Bab 8: Rei

1353 Kata
Saat Aira tengah berjalan memasuki halaman sekolah bersama Aditya, tiba tiba dari arah belakang seseorang menarik tangan Aira hinnga mundur beberapa langkah ke belakang. "Aira tunggu!" "Gery? ada apa?" tanya Aira mengerutkan dahi menatap Gery. "Aira..nanti malam datang ya," ucap Gery. "Eh, lu! Aditya menunjuk ke arah Gery. " Jangan asal datang datang aja, datang kemana lu! seru Aditya ketus. "Eh Adit, hahahaha! Gery tertawa terbahak bahak membuat Aditya kesal. " Kau juga datang ya, ke pesta ulang tahunku nanti malam." "Ulang tahun?" tanya Aditya membayangkan makanan tersaji di atas meja. "Pasti banyak makanan dong." Aira menggelengkan kepala, ia menyiku lengan Aditya, "apaan sih makan mulu," sungut Aira. "Nih perutmu, nih," ucap Aira mencubit gemas perut Aditya. "Hahahaha! Gery kembali tertawa terbahak bahak melihat tingkah dua temannya. " Napa lu ketawa?" Aditya melotot ke arah Gery. "Ya..maaf..pokoknya kalian harus datang ya..ya..?" Gery melipat kedua tangannya. "Bagaimana nanti saja," Aira balik badan dan menarik tangan Aditya. "Aira tunggu!" Gery berjalan menyusul Aira dan Aditya. "Ada apa lagi?" ucap Aira menatap Gery yang sudah berdiri di hadapannya. "Sebagai tamu istimewaku, bagaimana kalau aku menjemputmu nanti malam?" Gery meraih tangan Aira. "Gak perlu!" Aditya menepis tangan Gery supaya menjauh dari Aira. "Aku yang akan mengantarkan Aira ke pesta ulang tahunmu," ucap Aditya memainkan kedua alisnya sembari mengangkat kerah bajunya sendiri. "Oke, tidak masalah..yang terpenting Aira datang," timpal Gery. "Enak saja, belum tentu aku mau datang," gerutu Aira menatap kedua temannya. "Halah! Anak pelakor sombong amat!" Aira dan yang lain menoleh ke belakang, "May?"! Aditya mendelik saat tahu ada May. " Kalau si princes preman ini tidak mau, biar aku saja kak," ucap May manja. Ia meraih tangan Gery dan bergelayut manja di lengan Gery. Gery begidik menatap May, "hiyy!" ucap Gery. Ia menepis tangan May dari lengannya lalu berlari menjauh tanpa basa basi lagi. "Kak Gery!" jerit May. "Ini semua gara gara kau, anak pelakor!" May menatap tajam Aira. "Huuuuu!" Aditya mengangkat jempol lalu membaliknya ke bawah. "Ngaca lu, mak lampir!" "Awas kau gendut!" May mengulurkan kedua tangan hendak mencengkram wajah Aditya. Aditya balas menjulurkan lidah ke arah May, "weee!"" "Adit sudah! lebih baik kita masuk kelas." Aira menarik tangan Aditya dan melangkahkan kaki memasuki kelas. Namun lengan Aira di tarik May dari belakang dan mendorong tubuh Aira. Hampir saja Aira hilang keseimbangan jika tidak ada Samuel di belakangnya dengan sigap menangkap tubuh Aira. "May cukup!" seru Samuel menatap tajam adiknya. "Kakak.." ucap May pelan. "Lepas," ucap Aira menepis tangan Samuel. "Kalau kau bukan adik Samuel, aku sudah menghajar mulutmu hingga jontor!" Aira melebarkan matanya menatap May, lalu beralih menatap Samuel. "Berani kau menyentuhku, akan kulaporkan pada Kepala Sekolah!" ancam May. "Siapa takut? Aku tidak melakukan kesalahan!" balas Aira, lalu ia menarik tangan Aditya beranjak pergi meninggalkan mereka. "Kakak tidak mengerti dengan sikapmu terhadap Aira," ucap Samuel. "Oho..belain terusss!" sindir May. "Atau..jangan jangan kakak suka sama si Aira." Sesampainya di kelas, semua teman Aira menatapnya, namun Aira tetap cuek dan terus berjalan menuju kursi lalu duduk. "Aira.." ucap Samuel berdiri di hadapan Aira. Aira mengangkat wajahnya menatap Samuel, "ya? ada apa?" tanya Aira. "Maafkan sikap adikku." Aira tersenyum samar, "tidak masalah," jawab Aira sembari menundukkan kepala. "Aira, aku ingin berbicara sesuatau," ucap Samuel sembari menarik tangan Aira untuk berdiri. Sementara reman satu kelasnya memperhatikan mereka berdua. Samuel mengulurkan jari kelingkingnya ke hadapan Aira, "maukah kau menjadi pacarku?" tanya Samuel menatap Aira penuh harap. "Huuuuu! seru teman teman sekelasnya, sementara Aditya hanya diam memperhatikan. Ada rasa panas menjalar di hati Aditya. Namun ia masih tidak mengerti kenapa dia merasakan hal itu. " Aku.." Aira tidak melanjutkan ucapannya. "Apa apaan ini!" seru May dari arah pintu kelas. "Aku tidak sudi kakakku memiliki kekasih anak pelakor!" May berdiri di antara Aira dan Samuel. "May! Jaga ucapanmu! bentak Samuel. "Hahahahaha! Kasihan deh lu! Cinta tak direstui sang adik!" celoteh salah satu teman sekelasnya. "Aira..lebih baik kita pergi dari sini," ucap Aditya. Ia langsung menarik tangan Aira dan beranjak pergi. "Aira tunggu!" seru Samuel. Namun tangan Samuel di cekal oleh May. "Apa apaan sih kak!" seru May. "Lepas May!" Samuel menepis tangan May, lalu ia berlari menyusul Aira. "Aira tunggu!" Samuel menarik lengan Aira. "Ada apa lagi Sam?" tanya Aira mulai kesal. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Samuel "Sam..aku..." "Tidak bisa..jangan kau ganggu Aira, karena dia akan menjadi kekasihku, benarkan Aira?" ucap Gery bertanya pada Aira. Aira mendengus kesal menatap jengah Gery dan Samuel. "Kenapa kau selalu mengganggu Gery!" ucap Samuel. "Siapa yang menganggumu? Aku hanya.." Gery tidak melanjutkan ucapannya. "Cukup! Aku bukan kekasih Gery atau pun mau menerimamu menjadi kekasihku," ucap Aira menatap Samuel. Ia mulai bosan lalu berlalu begitu saja meninggalkan mereka semua. "Huuu! Kalian terlalu kepedaan!" gerutu Aditya. "Tahu nih..rese banget," sela Jasmine. "Ayo Dit, kita pergi dari sini." Aditya dan Jasmine berjalan bersama meninggalkan merska berdua. "Ini semua gara gara kau!" seru Samuel, lalu ia pergi memasuki kelas. Sementara itu, tanpa mereka sadari. Empat pasang mata tengah mengawasi Aira dari dalam mobil yang terparkir di halaman sekolah. "Rei..kau harus dekati gadis itu..namanya Aira..dia adalah putri dari pak Rico yang telah menjebloskan papamu ke penjara," ucap wanita setengah baya yang duduk di sebelah pemuda yang bernama Rei. "Baik Ma.." ucap Rei. "Semua permintaan Mama, pasti aku kerjakan dengan baik," jawab Rei dengan tatapan lurus ke depan menatap Aira. "Besok kau harus masuk sekolah, supaya lebih dekat dengan gadis itu. Kau paham?" tanya wanita itu. Rei menganggukkan kepala, "iya Ma..terserah." Aira berjalan memasuki gerbang halaman sekolah bersama Aditya. Tiba tiba dari arah belakang seseorang menarik lengan Aira, hingga Aira mundur selangkah ke belakang. "Aira!" "Gery? ada apa?" tanya Aira terkejut. "Aira, nanti malam datang ya," ucap Gery menarik tangannya. "Eh, lu!" tunjuk Aditya. "Jangan asal datang datang aja, datang kemana lu!" seru Aditya ketus. "Eh, adit, hahahaha!" Gery tertawa membuat kesal Aditya. "Kau juga datang ya, ke pesta ulang tahunku nanti malam." "Ulang tahun?" tanya Aditya membayangkan makanan tersaji di meja. "Pasti banyak makanan dong." Aira menggelengkan kepala, dan menyiku lengan Aditya, "apaan sih, makan mulu," sungut Aira. "Nih perutmu, nih," Aira mencubit gemas perut Aditya. "Hahahaha!" Gery tertawa melihat tingkah lucu Aditya dan Aira. "Napa lu ketawa?" Aditya melotot ke arah Gery. "Ya maaf, pokoknya kalian berdua datang ya, ya?" Aditya melipat kedua tangannya. "Bagaimana nanti saja." Aira balik badan dan menarik tangan Aditya. "Aira tunggu!" Gery berjalan menyusul Aira dan Aditya dan berdiri di hadapan Aira, "sebagai tamu istimewaku, bagaimana kalau aku jemput kamu?" Gery meraih tangan Aira "Gak perlu," jawab Aditya menepis tangan Gery supaya menjauh dari Aira. "Aku yang akan antar Aira ke pesta." Aditya memainkan kerah bajunya sambil mengangkat kedua alisnya. "Oke, tidak masalah. Yang penting Aira datang." "Enak saja kalian," gerutu Aira. "Aku tidak bilang mau datang, ya." "Halah, anak pelakor sombong amat!" Aira, Aditya dan Gery menoleh ke belakang, "May?! Aditya mendelik saat tahu ada May. " Kalau si princes preman ini tidak mau, ya biarkan saja kak," ucap May manja. "Bukankah masih ada aku." May meraih lengan Gery dan bergelayut manja. Gery begidik menatap May, "Hiiiy!" Gery menepis tangan May dari lengannya, ia langsung berlari tanpa basa basi lagi. "Kak Gery!" jerit May. "Ini semua gara gara kau, anak pelakor!" May matanya melotot menatap Aira. "Huuuuu! Aditya mengangkat jempol lalu membaliknya. " Ngaca lu mak lampir!" "Awas kau gendut!" May mengulurkan kedua tangan ke arah wajah Aditya hendak mencengkram wajah Aditya. Aditya menjulurkan lidah, "wee!" "Sudah ah, yuk masuk." Aira menarik tangan Aditya dan melangkahkan kakinya. Namun lengan Aira di tarik May dan mendorong tubuh Aira ke belakang. Hampir saja Aira jatuh ke belakang jika tidak ada Samuel yang menahan tubuh Aira. "May!" seru Samuel menatap tajam adiknya. "Kakak..." ucap May pelan. "Lepas," ucap Aira menepis tangan Samuel. "Kalau kau bukan adiknya Samuel, sudah kutampar mulutmu sampai jontor." Aira melebarkan matanya menatap May, dengan tangan kiri mencengkram kerah baju May. "Berani kau menyentuhku, akan aku laporkan pada Kepala Sekolah," ancam May. Aira tersenyum sinis "Siapa takut." Aira menurunkan tangannya lalu balik badan. Sesaat ia menatap Samuel lalu beralih menatap Aditya dan menarik tangan Aditya untuk masuk ke dalam kelas. "Kakak tidak mengerti dengan sikapmu terhadap Aira," ucap Samuel kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN