Ika bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Karena tidak ada bahan makanan yang bisa ia olah maka Ika memutuskan untuk berbelanja saja. Masih ada sedikit sisa uangnya.
Dengan berjalan kaki Ika pergi berbelanja ke mini market yang ada di luar komplek. Ika belanja untuk membuat nasi goreng saja. yang paling penting mereka punya beras. sebagai orang Indonesia asli Ika sangat ketergantungan pada nasi.
Beruntung di Minimarket dijual juga aneka sayuran dan bumbu dasar. Ika berbelanja sesuai kebutuhan dan keuangannya saja.
Sampai dirumah Ika langsung memasak nasi. sambil menunggu nasi matang Ika menyiapkan bumbu nasi gorengnya. Nasi goreng adalah makanan paling sering Ika buat untuk sarapan saat bersama mendiang ayahnya dan juga nasi goreng adalah sarapan kesukaannya.
Bara bangun saat hidungnya mencium aroma wangi masakan yang menggugah selera dari dapur. Bangkit dari tidur Bara langsung berjalan kedapur.
Bara tertegun sejenak melihat pemandangan Ika yang sedang berkutat di dapur. Dalam bayangannya selama ini para wanita pasti akan terlihat cantik saat berada di dapur tapi saat melihatnya langsung bukan hanya kata cantik yang dikirimkan oleh matanya ke otak tapi juga lebih dari itu... wanita itu terlihat menawan dan seksi sekaligus.
Saat Ika menoleh padanya, Bara segera mengalihkan pandangannya kearah lain.
Ika menatap tak percaya pada Bara yang sedang berdiri topless di depannya. semua otot perutnya tercetak sempurna. Memanjakan mata Ika yang memang sudah tidak perawan lagi. Ika sangat menggilai body seksi artis pria Favoritnya.
" Sudah bangun ya, ayo sarapan bareng " ajaknya mengalihkan fikiran liarnya dari tubuh berotot Bara. Ditariknya kursi yang ada dibawah meja. Mempersilahkan Bara duduk disana. Bara tidak menolak ajakan Ika karena memang sedang lapar. Nafsu makannya menurun drastis sejak rencana pernikahan mereka dimulai, semakin menjadi saat pernikahan tidak bisa dielakkan lagi.
Mereka makan dalam diam.
" Aku akan kasih kamu jatah bulanan sebagai imbalannya kamu harus mengurus rumah dan memasak " kata Bara setelah selesai sarapan.
Ika mengangguk," Apa aku boleh pakai untuk kebutuhan pribadi juga ?" tanya Ika sungkan.
Meski malu tapi Ika tidak punya pilihan lain. Ika butuh uang untuk melamar pekerjaan dan juga kebutuhan lainnya. Lebih baik meminta daripada mencurikan?
Melihat Bara terdiam Ika merasa semakin sungkan," Karena belum dapat pekerjaan jadi aku belum punya uang ..." lanjut Ika tak enak hati." Anggap saja sebagai pinjaman. nanti kalau sudah dapat kerja aku bayar "
" Pakai saja sesuka hati kamu, tidak perlu sungkan. itu jadi hak kamu. yang penting kita masih bisa makan nantinya "
Ika mengangguk senang. Pada dasarnya Ika memang bukan cewek matre jadi Ika yakin tidak akan terjadi seperti yang dikatakan oleh Bara. Ika hanya akan memakai untuk kebutuhan dasarnya saja. Tidak mungkin juga Ika memakai uang Bara untuk memenuhi keinginannya.
" Nantinya aku juga tidak akan makan setiap hari di rumah " ucap Bara.
" Kenapa ? "
Sedetik kemudian Ika menyesali pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Terdengar seperti seorang isteri yang sedang curiga pada suaminya. Sungguh Ika tidak bermaksud seperti itu.
Bara mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Ika namun tetap menjawab juga," aku akan banyak menghabiskan waktu dengan dia,"
Ika tersenyum dipaksakan," tentu saja." jawab Ika sadar diri.
***
Ternyata, Pernikahan tidak sesederhana yang Ika bayangkan. tinggal dan berinteraksi setiap hari dengan Bara membuat ada sesuatu yang berubah dalam hati Ika.
Ika tidak baik - baik saja setiap mengingat hubungan semu mereka.
Bagi Ika pernikahan adalah sekali untuk seumur hidupnya. sempat berfikir bahwa yang sedang ia jalani sekarang bukanlah pernikahan yang sesungguhnya tapi Ika tidak bisa berbohong jika mereka adalah suami isteri yang sah di mata hukum negara dan agama. hati kecilnya tidak bisa menutup kebenaran yang nyata didepannya.
Ika tahu, bagi Bara pernikahan mereka tidak sama seperti pernikahan yang lainnya. ada batas waktunya.
Maka selama masih ada waktu itu Ika akan memperlakukan Bara sebagai suami sungguhannya. Meski untuk sementara Ika ingin merasakan menjadi isteri Bara yang sebenarnya. Tidak mengapa menjadi pihak yang mencintai karena mereka berada dalam hubungan yang diridhoi sang penguasa daripada menutup mata dan melanggar ketentuan Nya saat janji pernikahan telah diikrarkan. Ika akan berdiri di tempat yang tepat baginya. Selain karena perasaan yang mulai tumbuh tanpa bisa di larang, Ika juga tidak mau berdosa dan menyesal dikemudian hari.
Tapi mampukah Ika menjalaninya jika di luar sana ada wanita lain yang lebih dulu mengisi hati Bara. Meski sedikit, Ika juga merasakan kecemasan tersendiri atas penilaian Bara nantinya.
Bara mungkin akan menuduh Ika tidak tahu diri karena telah melanggar kesepakatan awal mereka.
Tbc