bc

Sang Dosen Cantik

book_age18+
212
IKUTI
1.3K
BACA
HE
badboy
confident
drama
loser
detective
campus
highschool
addiction
like
intro-logo
Uraian

Sherry Queensha Manggala adalah dosen muda yang ternyata memiliki trauma karena ayahnya yang gemar berselingkuh. Zayn Adhitama Saputra adalah mantan kekasih Sherry, yang juga mengkhianatinya. Trauma itu yang membuat Dimas Kalandra Saputra sulit untuk mendapatkan hati Sherry, sekalipun Dimas sudah menyelamatkannya berkali-kali. Secara kebetulan, Zayn adalah kakak kandung Dimas, namun Dimas merahasiakannya dari Sherry. Nantinya kebohongan itu akan menjadi boomerang bagi Dimas untuk mendapatkan kepercayaan Sherry.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Gadis Cantik Itu Dosenku
Matahari mulai terlihat di ufuk timur saat Dimas memeluk seorang gadis dari arah belakang. Perlahan Dimas mencuri ciuman di puncak kepala gadis tersebut, lalu ke pipi sebelah kiri, lalu menuju bibir. Jarak mulai terkikis, sedikit lagi bibir itu tersentuh, lalu … Pletak! Terdengar bibir Dimas disentil seseorang. “Woy, bangun woy, mimpi jorok ya pasti?! Wahahahahaaha,” “Aaarrggggghhh!!! Kakak ganggu mimpi aja deh. Udah sana keluar!” Dimas berteriak kesal karena mimpi indahnya terganggu oleh ulah kakak laki-lakinya. “Huahahahaha. Lagian, udah waktunya kuliah masih molor aja! Sana mandi. Si Rakha udah di ruang tamu tuh,” Sang kakak lalu meninggalkan kamar Dimas dengan santai tanpa dosa. Ternyata adegan tersebut hanya mimpi Dimas saja. Dimas duduk di tepi ranjangnya, masih mengingat-ingat wajah gadis dalam mimpinya. Sudut bibirnya terangkat ke atas menyunggingkan senyum. “Ah cuma mimpi. Tapi cewek tadi cantik banget. Andai aja bisa ketemu di dunia nyata. Hihihihi. Tapi aneh aja, nggak pernah seumur-umur mimpiin cewek mukanya jelas gitu. Mana cantik pula.” Dimas cekikikan sendiri. Mendadak dia seperti mendapat mood booster sebelum berangkat kuliah. Beberapa saat kemudian Dimas turun dari kamarnya menuju ruang tamu setelah sebelumnya mandi kilat sekedar formalitas berangkat kuliah. “Rajin amat pagi-pagi udah nyamperin ke rumah?” tanya Dimas begitu sampai di ruang tamu dimana Rakha sedang menunggunya sambil memainkan ponsel. “Mau nebeng ini," Rakha tersenyum ke arah meringis. "Mobilku baru diservis. Ini tadi diturunin doang kesininya,” Rakha menjelaskan perihal kedatangannya pagi-pagi ke rumah Dimas. “Yaelah ngerepotin aja sih jadi orang?! Tadi kenapa nggak minta diturunin di kampus sekalian?” Dimas berkata sambil berpura-pura kesal. “Eh iya juga sih ya. Kenapa tadi aku nggak kepikiran ya? Ah, udah terlanjur nih. Nebeng lah Dim. Pleaseeee,” Rakha menangkupkan kedua tangannya pertanda memohon. “Wahahahaha. Kayaknya dulu waktu Tuhan bagi-bagi otak, kamu datengnya telat ya? Makanya nggak kebagian,” Dimas puas menertawakan temannya itu. Rakha hanya bisa memajukan bibirnya mencebik olokan Dimas. “Iya iya aku tebengin. Tapi sarapan dulu, Tuh udah disiapin di meja makan,” Dimas menunjuk ke arah meja makan di rumahnya. “Aseeekkkk. dengan senang hati Dim hahahaha,” Rakha lalu berdiri dan mulai berjalan menuju ruang makan bersama Dimas. “An! Sarapannya udah mama siapin nih. Sekalian ajak Rakha tuh,” Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah ruang makan dimana Wita, mama dari Dimas memanggil nama tengah anak bungsunya itu. Andra, begitulah Dimas biasa disapa saat bersama keluarganya. “Iya maaaa … ini lho udah sampai di meja makan,” Dimas kesal karena harus diteriaki sang mama saat ada teman kampusnya di rumah. Bisa jatuh pencitraan baik Dimas di mata teman-temannya. Rakha, Dimas beserta keluarganya pun menikmati sarapan yang sudah terhidang di meja. Setelah selesai sarapan, Dimas dan Rakha pamit untuk berangkat kuliah. ==== Sesampainya di parkiran kampus, Dimas, Rakha, dan Ardy menyenderkan tubuh mereka di mobil Dimas sambil mengobrol, menunggu waktu kuliah perdana mereka di semester enam. Sebuah mobil SUV merah datang ke arah mereka, memarkirkan diri di samping kanan mobil Dimas yang masih kosong. Keluarlah sosok gadis cantik, dengan celana berwarna putih gading membalut kakinya, blouse pink muda dengan aksen tali menjuntai di bagian d**a, sepatu wedges yang tidak terlalu tinggi, rambut panjang dikuncir ekor kuda yang menampakkan leher jenjangnya, dan semerbak aroma green tea dari tubuhnya. Penampilan dari ujung rambut hingga kaki bisa ternilai bahwa gadis tersebut berasal dari kalangan berada. Ketiga mahasiswa tadi hanya melongo takjub melihat sosok yang baru mereka lihat saat itu. “Eh siapa tuh? Cakep banget. Kayaknya belum pernah lihat deh,” Rakha bertanya kepada kedua teman di sampingnya, yang ternyata juga sama melongonya dengan dia. “Nggak tau juga. Aku baru liat sekarang,” Ardy pun tak kalah terpesona. “Eh, kayak pernah liat deh, tapi dimana ya?” Dimas mengingat-ingat dimana dia pernah bertemu gadis tersebut. Dan beberapa saat kemudian.. “Waaaa!!!” tiba-tiba Dimas berteriak disambut kekagetan luar biasa dari Rakha dan Ardy. Buugghh! Suara buku dipukulkan ke lengan Dimas sebagai wujud keterkejutan Rakha. “Santai aja kali bro! Liat cewek cantik aja teriak-teriak kayak tarzan!” Ardy sewot karena ikut kaget. Sementara Dimas hanya cengengesan tanpa dosa. ‘Dia cewek yang tadi pagi aku mimpiin! Jodohku kali ya?’ Dimas membatin sendiri dan perasaan berbunga-bunga menjadi penyemangat Dimas di semester baru ini. Walaupun agak terkejut dengan teriakan Dimas, namun si gadis tidak menganggap penting percakapan ketiga mahasiswa tersebut, dan langsung melangkahkan kaki menuju gedung kampus. Baru beberapa meter menjauhi kerumunan Dimas dan kawan-kawan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. “Hai cantik. Mahasiswi baru ya? Mau kuliah apa?” Dimas dengan gaya percaya dirinya menghadang langkah si gadis. Sang gadis hanya bersedekap tangan di d**a, memandang heran pada Dimas. “Mas, bisa tolong minggir nggak? Saya mau lewat!” “Widihhh galak banget sih. Ok, aku bakal minggir, tapi kenalan dulu dong. Namaku Dimas, nama kamu siapa?” Dimas mengulurkan tangan masih dengan gaya playboy tengilnya. “Baiklah Dimas, senang berkenalan dengan Anda!” Si gadis menjabat tangan Dimas dengan kuat lalu menarik Dimas ke sisi lain agar tidak menghalangi jalannya. Begitu Dimas minggir dari hadapannya, si gadis meneruskan langkahnya. “Woy… kamu belum bilang siapa namamu!” Dimas berteriak karena sang gadis sudah berlalu menjauhinya. “Nanti juga tahu sendiri!” teriak gadis tersebut tak kalah keras. “Waaaahhh... bikin penasaran aja sih.” Dimas lalu berjalan menuju tempat teman-temannya berada tadi. ==== Pukul 08.30 para mahasiswa semester 6 sudah berada di ruang kelas A.31, termasuk Dimas, Rakha dan Ardy. Mata kuliah yang akan mereka tempuh saat ini adalah Manajemen Kualitas Jasa. Mata kuliah pilihan bagi mahasiswa yang akan meneruskan minat studi lingkup Manajemen Kualitas. Datanglah Pak Derry, Sang ketua Jurusan sekaligus dosen pengampu mata kuliah tersebut. Namun kali ini beliau tidak sendiri. Ada gadis cantik berjalan di sebelahnya, ikut masuk ke ruang kelas. Ya, gadis bermobil merah yang sempat Dimas temui di parkiran mobil tadi bersama dua orang temannya. ‘Ternyata dia ikut kelas ini juga?’ tanya Dimas dalam hati. ‘Kesempatan buat PDKT nih. Kali ini aku nggak akan main-main. Nggak bakal ada istilah friendzone sama dia. Harus jadian pokoknya. Dia jodohku!’ “Selamat pagi adek-adek mahasiswa semuanya,” sapa Pak Derry membuka perkuliahan pagi itu. “Selamat datang di kelas Manajemen Kualitas Jasa, dengan saya Derry Irawan sebagai dosen utama, dan juga Ibu Sherry Queensha Manggala sebagai dosen pendamping yang akan ikut mengajar bersama saya. Kami adalah team teaching untuk mata kuliah ini,” Pak Derry memperkenalkan gadis disebelahnya sebagai dosen. Keriuhan terjadi, para mahasiswa seolah menggoda wanita yang ternyata adalah dosennya. Dimas pun mencelos mengetahui gadis yang dimimpikannya itu adalah seorang dosen. Padahal beberapa menit yang lalu dia bertekad untuk menjadikannya lebih dari sekedar teman. Berbekal mimpi manis di pagi hari, Dimas yakin bahwa Sherry adalah jodohnya kelak. Terlebih tadi dia sempat menggodanya. Bukan salah Dimas mengira Sherry adalah mahasiswi, karena nyatanya raut muka Sherry masih sangat muda, dan bahkan masih cocok menyandang gelar mahasiswa baru. Dimas pun hanya bisa menyunggar rambutnya frustasi menerima kenyataan itu. 'Mampus gue! Nilai mata kuliah ini bakalan E nih,' tangis Dimas dalam hati. Dia sudah ketakutan mengira-ngira akibat dari ulahnya pagi tadi. “Selamat pagi, perkenalkan saya Sherry yang akan mengajar kalian bersama dengan Pak Derry,” sapa Sherry memperkenalkan diri. “Ibu Sherry adalah lulusan S1 dan S2 di Netherland, dan mulai hari ini beliau bergabung dengan jurusan kita sebagai staf pengajar. Kedepannya saya harap kalian bisa menghormati beliau walaupun beliau masih sangat belia,” Pak Derry masih melanjutkan perkenalan Sherry. “Status, Bu?” “Umur berapa, Bu?” “Tinggal di mana, Bu?” Teriakan pertanyaan terlontar dari mulut mahasiswa di kelas itu, yang ditanggapi Sherry dengan senyuman sebelum akhirnya dia menjawab. “Saya tinggal tidak jauh dari sini kok. Di Jogja saja, usia saya 24 tahun, dan belum menikah.” “Sudah punya pacar belum, Bu?” lagi-lagi ada mahasiswa yang menggoda. “Saya belum punya pasangan, mungkin kalian mau carikan jodoh buat saya?” Sherry tertawa sambil menjawab pertanyaan konyol para mahasiswanya itu. Adapun sorak tepuk tangan seisi kelas menanggapi jawaban “belum punya pasangan” yang keluar dari mulut Sherry. “Ah sudah sudah perkenalannya bisa dilanjutkan lain kali. Bu Sherry bisa ditemui di ruangan dosen lantai 5 ya adek-adek jika kalian membutuhkan bimbingan beliau. Sekarang kita bisa mulai kuliah. Oke? Dan kepada Bu Sherry saya persilakan duduk dimanapun yang Anda rasa nyaman,” Pak Derry mempersilakan Sherry untuk memilih tempat duduk. Sherry pun memilih bangku kosong di posisi paling belakang agar bisa melihat kelas dengan leluasa. Aroma parfum green tea semerbak tercium ketika Sherry melewati baris kursi hingga menuju kursi paling belakang. Dimas sedari tadi tak henti memperhatikan Sherry. Hingga tatapan mata mereka bertemu, dan Sherry memberikan tatapan mengejek serta menggariskan telunjuknya ke leher, pertanda dia akan membalas perbuatan Dimas. Dimas hanya bisa nyegir ngeri membayangkan nasib satu semester ke depan bakal dibully oleh dosen barunya. Dosen cantik yang entah mengapa hadir di mimpinya. Sherry Queensha Manggala.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.2K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Desahan Sang Biduan

read
54.0K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook