bc

Istri Kecil Tuan Lumpuh

book_age18+
4.0K
IKUTI
31.1K
BACA
contract marriage
HE
age gap
brave
heir/heiress
bxg
lighthearted
like
intro-logo
Uraian

Menikahi pria cacat dan lumpuh karena di jual oleh kedua orang tua nya membuat Aluna terjebak dalam pernikahan kontrak dengan suaminya. Lelaki lumpuh dan CEO pemilik Johanson Group, perusahaan besar di asia. Alvaro tak menganggap Aluna sebagai istrinya. Baginya, gadis itu mau menikahinya karena di bayar dengan uang.

Aluna menjadi perawat bagi lelaki tersebut hingga Alvaro sembuh dari kelumpuhannya. Di saat bersamaan cinta lama Alvaro ternyata masih hidup. Fakta sebenarnya sang mantan kekasih tidak meninggal tetapi di sembunyikan oleh sahabatnya sendiri.

Hati Alvaro mulai goyah. Jujur saja perasaannya pada cinta lamanya tersebut masih menggebu-gebu.

"Tuan Suami, kembalilah bersamanya. Tugasku menjagamu sudah selesai. Biarkan aku pergi dan menemukan kebahagiaanku." Aluna George.

"Kau tidak boleh pergi. Aku memang mencintainya. Tetapi aku ingin hidup bersamamu." Alvaro Bautista Johanson.

Apakah Alvaro akan meninggalkan Aluna, setelah melewati banyak cerita dalam hidupnya? Ataukah dia akan kembali pada mantan tunangan?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Menikahlah dengan putra kami
"Ada apa ini?" gumam seorang gadis bernama Aluna ketika melihat beberapa pria berada di teras rumahnya. "Siapa mereka?" tanyanya lagi sambil berjalan masuk. Empat orang pria menyambut kedatangan Aluna dengan membungkuk hormat. "Maaf, kalian siapa, Tuan?" tanya Aluna menatap keempat pria itu dengan penuh selidik. "Kau sudah pulang rupanya?" ujar Merry – wanita paruh baya itu terlihat menghampiri putrinya. "Bu, mereka siapa?" tanya Aluna penasaran. Entah kenapa perasaannya mulai takut. Ada firasat yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Firasat di mana akan ada sesuatu yang buruk menimpanya. Merry menatap putrinya dengan tatapan licik. Dia sama sekali tak punya belas kasihan pada anaknya itu. Baginya Aluna tidak lebih dari anak haram yang kehadirannya tak diinginkan. "Bawa saja dia!" titahnya. "Mari, Nona. Ikut kami!" ajak salah satu pria berbadan tegap yang berwajah lumayan tampan. "Ke mana?" Kening Aluna mengerut dalam. "Ikut saja! Ibu sudah menjualmu pada mereka," sahut sang ibu. Aluna terkejut, menatap ibunya tak percaya. Dia menggelengkan kepala beberapa kali ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut Merry. "Menjual … maksud Ibu?" tanyanya tak mengerti. "Ibu rasa kau bukan anak kecil yang tidak paham ucapan Ibu," jawab wanita tersebut menatap putrinya, lengkungan senyuman miring tercetak di sudut bibirnya. "Bu, kenapa Ibu tega sekali?" tanyanya dengan air mata berlinang. "Memangnya kenapa harus tidak tega?" Merry tersenyum licik. "Anak tidak tahu di untung sepertimu memang sebaiknya dijual saja," jelas sang ibu dengan entengnya. "Iya, Ibumu benar. Kau harus berbakti pada orang tua! Sudah jangan membantah, ikuti saja perintah kami!" timpal Josep – sang ayah yang sejak tadi hanya diam. "Mari, Nona!" Air mata gadis itu pun luruh, dia pasrah ketika empat pria itu memaksanya masuk ke mobil. Walaupun beberapa kali berteriak meminta tolong pada ayah dan ibunya. Namun, mereka seperti tak mendengar dan tak peduli dengan teriakkan dari anak perempuannya itu. Aluna memberontak beberapa kali, tetapi tetap tenaganya tak mampu melawan pria-pria yang memegangi tangannya. "Sebaiknya Anda diam, Nona! Percuma Anda menangis karena tidak akan kami lepaskan," ucap salah satu pria, masih dengan suaranya yang terdengar ramah. "Bagaimana aku tak menangis? Kalian seenaknya membawaku pergi! Kalian pikir aku barang yang bisa kalian bawa dengan paksa?" ketus Aluna sambil terisak. "Nona, sesuai dengan perjelasan kedua orang tua Anda tadi bahwa Anda sudah dibeli oleh tuan kami. Maka itu, Anda harus ikut dan jangan membantah," jelas pria lain yang diyakini sebagai pemimpinnya. Gadis itu tak lagi menanggapi, dia menangis dalam diam. Memikirkan nasibnya. Dalam hati masih bertanya-tanya, kenapa kedua orang tuanya tega menjual dirinya hanya demi uang? "Kenapa kalian tega, Bu? Demi uang kalian tega menjualku. Memangnya apa salahku?" batin Aluna, meratapi hidup yang entah bagaimana harus dia jalani ke depannya. Aluna George gadis berusia 19 tahun. Mahasiswa keperawatan semester 3. Di sela-sela kesibukan kuliah dia bekerja di sebuah cafe untuk menyambung kehidupannya. Gadis ceria dengan rambut pendek sebahu itu pekerja keras dan seorang pelajar yang berprestasi di bidangnya. Walaupun begitu sang ayah dan sang ibu seperti menganggap dirinya benalu dalam keluarga, padahal dia tidak melakukan kesalahan, tetapi selalu disalahkan. Saking asyiknya melamun, Aluna tidak menyadari jika mobil yang dia tumpangi membawanya masuk ke dalam hutan dan menuju sebuah vila mewah yang berada di sana. Salah satu pria berbaju hitam turun duluan dan membuka pintu untuk Aluna. "Silakan turun, Nona!" ucapnya mempersilakan. Aluna pun keluar dari mobil. Gadis itu berdecak kagum melihat bangunan mewah di depannya. Tak hanya itu, dirinya langsung disuguhkan dengan air mancur yang sengaja dibuat di depan pekarangan. Ada taman yang dipenuhi dengan berbagai jenis bunga membuat mata tak berkedip lama. "Wow, ini rumah siapa, Paman? Besar sekali!" Gadis itu tak mampu menyembunyikan kekagumannya. "Mari masuk, Nona! Anda sudah ditunggu." "Kalian tidak masuk?" tanya Aluna menatap selidik keempat pria itu. "Tidak, Nona." Aluna berjalan masuk. Kedatangannya sudah disambut oleh para pelayan yang bekerja di sana. Saat para pelayan itu membungkuk hormat, seperti orang bodoh gadis tersebut juga melakukan hal yang sama. "Nona, Anda tidak perlu sopan pada kami," tegur wanita paruh baya sambil tersenyum. "Kalau begitu kalian juga tidak perlu sopan padaku," sahut Aluna menampilkan rentetan gigi putihnya. Para pelayan itu terkekeh mendengar ucapan Aluna. Jelas mereka harus sopan karena gadis itu akan menjadi nona muda mereka nantinya. "Selamat datang, Nona Muda," sapa mereka kompak dan sopan. Lagi-lagi Aluna mendelik ketika dipanggil nona muda. Selama ini, tak pernah ada orang yang memanggilnya seperti itu. Itulah mengapa, Aluna merasa canggung saat mendengarnya. Aluna melanjutkan kembali langkah kakinya dengan tatapan kagum ketika memasuki vila mewah berlantai tiga itu. Aluna tak henti-hentinya menunjukan rasa kagumnya, baik lewat ucapan ataupun tatapan. "Ini vila apa istana? Besar sekali!" serunya. Hingga langkah Aluna terhenti ketika melihat dua pasangan paruh baya yang sudah menunggunya di ruang tamu. "Selamat datang, Nak," sapa seorang wanita di antaranya. "Ehh terima kasih, Nyonya," balas Aluna membungkuk hormat. Kedua pasangan itu tersenyum menyambut kedatangan Aluna. "Mari silakan duduk!" ajak sang pria meminta Aluna duduk. "Baik, Tuan," sahut Aluna. Aluna duduk di sofa ruang tamu vila tersebut. Ruang tamunya saja seperti lapangan sepak bola, luas dan memiliki fasilitas lengkap. Bahkan sofa yang diduduki Aluna sangat empuk, berbeda dengan sofa di rumahnya keras. "Siapa namamu, Nak?" tanya sang wanita tersenyum hangat pada gadis tersebut. "Aluna, Nyonya. Biasa dipanggil Luna biasa juga dipanggil Nana. Asal jangan Lun-lun, nanti bisa jadi alun-alun lagi," jawab Aluna dengan menampilkan rentetan gigi putihnya. Kedua pasangan itu terkekeh ketika mendengar celotehan Aluna. Sepertinya gadis itu memiliki sifat menyenangkan, walau terlihat sedikit ceroboh. "Baiklah saya panggil Luna saja ya?" ucap wanita paruh baya itu. Aluna mengangguk setuju. "Aluna perkenalkan, saya, William dan ini istri saya, Wilona." Keduanya tersenyum ramah. Aluna pun tanpa malu-malu mencium punggung tangan William saat pria itu ingin menjabat tangannya, lalu gadis itu melakukan hal yang sama pada Wilona. Melihat sikap Aluna yang begitu sopan, baik William dan Wilona sempat tak menduga. Mereka pun tersenyum hangat. Masih tak menyangka jika Aluna bisa sesopan itu, padahal usianya masih terbilang sangat muda. "Maaf, Tuan, Nyonya. Ada apa Anda memangil saya ke sini? Apa kalian yang membeli saya?" tanya Aluna, kembali mengingat alasan dia bisa sampai datang ke sini. Pipi Aluna seketika panas ketika mengingat dirinya dijual oleh kedua orang tuanya. "Begini Aluna, ayah dan ibumu sudah menjualmu pada kami. Jadi, kami ingin–" "Ingin apa, Tuan?" tanya Aluna seperti tak sabar, menanti takdir apa yang akan dijalaninya sejak tiba di sana. "Menikahlah dengan putra kami!"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook