi janda, punya anak lagi, istilahnya perawan rasa janda. Stop. Kenapa gue jadi bahas cerita horor ? ini kan genrenya komedi, bukan horor, woy !
Oke, back to topic. Selesai mata kuliah Pengantar Hardware dilanjut mata kuliah akutansi. Semua berbeda 180 derajat. Kalau dimata kuliah sebelumnya dalam waktu setengah jam semua soal udah berhasil gue jawab. Tapi, dalam mata kuliah akutansi, udah satu jam, belum satu soal pun berhasil gue jawab. Gue frustasi. Gue panggil temen gue yang duduk didepan gue.
“Shut….. shut…..” Gue mencoba memanggil temen gue, dia noleh “Apa?”
“Bagi jawaban nomor 1 sampai 10 dong.” Jawab gue
“Belum semua Cep, jawabannya loncat –loncat.”
“Nggak apa – apa. Nih, tulis aja jawabannya dikalkulator gue.”
Dan….hap… seketika kalkulator gue udah berpindah tangan. Gue bersikap tenang dan tetep stay cool sambil menunggu jawaban datang. Tapi, udah hampir dua puluh menit jawaban dari temen gue belum juga datang. Temen – temen gue yang lain udah pada ngumpulin dan keluar dari ruang ujian. Gue mulai frustasi lagi. Gue panggil lagi temen gue
“Shut… shut…” temen gue noleh “Mana jawabannya ?”
“Nih.” Seketika kalkulator gue berpindah tangan lagi ke gue. Tetapi pas gue liat, ternyata layarnya masih kosong “Jawabannya mana k*****t ?” Tanya gue sedikit emosi
“Gimana gue mau nulis jawabannya, kalkulator lo itu nggak bisa dipake buat nulis huruf.”
Ternyata gue salah bawa kalkulator. Yang gue bawa malah kalkulator tukang sayur, harusnya yang gue bawa scientifict calculator agar bisa nulis huruf dilayarnya,atau paling nggak bisa nyelipin kartas jawaban dibalik tutupnya. Gue nengis sambil banting kalkulator.
Hari kedua UAS diisi oleh mata kuliah RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) dan Simbada (Sistem Basis Data) calm down, dua mata kuliah itu juga lumayan gue kuasai materinya. Jam pertama diisi oleh mata kuliah Sistem Basis Data. Begitu pengawasnya masuk, anak – anak kelas gue yang lebih banya cowoknya daripada cewek langsung pada bersorak “WOW….” Iya, ternyata yang jadi pengawas diruangan gue itu merupakan mahasiswa cewek tingkat akhir dikampus gue. Wajahnya cantik banget lagi. Selain cantik dia juga pakai rok hitam diatas lutus, kemeja putih yang agak basah karena kehujanan, dan seikit transparan. Gue suka itu.
Ada kejadian absurd yang bikin gue dan Om Gun ngakak saat pengawas cewek itu membagikan soal ujian, kebetulan gue dan Om Gun duduknya bersebelahan. Pengawas ujian cewek itu mulai membagikan soal ujian ketiap kursi. Setelah gue dan Om Gun kebagian soal, pengawas itu melewati kami berdua, sambil …… melepaskan gas beracun yang keluar dari pantatnya, atau bahasa bekennya kentut. Suara kentutnya emang nggak keras, bisa dibilang kentut ninja. Tapi, karena posisi gue dan Om Gun yang tepat dibelakangnya, kami dapat mendengar jelas suara ketutnya “Psss….” Pengawas itu mengeluarkan kentutnya, suaranya mirip kayak ban motot yang dikempesin sama tukang tambal ban. Reflex gue dan Om Gun langsung nutup hidung sambil nahan ketawa.
“Kamu kenapa, kok hidungnya ditutup gitu, mimisan ?” Tanya pengawas cewek itu, sesaat setelah dia melihat ke arah Om Gun.
“Bukan kak, barusan ada laler ijo masuk kedalam hidung saya, tapi udah keluar lagi. Saya nutup hidung, takutnya laler ijo itu bawa teman – temannya buat masuk lagi kehidung saya.” Mendengar jawaban Om Gun yang ngasal, gue malah makin ngakak, bodo amat dibilang orang gila juga, terus pengawas cewek itu nanya ke gue, “Kamu kenapa ketawa ? kalau ada kabahagiaan bagi – bagi dong sama yang lain.” Serasa pengen gue jawab “Kebahagiaan gigi lo salto, gue itu kesiksa nyuim bau belerang campur terasi .” kalimat itu cuma gue teriakkan dalam pikiran. Gue nggak tega kalau harus sampai bongkar aib cewek cantik didepan orang banyak. Tenang kakak pengawas yang cantiknya biadab banget, rahasia lo aman ditangan gue. *Ketawa Antagonis*
Akhirnya gue jawab,”Kalau saya bagi – bagi kebahagiaan ini, takutnya yang lain nggak kuat buat menerima kebahagiaannya.” Gue ngakak sejadi – jadinya ngakak. Eh, Om Gun juga malah ikut ngakak mendengar jawaban gue.
Ujian pun dimulai, tapi, bau belerang campur terasi itu belum juga hilang dari ruangan ujian. Temen – temen gue yang lain juga udah pada nutup hidung. Ditambah diruang ujian ada kipas angina yang lagi dinyalain. Jadinya bau belerang campur terasi itu muter – muter nggak jelas didalam ruangan. Bahkan, ada salah satu temen gue yang ngomong dengan lantang “Ini siapa sih yang kentut ? baunya biadab banget. Gak ilan – ilang lagi. Gue yakin pelakunya tadi pagi bukan sarapan nasi, tapi malah sarapan telor busuk. Ya Allah gue nggak kuat, mau muntah.” Temen gue langsung keluar ruang ujian untuk menghirup udara segar.
Gue yang liat tingkah laku temen gue malah jadi ketawa lagi. Sementara sang pelaku alias pengawas ujian, malah mesem – mesem nggak jelas ke arah gue, sambil ngomong “Diem kamu, aku malu tau.” Tanpa mengeluarkan suara dan hanya gerakan bibir saja. Akhirnya rencana nomor dua belas gue hapus; PDKT denga pengawas ujian saat sedang ujian. I’m sorry kakak pengawas ujian, biarpun cantik lo biadab banget. Tapi, gue masih lebih sayang paru – paru. Gue nggak mau kalau tiap harinya harus menghirup bau belerang campur terasi.
Setelah kejadian insiden kentut ninja itu, setiap gue nggak sengaja berpapasan dengan pengawas cewek itu dikampus. Pasti dia selalu mesem – mesem nggak jelas kearah gue, sambil ngomong “Please.. jangan bongkar aib gue.”
Sekarang gue jadi tau, kalau kentut yang mengeluarkan suara itu lebih aman dan tentunya ramah lingkungan. Berbeda jauh dengan kentut ninja. Pelaku kentut ninja nggak akan ketauan, tau – tau kecium aja bau belerang campur terasi. Apalagi kalau kentutnya didalam ruangan yang pake AC. Insya Allah, bukan bau aja yang didapet, emosi juga iya.
Gue jadi lebih tau, ternyata mau cewek cantik atau cewek jelek kalau kentut tetep aja kentut mereka itu bau. Awalnya gue kira kalau kentut cewek cantik itu baunya kayak wangi parfum paris hillton refill, ternyata dugaan gue meleset. Tapi, ada satu hal yang dari dulu sampai sekarang bikin gue penasaran. Kalau cewek jelek lagi boker, terus ngeden, pasti tingkat kejelekannya meningkat drastic. Nah, kalau cewek cantik gimana,ya ? apa tingkat kecantikannnya berkurang ? atau mungkin ketika dia boker, terus ngedek tingkat kecantikannya semakin bertambah ? Entahlah, hanya cewek yang terlahir cantik dan Tuhan yang tau.
-o0o-
Hari Senin adalah hari yang paling dibenci umat manusia didunia, terutama mahasiswa. Lagi enak – enak menikmati weekend, mendadak inget hari senin harus masuk kampus lagi. Ditambah ada ulangan pula. Benar – benar k*****t dari segala k*****t.
Mahasiswa dari belahan dunia manapun pasti sangat semangat ke kampus di hari sabtu, bau – bau weekend sudah tercium jelas. Mata kuliahnya pun biasasnya lebih ringan. Cuma mahasiswa dengan status jomblo ngenes kayak gue yang benci hari sabtu, karna sabtunya adalah sabtu malam. Iya, jomblo kayak gue gak tau namanya malam minggu. Weekend pun biasanya gue pake seharian buat tidur dikostan, melepas penat dari siksaan tugas yang berat.
Nenek gue pernah bilang “Lebih baik telat, dari pada nggak sama sekali.” Awalnya gue percaya. tapi untuk dua minggu kedepan, kayaknya pepatah dari nenek harus gue lupakan dulu. Ya, hari itu kampus gue mengadakan UTS semester dua, gue gak boleh telat, apalagi mata kuliah pertama diisi Logika Algoritma. Gue gak mau kalau harus ngulang mata kuliah itu disemester depan. Atau harus ujian susulan. Oke sekarang bukan saatnya bayangin aura kasih naik kuda lumping. Gue harus segera masuk kamar mandi dan main sama sabun. Iya sabun. Ritual pagi selesai. Si Rembo juga udah seneng banget barusan main sama air dikasih sabun dikit. Oke abaikan.
Sampai dikampus gue langsung jalan menuju ke ruangan UTS. Entah kenapa gue semangat banget. Mungkin karena semalem udah gue babat habis baca buku …… majalah FHM. Begitu sampai diruang UTS, gue dibuat aneh. Ruangannya masih pada kosong. Gue ambil handphone dan langsung kirim pesan ke Om Gun.
“Om, lo dimana ?
“Dikostan. Kenapa ?”
“Ngapain dikostan ? hari ini kan UTS, buruan ke kampus.”
“Lo tau kan, yang namanya UTS itu diminggu kedua.” Gue cek tanggal dihandhone, sial gue salah jadwal lagi.
“Hehehe.. gue lupa.”
“Makanya lain kali kambing yang dipiara, jangan b**o. Gak bisa dijual pas hari kurban.” Sial, dia malah ngebully gue. Terus ngapain gue cepet – cepet datang ke kampus ?? giliran datang ontime, eh, malah salah jadwal. Kayaknya, emang gue ditakdirkan buat selalu datang telat.
Daripada gue gak ada kerjaan dikampus, mending gue pulang, terus tidur dikostan, nerusin mimpi yang semalam sempat belum selesai. FYI : Gue mimpi lagi disuapin Melody JKT48.
Tapi di tengah jalan menuju kostan, kesialan kembali menimpa gue. Motor gue tiba – tiba mogok. Pas gue cek, ternyata bensinnya habis. Seperti kata pepatah “Datangnya kesialan selalu didamping dengan keberuntungan.” Seperti halnya mini market merah dan mini market biru yang selalu berdampingan. Apa hubungannya ?
Beruntungnya, motor gue mogok tepat di depan SPBU. Gue langsung nuntun motor buat isi bensin. Selesai isi bensin, mbak penjaga SPBU malah bikin gue kesel. Kembaliannya malah diganti permen. Karna gak terima, gue ceramahin tuh mba penjaga SPBU.
“Mbak, ini kan SPBU bukan mini market, kembaliannya pakai uang dong.”
“Kenapa ? gak terima ? gak suka ? mau protes ? terus sekarang maunya gimana ?”tanyanya sambil ngelirik tajam kearah gue.” AKU CAPE KAMU GINIIN TERUS ! MENDINGAN KITA PUTUSSSSS !!!! “
“Lha ??”
Dia balik badan lalu nangis sesegukan
Giliran gue cuma bisa minum bensin dari mesin SPBU
Karena mati gaya, mending gue lanjutin perjalanan lagi. Saat gue akan menyalakan motor, mbak SPBU manggil gue lagi. Dalam hati “Gue yakin dia pasti mau minta maaf, karna nyesel udah ngebentak cowok seganteng gue.”
“Mas, ini permennya ketinggalan satu.” Katanya tanpa dosa
“Haa ??”
Gue nangis sambil makan permen rasa baygon….