bc

Jangan Ambil Putraku, PAK CEO!

book_age12+
253
IKUTI
2.1K
BACA
family
HE
love after marriage
friends to lovers
boss
single mother
heir/heiress
blue collar
drama
sweet
bxg
lighthearted
kicking
bold
city
office/work place
assistant
like
intro-logo
Uraian

Jadi janda karena melahirkan anak autis dan dituduh sebagai pelakor, membuat hidup Maya berada di ambang kehancuran. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu dengan Tristan, lelaki yang ia selamatkan di parkiran kantor tempatnya bekerja. Apa yang terjadi di hidup Maya? Akankah ia berakhir bahagia?

chap-preview
Pratinjau gratis
1
“Maya, detik ini juga aku menceraikanmu!” seru David menggelegar di ruangan pertemuan keluarga. Aku hanya terpaku mendengar perkataan itu. “Astaghfirullahaladzim! Ada apa Nak David? Kenapa kamu menceraikan Maya, salah dia apa?” tanya mamaku yang terkejut mendapati anaknya tiba-tiba diceraikan. “Dia melahirkan anak cacat! Keluarga kami tidak bisa menerima anak i***t itu!” caci ibu mertua sembari menunjuk Bimo yang berada di dekapanku. “Apa maksudnya?” waktu itu aku masih kebingungan dengan konflik yang kami hadapi. “Bimo autis May,” jelas David dingin. ______ “Dasar w************n!” Plak... tangan perempuan itu menampar pipiku dengan keras. Rasanya sangat panas, kulihat beberapa orang yang ada di lobi tekejut sekaligus senang melihat tontonan gratis. “Wanita tak tau diri! Jelas-jelas ini nomor kamu, masih saja mengelak! Janda gatel tak tau diuntung! Sini kamu!” Perempuan itu mencoba merengkuhku kembali. Tangannya sudah melayang ke udara, sedangkan aku hanya terpaku mendapat serangan yang bertubi-tubi darinya. Dadaku bergemuruh hebat, rasanya ingin menampar balik perempuan itu. Namun, tak berselang lama security sudah menyeretnya keluar. Kini tinggal diriku yang terpaku merasakan nyerinya pipi bekas tangan istri atasanku. “Maya, bibirmu...” ucap seseorang yang mendekat. Dia adalah Rosa, teman satu devisi. Sebelumnya aku menganggap dia seperti malaikat di neraka j*****m ini. Namun, sekarang sudah tidak. Aku tidak mempercayai perempuan itu lagi. Tak menggubrisnya, aku memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi. Menenangkan diri yang dibuat shock kedatangan tamu tak diundang. Beberapa menit kemudian kudengar beberapa orang masuk dan berbincang-bincang. “Hei! Kalian tahu? Maya tadi dilabrak istri Pak Kenzo, bahkan sampai kena tampar!” seru seseorang, tapi aku tau jika itu adalah Tina. Orang yang suka bergosip bahkan menyudutkanku tanpa ampun. “Hahaha... Benarkah? Seandainya aku melihatnya pasti akan terbahak-bahak.” “Sayang sekali, tadi sangat seru tau. Bahkan seperti sinetron! Istri sah Vs Pelakor. Itu benar-benar kejadian yang sangat menarik, apalagi bagian istri Pak Kenzo menampar Maya. Wah... benar-benar menegangkan,” jelas Tina. “Pantas saja jika dia mendapatkan tamparan dari istri manager. Maya saja suka menggoda Pak Kenzo, ditambah pakaiannya yang ketat membuatnya begitu menjijikkan,” sahut wanita lain, yang kutahu itu adalah suara Putri. “Iya benar! Dia juga suka bersikap genit untuk memikat para lelaki di sini.” “Dia benar-benar layak disebut w************n. Pantas saja menjadi janda, kelakuannya persis seperti wanita panggilan!” “Hijab yang dia pakai ternyata untuk menutupi kebusukannya. Ih najis banget!” Aku hanya bisa menundukkan menerima semua makian mereka. Telingaku terasa sangat panas mendengar gunjingan rekan kerja yang tiada habisnya. Tanpa sadar buliran air mata menetes di rok spanku. Rasanya sangat menyiksa, tetapi keadaan yang berada di ambang kehancuran memaksaku untuk bertahan di tempat kerja ini. Setelah gerombolan orang tersebut keluar dari kamar mandi, segera kuseka wajah yang berantakan ini di wastafel. Terlihat darah di sudut bibirku. “Ah! Sshhh... perih banget.” Sudah berapa kali aku mengeluarkan keluhan mendapat perlakuan tak adil dari orang-orang sekitarku. Direndahkan karena menjadi janda, dianggap w************n, pelakor, dijadikan kambing hitam. Semua itu aku terima hanya untuk mendapatkan uang. Demi Bimo anak semata wayangku, diri ini akan berusaha sebaik mungkin menjalani hidup yang berat. Bahkan menguras lautan pun akan kulakukan jika itu untuk putraku. Terlihat mataku yang sembap karena lelah menangis, bekas tamparan perlahan sudah menghilang. Namun, luka di sudut bibir ini menjadi saksi betapa kejinya seseorang menfitnahku. Kling! Suara notifikasi ponsel membuyarkan lamunanku. Nama Kenzo tertera di layar itu. [Aku akan balik ke kantor 30 menit lagi, kamu jangan pulang dulu. Langsung ke ruanganku sekarang!] Aku terkekeh membaca pesan itu. Dia adalah lelaki j*****m yang menjadikanku sebagai wanita rendahan di hadapan orang-orang kantor. Sayangnya, Kenzo juga penyelamatku di kondisi yang menyedihkan ini. Jika bukan karenanya, aku tak akan bertahan hidup hingga sekarang. “Aku akan meminta ganti rugi yang besar untuk kejadian ini Kenzo. Tunggu saja!” Tangan ini mencengkram sudut washtafel dengan erat, ingin sekali aku menonjok cermin lebar di depanku. Rasanya tidak adil aku mendapatkan perlakuan tak adil secara bertubi-tubi. Diceraikan karena melahirkan anak autis, dan dianggap pelakor demi menutupi kelakuan b***t wanita bak bidadari kantor. Diri ini terasa akan meledak menahan gejolak emosi yang kupendam sedari lama. Perlahan tapi pasti panasnya lahar dalam otak kian mendingin seiring basuhan air di wajah. “Hahhh... aku harus meminta bayaran lebih dari Kenzo. Harga diriku sudah diinjak-injak tanpa ampun. Aku tidak terima!” Aku berjalan menuju ruangan manajer marketing, tempat laknat yang menjadikanku babu dari teman sepermainan masa kecil. Kulihat ruang kantor sudah kosong, semua pekerja sudah pulang. Kini tinggal aku seorang diri. “Sudah berapa lama aku menangis di kamar mandi? Apa selama itu sampai kantor menjadi sepi seperti ini?” Kaki jenjangku tak menghentikan langkahnya sedikitpun. Ketika akan membuka pintu, tiba-tiba Kenzo sudah berada di belakangku. “Cepat masuk,” perintahnya. Dan aku menuruti perkataan lelaki itu tanpa banyak bicara. Atasanku itu menjatuhkan amplop coklat di meja. “Bayaranmu,” ucapnya dingin. Sangat tidak sopan! Namun apa daya, aku hanyalah karyawan kecil yang berada di bawahnya. Manusia dengan kekuatan sebesar semut ini hanya bisa pasrah. “Sampai kapan kamu akan seperti ini? Aku sudah tahu Zo! Rosa yang jadi selingkuhanmu kan!” emosiku sudah tak tertahankan. “Shut up! Diamlah! Aku sudah memberimu uang, apa masih kurang?” Mata Kenzo menyala seperti bara api. Urat di wajahnya pun tak ketinggalan menampilkan ekspresi bengis. “Kurang! Harga diriku kamu jadikan keset, ini tidak cukup untuk menggantinya.” Lelaki itu mendengkus dengan kesal dan langsung menarik laci yang ada di meja kerjanya. “Ambil ini semua! Dasar wanita matre!” ketusnya sembari melemparkan dua amplop di depanku. Aku hanya bisa menghela napas dengan kasar. Tingkahnya tidak pernah berubah, seperti anak kecil. “Berhentilah bermain-main dengan wanita lain. Jika kamu terus-terusan seperti ini, maka dalam sekejap uangmu akan habis,” nasihatku padanya. Meskipun aku jengkel karena mendapatkan kesialan dari ulah Kenzo. Bagaimanapun dia tetaplah sahabatku. Orang yang selalu membantuku ketika mempunyai masalah. “Berhenti mengoceh mak lampir! Bukankah ini juga membuatmu senang? Kamu bisa mendapatkan uang yang banyak.” “Asal kau tau, wanita ini sudah tidak ada harga dirinya di hadapan manusia-manusia di luar sana. Ini semua karena ulahmu Zo.” “Ulahku? Tidak May, ini karena statusmu seorang janda. Ini sangat lumrah disandang wanita sepertimu. Jadi berhentilah menyalahkanku, ambil uang itu dan langsung keluar dari sini!” serunya. Kudengus napasku dengan kasar, yang dikatakan lelaki itu memang tak sepenuhnya salah. Gelar janda memang memunculkan berbagai pandangan buruk di masyarakat, apalagi ini di Indonesia. Meskipun kantor dipenuhi dengan orang-orang yang berpendidikan, tapi padangan mereka mengenai janda masih buruk. Ya... tidak semua, tapi kebanyakan seperti itu. Aku hanya bisa menerimanya dengan lapang d**a. Melihat Kenzo yang memalingkan wajahnya dariku, kuputuskan untuk keluar dari ruangan ini. Saat akan menutup pintu, tiba-tiba... “Aku baru saja memberikan nomormu ke kenalanku, baik-baiklah sama dia.” “Shut up!” tak lupa kutunjukkan jari tengah padanya. Setelah bertemu dengan Kenzo, aku langsung mengemasi barangku dan pulang. Tiga amplop dengan nominal yang cukup banyak sudah terkantongi dengan aman di tas jinjingku. Langkah kakiku terasa sangat ringan berjalan ke parkiran. Brukk!!! Tiba-tiba badanku tersungkur di lantai parkiran. “Aduh.. baru saja merasa bahagia kenapa aku kena apes lagi.” Mataku melebar melihat pemandangan di depanku, seonggok manusia tengah terbaring di sana. “Ya Tuhan! Apakah itu mayat!?”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
53.4K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook