Sweet Wine 05

994 Kata
Pagi hari yang cerah itu sedikit mengembalikan mood Henna. Perempuan cantik itu baru saja memutar kepala mobilnya setelah mengantar Raisa ke kantor. Masih setengah jam lagi waktu Henna untuk dirinya sampai di tempat kerja. "Eh ada apaan tuh?" Henna melihat ke persimpangan depan yang tidak juah dari hotel tempatnya bekerja. "Maaf Bu di depan ada kecelakaan, sebaiknya Ibu lewat memutar saja," seseorang menberitahu Henna saat dirinya membuka kaca jendela mobilnya. "Oh gak papa Pak, saya mau ke hotel itu," kata Henna sembari menunjuk hotel yang sudah dekat. Bapak-bapak itu hanya menganggukan kepalanya dan pergi berlalu menuju ke belakang mobil Henna untuk memberitahu pengemudi yang lainnya. Setelah terjebak macet selama lima belaa menit yang jaraknya hanya beberapa meter dari hotel, Henna berhasil sampai dengan tepat waktu. Seperti biasa, setelah absen Henna langsung berkeliling memeriksa restauran yang ramai karena para pelanggan sedang menikmati sarapan. "Sky Longue kita ramai?" tanya Henna kepada manajer restauran di lantai pertama itu. Sang menejer menatap kagum Henna yang terlihat begitu berkelas dengan balutan seragam kerjanya yang pas di tubuh molek milik Henna. "Tadi Irvan call minta bantuan satu orang chef karena kewalahan," lapor Anis sang manajer. "Memangnya tamu VIP komisaris begitu bawelnya?" tanya Henna heran dan yang hanya dijawab senyum tipis Anis karena tidak tahu harus menanggapi apa. Henna langsung pergi menuju Sky Longue untuk melihat keadaan yang sedang terjadi. Keadaan di atas memang terlihat tenang, tetapi tidak dengan para karyawannya yang terlihat tegang. Pasalnya di sana juga terdapat para petinggi sedang sarapan bersama para tamu VIP. "Mbak," Karen yang sejak tadi menghandle di sana datang menghampiri Henna. "Ada apa?" tanya Henna langsung. "Pak Haris ingin bertemu Mbak, katanya pestanya mau dimajukan Mbak," bisik Karen hati-hati. Bola mata Henna yang terbalut kontak lensa berwarna cokelat itu membulat saat mendengar bisikan Karen. "Serius?" tanya Henna yang tidak percaya dengan pendengarannya. Karen hanya dapat mengangguk kaku, dia tahu bahwa Henna pasti akan marah-marah nantinya. Maka di sini lah Henna sekarang, duduk di dalam ruangan Pak Haris yang mewah. Di depannya Pak Haris baru saja selesai mengajukan titah. Wajah cantik Henna bahkan sudah berubah sedikit jutek dan siap akan melontarkan kata-kata yang pedas. "Tapi Pak, saya belum bisa mendapatkan wine yang diminta VIP. Sejak awal VIP sudah setuju dengan wine yang saya ajukan," protes Henna tidak terima. Pasalnya pesta tersebut akan dilaksanakan menjadi besok malam. "Kamu tahu arti VIP bukan? Mereka orang-orang penting dan orang-orang penting harus diberikan layanan terbaik. Saya tidak terima penolakan dan saya minta kamu bisa memenuhi keinginan VIP," tegas Pak Haris. ••• Sekembalinya Henna dari ruangan Pak Haris wajahnya terlihat butek sebutek air sungai ciliwung. "Karen ayo kita jalan, kita harus cari suppliernya segera!" ajak Henna yang sudah siap untuk maju ke medan perang. Demi menghemat waktu, Karen dan Henna memutuskan untuk mendatangi supplier yang belum pernah Karen datangi. Hingga jam makan siang, Karen dan Henna tak juga kunjung menemukan apa yang mereka cari. Keduanya sudah hampir putus asa. "Ini yang terakhir Mbak," ujar Karen saat keduanya turun dari mobil Henna dan menatap gedung di depan mereka. "CL Company. Ini perusahaan cabang dari Inggris kan?" tanya Henna memastikan. Karen pun membenarkannya dengan menganggukkan kepalanya. Kedua perempuan cantik itu masuk ke dalam perusahaan tersebut. Di lobi keduanya bertemu dengan resepsionis. Karen yang bertugas bertanya, sedangkan Henna berdiri melihat-lihat sekitaran lobi tersebut. "Mbak ... mereka memang menjadi supplier wine yang kita cari. Tapi mereka tidak menerima pembelian mendadak," ujar Karen yang menunjukkan wajah menyesal karena tidak berhasil nego. Henna akhirnya turun tangan dan berjalan menuju meja resepsionis. "Bisa saya bertemu dengan manajer pemasarannya?" tanya Henna sembari memberikan kartu namanya. "Ada apa ini?" tiba-tiba seorang laki-laki yang sudah berumur datang menyela. "Begini Pak, Ibu ini memaksa ingin membeli wine secara mendadak," kata si resepsionis sedikit melotot ke arah Henna. "Loh tunggu! Ini bukan wilayah anda untuk memutuskan. Saya ingin bertemu dengan manajer pemasarannya," kata Henna tidak terima dengan kata-kata si resepsionis. "Maaf atas ketidak nyamanan Ibu, tetapi kebetulan manajer pemasarannya sedang berada di luar kota," kata bapak-bapak yang tadi menyela. "Lalu Bapak ini siapa?" tanya Henna yang mulai menggunakan pendekat sedikit spesifik untuk dapat mendapatkan apa yang dia inginkan. Di dalam hati Henna berdo'a bapak-bapak yang ada di hadapannya ini orang berpengaruh di perusahaan itu. "Ah saya di sini karyawan keuangan," kata si Bapak sambil nyengir tidak berdosa. Mendengarnya membuat Henna dan Karen langsung lesu. "Bapak tidak bisa bantu saya untuk bertemu orang bagian pemasarannya? Atau direktur pemasarannya?" pinta Henna mendesak. Suara Henna sedikit memaksa dan membuat si resepsionis langsung mengkode satpam. Dua orang satpam datang mendekat dan berkata, "Maaf Ibu tolong jangan membuat keributan si sini." Henna dan Karen bersihkeras tidak ingin menuruti kemauan si satpam. Sedangkan bapak-bapak yang tadi memilih kabur dan tidak ingin terlibat lebih jauh lagi. Hal itu justru membuat Karen emosi melihatnya. "Pak tunggu Pak jangan kabur," teriak Karen memancing keributan. "Jangan pegang-pegang! Apaan sih ini kasar banget!" sebal Henna yang terus saja dipaksa untuk keluar. Keributan itu terus saja berlangsung, Karen dan Henna tetap keras kepala dan tidak ingin pergi. Beberapa karyawan kantor itu pun melihat mereka berdua sembari berbisik-bisik. Tidak ada satu pun yang mencoba membantu menyelesaikan keributan yang terjadi. "Ekhem!" dehaman suara berat dan begitu berwibawa menghentikan tiba-tiba keributan itu. Bahkan beberapa karyawan yang bergosip tadi menunduk hormat kepada orang itu. Kemudian laki-laki itu berkata, "Ada apa ini ribut-ribut?" "Begini Pak, kedua Ibu itu membuat keributan karena ingin bertemu dengan Pak Edward," jelas resepsionis yang tadi melayani Karen dan Henna. Laki-laki itu berjalan maju ke depan untuk melihat sosok Henna yang berdiri menyamping. Henna yang mulai sadar bahwa laki-laki yang berdeham itu memiliki kekuasaan yang cukup karena dapat membuat ciut karyawan di sana akhirnya menoleh. Kedua bola mata mereka bertemu pandang, kemudian keduanya saling melihat dari atas hingga bawah. Tidak lama kemudian terdengar suara napas tertahan dari keduanya. "KAU!" teriak keduanya secara bersamaan. Calvin yang baru kembali dari makan siang melihat ada ribut-ribut di lobi perusahaannya. Betapa kagetnya Calvin saat melihat salah seorang biang keributan itu adalah perempuan yang ditemuinya di pesawat dan di konser Coldplay.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN