> MAKAN SIANG BERSAMA <

1667 Kata
Darren berjalan keluar gerbang kantor, ia melangkahkan kakinya menuju rumah makan yang berada di sebrang jalan tempat kerjanya. Ketika Darren sudah berhasil menyebrangi jalan besar, ia menoleh ke arah sampingnya dan bingung karena tidak menemukan Bunga. ‘ Kemana perempuan itu? ‘ batinnya. “ DARREN! Aku takut! “ teriak Bunga yang masih berada di depan gerbang kantor, ternyata Bunga tertinggal dan dia tidak bisa menyebrangi jalan besar itu sendirian karena tadi pada saat Darren menyebrang, lelaki itu sama sekali tidak menunggunya bahkan berjalan begitu cepat, alhasil Bunga jadi ketinggalan. “ Ck, merepotkan! “ Darren berdecak sebal, perutnya sudah keroncongan meminta untuk segera diisi, tapi kehadiran Bunga membuat Darren harus bersabar dan menahan lapar. “ Tolongin! “ teriak Bunga terdengar sedikit manja. Terpaksa Darren kembali menyebrang ke arah kantornya hanya untuk membantu Bunga yang takut nyebrang sendirian. “ Ayo. “ Ajak Darren ketika sudah berada dihadapan gadis itu. “ Tuntun. “ Bunga menyodorkan tanganya untuk digandeng. “ Kamu buta? “ tanya Darren dan Bunga menggeleng. “ Yaudah, berarti bisa nyebrang sendiri tanpa dituntun. “ Balas Darren nampak cuek. Bibir Bunga mengerucut, tapi dia tidak mau menyerah. Ketika Darren sudah berjalan ingin menyebrang, Bunga yang berada disampingnya langsung melingkarkan tangannya pada lengan Darren. “ Karena kamu gak mau tuntun aku, jadi biar aku aja yang gandeng kamu. “ Ucap Bunga. Saat itu, Darren ingin protes tetapi berhubung saat ini lagi ditengah jalan raya dan sedang berusaha untuk mencapai ke tepi, Darren mencoba menahan diri. Tepat ketika sudah berhasil menyebrangi jalan, Darren segera menyingkirkan tangan Bunga dari lengannya. Bunga hanya senyam – senyum saja meski tau lelaki itu nampak tak suka atas apa yang baru saja dia lakukan. “ Ayo kita kesana. “ Darren melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah makan yang tidak begitu ramai. “ Kamu mau traktir aku makan ya? “ tanya Bunga. “ Enggak. “ Darren menggelengkan kepalanya. “ Terus mau traktir apa? “ Bunga terus saja bertanya, ia membuntuti lelaki itu sampai masuk ke dalam rumah makan. “ Traktir bahan bangunan. “ Balas Darren seraya menarik kursi untuk dia duduki. Bunga ikut duduk dihadapan Darren, ia tertawa kecil karena tadi melihat Darren bicara dengan ekspresi datar, padahal ucapannya barusan lumayan menghibur. “ Kalau gitu, aku pesen cat warna – warni karena sesuai dengan keadaan hatiku saat ini yang begitu berwarna ketika bertemu pangeran sepertimu. “ Ucap Bunga terdengar berlebihan, bahkan ia geli sendiri setelah sadar atas apa yang baru saja dia katakan. Darren memutar kedua bola matanya. “ Mau makan apa? “ “ Apa aja asal jangan makan hati. “ Balas Bunga yang selalu memberikan jawaban nyeleneh. “ Mas? “ Darren mengangkat tangannya dan salah satu pelayan laki – laki menghampirinya. “ Pesan dua sop daging pakai nasi dan minumnya es teh manis ya.“ Pesan Darren sesuai dengan apa yang dia mau karena sepertinya percuma saja jika bertanya dulu pada Bunga. Bunga menopang dagunya sambil senyam – senyum menatap Darren. “ Aaa… Darren! Kamu so sweet banget, deh. Dari sekian banyak menu di rumah makan ini, kamu langsung tau dan pesenin menu kesukaan aku yaitu suka sop daging dan es teh manis! Sumpah kayaknya kita satu frekuensi, deh!“ serunya heboh sendiri. Darren menyandarkan tubuhnya pada penyangga kursi. “ Di rumah makan ini cuma ada menu yang tadi aku pesan. “ Jawab Darren seketika senyum Bunga memudar karena merasa malu. “ A—aku juga tau kali. “ Bunga mencoba mengelak sambil tertawa yang terdengar dipaksakan karena dia merasa malu tadi sudah kepedean. Perlahan kepala Bunga menoleh ke arah belakang dan tak sengaja dia melihat bacaan yang berada tepat di dekat pintu masuk yaitu tulisan ‘ RUMAH MAKAN SOP DAGING ‘. Ternyata benar, tempat yang dia datangi saat ini hanya menjual sop daging. Akibat terlalu fokus pada Darren membuat Bunga tidak memperhatikan sekelilingnya. “ Aku hanya bercanda, Darren. Sebenarnya aku juga udah tau kok, kalau ini rumah makan sop daging. “ Tutur Bunga menutupi kesalahannya tadi. Darren manggut – manggut saja, ia mengambil sehelai tissue dari kotak yang berada di atas meja. “ Lap keringatmu. “ Perintah Darren, tangannya menyerahkan tissue tersebut ke arah Bunga. “ Makasih. “ Bunga pun mengelap peluh di dahinya yang timbul karena sejak tadi dia banyak berlari hanya untuk mengejar Darren, tapi bagi Bunga itu bukan suatu masalah karena berkat keringat yang membasahi dahinya jadi membuat Darren menujukkan perhatian. ‘ Makasih keringet. ‘ Batin Bunga. Tak lama, pesanan pun datang. Mereka berdua mulai menyantap Sop daging tersebut. Di sela – sela menikmati makanan, Bunga berusaha mencairkan suasanya yang terkesan hening antara dirinya dan Darren. “ Darren, kamu—“ “ Kalau lagi makan jangan bicara. Habiskan dulu. “ Potong Darren membungkam mulut Bunga yang tadi ingin mengatakan sesuatu sampai tidak jadi. Akhirnya, Bunga pun menghabiskan makanannya secepat kilat membuat Darren terheran – heran memandangnya. SLURPPP… Bunga menguyup kuah terakhir pada mangkuk soto tersebut. Darren sampai meneguk ludahnya susah payah saat melihat Bunga secepat itu menghabiskan kuah dan nasi yang masih cukup hangat sedangkan makanannya miliknya saja masih lumayan banyak. “ Yeay! udah abis! “ Seru Bunga sambil bertepuk tangan. Dia sengaja menghabiskan makanan lebih cepat karena sesuai dengan apa yang lelaki itu beritahu tadi bahwa jika ingin bicara harus habiskan dulu makanannya. Bunga nampak seperti orang kesurupan dan makan terburu – buru tanpa menikmati sepenuhnya hanya supaya dirinya bisa ngobrol dengan Darren. “ Sekarang, aku udah boleh bicara, kan? “ tanya gadis yang baru saja menghabiskan makanan dalam keadaan masih agak – agak panas itu, wajahnya nampak ceria meski dalam hatinya menggerutu. ‘ Aduh, lidah gue melepuh, deh. ‘ Darren tak habis fikir pada Bunga, kok, bisa – bisanya dia melakukan hal konyol seperti itu hanya untuk bicara padanya. “ Terserah. “ Balas Darren, ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. “ Darren, aku masuk ke dalam kriteria istri idaman kamu gak? “ tiba – tiba saja Bunga melontarkan pertanyaan seperti itu membuat Darren tersedak daging yang sudah hampir tertelan. UHUK…UHUK… “ Eh—minum dulu. “ Bunga menyodorkan es teh manis tetapi Darren menunjuk punggung belakangnya meminta gadis itu untuk memukulnya agar daging yang tersedak dapat keluar. “ Sebentar. “ Untungnya Bunga langsung faham, ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke arah belakang Darren. “ Satu…Dua…Tiga…” Bunga menghitung terlebih dahulu sebelum akhirnya memukul punggung Darren. BUK…BUK…BUK…BUK… Padahal, dalam satu kali pukulan saja daging yang tersedak di tenggorokan Darren sudah langsung keluar tetapi memang dasar Bunga orangnya agak nyeleneh, jadi gadis itu bertindak sesuka hati memukuli Darren seakan – akan sedang menghajar seorang penjahat. Tentu saja apa yang Bunga lakukan itu membuat Darren kesal karena gadis itu menghantam punggungnya berkali – kali dengan kekuatan penuh seperti orang sedang memukul bedug sampai membuatnya kesakitan. “ Sekali lagi…” Kata Bunga, seketika Darren menoleh kebelakang untuk menahan tangan Bunga yang ingin menggebuk punggungnya lagi. “ Udah! “ tegas Darren yang sudah panik akan mendapat bogeman dari tangan gadis itu. “ Kamu mantan petinju ya? “ tanya Darren dengan wajah panik. Bunga geleng – geleng. “ Enggak. “ Darren menghela nafas kasar. “ Sudah sana kembali duduk! “ omel Darren, ia langsung meminum es teh untuk melegakan tenggorokannya yang sempat tersumbat. Soto dan nasi Darren masih cukup banyak, tapi dia jadi tidak nafsu makan karena ulah Bunga. “ Bukannya makasih, malah ngomel – ngomel. “ Gerutu Bunga sambil berjalan menuju tempat duduknya.“ Jadi, gimana soal pertanyaanku tadi? “ tanpa rasa bersalah Bunga kembali bertanya. “ Yang mana? “ tanya Darren dengan tatapan malas. Bunga menopang dagu dengan tangan kirinya.“ Apakah aku sudah masuk ke dalam kriteria istri idaman kamu atau belum? “ “ Bunga! “ mendapati pertanyaan seperti itu, secara reflkes Darren menggebrak meja membuat Bunga terkejut. Mulut Darren sudah ingin terbuka untuk ngomel – ngomel tetapi lelaki itu mengurungkan niatnya sebab dia tak ingin membuang energi untuk marah - marah, akhirnya Darren memilih untuk bangun dari duduknya. “ Kamu mau kemana, Darren? Disini aja dulu, kita ngobrol biar makin deket. “ Ucap Bunga berusaha mengakrabkan diri. Darren melemparkan tatapan sinis. “ Aku dan kamu cuma sebatas orang asing yang bertemu hanya karena kebetulan, jadi jangan pernah kamu berharap lebih dari itu! “ tegas Darren. Bunga masih sempat – sempatnya untuk tersenyum. “ Gak ada yang namanya kebetulan, Darren. Pertemuan aku dan kamu adalah sebuah takdir. “ Bunga bangun dari duduknya. “ Kamu ajak aku makan ditempat ini juga sudah ada dalam suratan takdir. Bahkan, kamu keselek kayak tadi juga termasuk tak…dir…” Bunga memperlambat ucapannya ketika melihat Darren pergi begitu saja meninggalkannya. Darren sempat berhenti di kasir untuk membayar makanan, setelah itu dia benar – benar menghilang dari pandangan Bunga. “ Darren! kenapa sih, kamu itu maunya dikejar – kejar terus. “ Bunga menghentakkan kakinya kesal, ia ingin beranjak pergi mengejar Darren tetapi dia melirik segelas minuman miliknya yang masih tersisa.“ Sayang kalau gak dihabisin. “ Dia menyeruput dulu es tehnya sampai habis, baru setelah itu Bunga berlari keluar. “ Yah, cepet banget dia udah nyebrang aja. “ Bunga bertelak pinggang sambil berdecak sebal, sepertinya sia – sia saja jika dia terus mengejar Darren sampai ke kantor karena itu sangat tidak mungkin sebab dia tak diperbolehkan masuk. “ Bunga? “ Panggil Bima yang baru saja keluar dari rumah makan padang yang tak jauh dari tempat soto tersebut. “ Eh—Bima sakti. “ Bunga nampak girang melihat kemunculan lelaki itu, ia mendekati Bima. “ Kamu kan, temen deket Darren. Pasti punya nomer teleponnya, dong? “ Bunga menyenggol lengan Bima sambil menaik turunkan alisnya. “ Bagi, lah. “ Bima yang agak usil itu langsung memberikan saja kontak Darren kepada Bunga tanpa banyak omong lagi. “ Tenang aja, pasti gue kasih. “ Bima mengeluarkan ponselnya, lalu dia menyebutkan nomer telepon Darren, sedangkan Bunga sibuk mencatatnya. “ Terima kasih Bima sakti! “ Bunga lompat – lompat bahagia. “ Yaudah gue duluan ya. “ Bima pergi menyebrangi jalan sambil cengar – cengir, dia senang karena sepertinya Darren akan terus – terusan di buntuti oleh Bunga. Ya, setidaknya ada hal lain yang bikin Darren pusing selain masalah perceraiannya. Bahkan, Bima berharap kalau Bunga bisa membuat sahabatnya itu jatuh cinta. Meskipun kemungkinan itu sangat kecil.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN