Rambut panjang yang sedikit ikal dibagian bawah terurai dengan indah, tak hanya itu saja dress berwarna nude menempel dengan indah ditubuhnya juga.
Mona Ariadne Annalise begitulah nama itu tertera di kartu pass yang tergantung di lehernya, ia berprofesi sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan di bidang properti dan cukup terkenal ini.
Perusahaan tempat ia bekerja adalah Skyline Company, sebuah perusahaan yang pada awalnya tidak masuk ke dalam list Mona untuk bekerja.
Semua terpaksa Mona lakukan karena masalah yang di alami keluarganya terutama perusahaan yang dimiliki Ayahnya mengalami bangkrut membuat Mona harus mencari pekerjaan untuk sedikit membantu kedua orangtuanya.
Mona sangat kalut melihat kehidupannya yang pada awalnya begitu nyaman, makan pun pasti sudah tersedia dengan enak, tapi sekarang ia harus menahan lapar, ia juga bahkan telah berusaha mencari pekerjaan dan mencari ke beberapa perusahaan, namun penolakan yang selalu Mona terima.
Apa yang harus Mona lakukan, rumah besar yang sejak kecil menjadi tempat berlindung pun Ayahnya mengatakan padanya bahwa semua akan di ambil oleh pihak bank.
Setidaknya Mona harus bisa mencari pekerjaan lalu mendapatkan uang untuk makan dan membayar uang sewa kontrakan yang kelak akan menjadi rumah berlindung ia dan kedua orang tuanya.
Mona sendiri merupakan anak sematawayang yang amat di sayangi wajar bila ada sedikit kesulitan bagi Mona untuk beradaptasi dengan hidupnya saat ini tapi ia harus mencoba menerimanya.
Mona menduduki sofa dirumahnya ketika ia telah selesai mencari beberapa lowongan pekerjaan di luar.
Ia menarik napas lalu membuangnya, ia sangat kelelahan seharian mencari pekerjaan namun tidak ada satupun yang berhasil.
“Mona ....” suara lembut ayahnya memecah kesunyian.
Mona mendongakkan kepalanya ketika tahu ayahnya datang dan menghampirinya.
“Ya Dad?” ucapnya, ketika ayahnya Harold Dalbert, langsung menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki putrinya.
“Mona dari mana?” tanya Harold, menyelidik.
“Mencari pekerjaan Dad.”
Harold menatapnya penuh rasa bersalah. Kemudian, ia duduk di samping Mona, tampak berat dengan kata-katanya.
“Maafkan Daddy, seharusnya Mona tidak perlu bersusah payah seperti ini, kebodohan Daddy membuat apa yang seharusnya menjadi milik putri Daddy ini menjadi lenyap.” ucap ayahnya kembali menyalahkan dirinya atas penipuan yang menimpa perusahaannya hingga menyebabkan kebangkrutan seperti ini.
“Mona baik-baik saja Dad, sebelum rumah kita ini di ambil oleh pihak bank, Mona akan mengusahakan untuk mendapatkan pekerjaan lebih dulu,” ucap Mona mencoba menguatkan ayahnya.
Suasana hening sesaat hingga akhirnya Harold memecahkan keheningan tersebut.
“Daddy baru mengingat bila rekan Daddy saat itu sebelum semua menjadi seperti ini bertanya pada Daddy tentang calon sekretaris yang baik untuknya.”
Mona menegakkan tubuhnya, ia seperti mendapatkan sebuah harapan.
“Tapi Daddy tidak tahu apa itu masih berlaku, itu sudah satu bulan yang lalu.”
Satu bulan yang lalu, tawaran itu adalah jawaban yang sangat Mona harapkan, sebagai sekretaris dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Harapan kecil itu menumbuhkan semangat baru dalam dirinya.
“Apa Daddy memiliki kontak rekan Daddy tersebut?” tanya Mona, dengan harapan yang mulai memancar dari matanya.
Harold menganggukan kepalanya ia memang memilikinya. “Ya, tapi Daddy tidak bisa menjamin mereka akan menerimamu Nak, terlebih saat mereka tahu kau anak dari seorang yang di cap sebagai--”
“Tidak, Dad!” Mona memotong, suara mantap meski ada sedikit ketegangan di dalam dadanya. "Mona akan mencobanya dulu."
Dan ternyata, setelah upaya yang melelahkan, Mona diterima di Skyline Company sebagai sekretaris CEO.
Keberhasilan ini begitu tak terduga, dan Mona merasa dunia sedikit lebih ringan. Ia tak menyangka akan diterima, apalagi tanpa ada komentar mengenai latar belakang keluarganya.
Mona kembali pada dunia nyatanya berjalan dan menunggu lift yang begitu banyak antrian yang menunggu.
“Semuanya ....”
Mona yang tampak lesu menunggu antrian langsung mendongakan kepalanya ketika melihat salah satu manajer disini datang dengan napas yang terengah-engah.
“Ada apa Sir?” tanya Mona, sedikit bingung.
“Pemilik perusahaan memberikan pesan pada saya bahwa putranya akan datang ke perusahaan,” ucapnya setelah ia berhasil mengatur napasnya.
“Putranya?” tanya salah satu pekerja.
Manajer tersebut menganggukan kepalanya. “Siapkan diri kalian untuk menyambut kedatangannya.”
Setelah memberikan pesan tersebut manajer tersebut segera bergegas pergi.
Seketika, semua pegawai mulai memperbincangkan kedatangan putra pemilik perusahaan, yang baru saja menyelesaikan studinya di Belanda.
“Putra pemilik perusahaan?”
“Aku dengar ia baru saja menyelesaikan studinya di Belanda.”
“Belanda? Aku rasa ia jenius sekali.”
“Ya kau benar, ia memang lulusan terbaik di sekolah dan universitasnya.”
Mona hanya menguping saja pembicaraan rekan kerja di depannya.
Haruskah aku ikut juga? ucap batin Mona yang terasa malas untuk mengikutinya.
Namun, kemudian manajer yang tadi sempat memberitahu kedatangan putra pemilik perusahaan kembali lagi dan kini memanggilnya. "Mona, ikut saya. Kita harus memberi tahu atasan penting bahwa putra pemilik perusahaan akan datang."
Mona terhenyak, menatap manajer itu dengan wajah bingung, “Saya?” ucap Mona sembari menunjuk dirinya sendiri.
Tentu saja, melihat ekspresi manajer tersebut yang langsung datar membuat Mona menyadari bahwa ia memang harus melakukannya.
Mona bergegas memanggil para atasan dan memberitahu bahwa putra pemilik perusahaan akan datang, tentu mereka semua langsung bergerak cepat untuk menyambutnya di depan pintu masuk perusahaan termasuk Mona yang kini ikut juga berada di barisan para atasan.
Sekitar sepuluh menit menunggu kedatangan putra pemilik perusahaan, akhirnya mobil hitam berhenti di depan perusahaan, dan wajah Lee Ye Joon, pemilik Skyline Company, pria berdarah asli Korea Selatan itu terlihat penuh kebanggaan.
Senyum lebar pun langsung di perlihatkan oleh sang pemimpin perusahaan saat ini Lee Ye Joon kepada para pekerjanya.
“Selamat atas kelulusan dan kedatangan putra anda Tuan Lee,” sambut manajer disini dengan suka cita.
Tuan Lee pun memberi isyarat kepada Putranya untuk segera memunculkan batang hidungnya kepada para pekerja di perusahaannya ini.
Wajah sumringah dan keterpukauan pun terlihat oleh wajah para pekerja wanita disini, ketika sang pewaris keluar dari mobil memperlihatkan tubuhnya yang tinggi dan atletis terbalut dengan kemeja dan jas hitam di tubuhnya.
Mereka lebih terpana lagi ketika pewaris Skyline Company ini melepaskan kacamata hitamnya dan memperlihatkan bola matanya berwarna abu-abu tersebut.
Sebuah senyum nan manis pun langsung pria itu perlihatkan kepada para pekerja disini.
“Sangat tampan sekali.”
"Aku tidak menyangka Tuan Lee memiliki putra yang sangat tampan," bisik mereka semua ketika wajah tampan pewaris Skyline Company terlihat begitu jelas.
"Perkenalkan ini putra saya Lee Keane Liam Rubert, putra sematawayang saya dan yang nantinya akan meneruskan perusahaan Skyline Company."
Suara riuh tepuk tangan pun langsung mereka lakukan semua tapi tidak dengan Mona yang masih terpaku di tempatnya dan menatap putra pemilik Skyline Company ini.
"Saya Liam, senang bertemu dengan kalian semua."
Deg... Jantung Mona bertalu keras ketika mendengar suara yang sudah begitu lamanya tidak ia dengar bahkan kehadirannya yang sudah lama tidak ia jumpai tersebut seketika membuat dunia Mona seketika berhenti.
Wajahnya, suaranya dan senyumannya mereka semua masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu, tapi melihat semuanya kembali mengingatkan Mona akan rasa sakit yang telah lama ia sembunyikan begitu rapat.
Apa yang kau pikirkan tentangku, menyukaiku kau bilang?
Kau pikir aku akan menyukai gadis berbadan besar dan jelek sepertimu?
Aku tidak menyukaimu, kalau kau menyukaiku kau harus sepertinya yang begitu lucu dan cantik.