Bab 3

1044 Kata
Ketika Bara bergabung dengan Ika untuk sarapan, Ika sudah siap dengan setelan formal ala pencakernya. kemeja putih dan rok span berwarna hitam. rambutnya juga disisir rapi. Bara tidak bertanya karena sudah bisa menebak apa yang akan Ika lakukan nanti. Keduanya makan dalam diam. Ika menyelesaikan sarapannya terlebih dulu. ia harus buru - buru berangkat agar tidak ketinggalan bus metro. sebelum sampai halte Ika harus mencari ojek dulu karena jarak perumahan dengan halte yang cukup jauh. " Piring sama gelasnya kamu biarkan saja, nanti saat pulang aku cuci " ucap Ika sambil berdiri ," aku berangkat dulu " pamitnya. setelah menyambar tasnya yang berada disalah satu kursi makan Ika pun keluar dari rumah. Bara memandangi kepergian Ika tanpa berniat untuk menawarkan tumpangan. Bara tahu sulit mencari ojek di sekitaran tempat tinggal mereka. tapi Bara juga sedang terburu - buru ingin menjemput sang kekasih yang katanya hari ini masuk pagi. jangan sampai pacarnya merajuk lagi. cukuplah Bara didiamkan beberapa hari yang lalu karena pernikahannya. Bara tidak tahan didiamkan lama -lama oleh Karin . Bara sangat menyayangi pacar manjanya yang masih berusia dua puluh tahun tersebut. jarak usia mereka yang lumayan jauh membuat Bara merasa jadi lebih muda bila bersama Karin. bukannya terganggu, Bara malah merasa sangat dibutuhkan oleh Karin. semua kebutuhan Karin akan ia penuhi. tidak seperti mahasiswi yang berasal dari luar kota lainnya yang tinggal di kos - kosan, Karin tinggal disebuah apartement milik Bara. sengaja Bara menempatkan Karin disana agar mereka lebih mudah saat ingin bertemu jika dibandingkan dengan tinggal di kos - kosan yang punya jam malam. Bara juga tidak mau membuang banyak waktunya dijalan makanya ia sengaja mencari apartement yang dekat dengan kantornya, namun juga tidak terlalu jauh dari kampus Karin. *** Nasib baik sepertinya sedang menyertai Ika pagi ini, terbukti dengan cepatnya ia mendapatkan ojek yang bisa mengantarnya ke halte bus. jadi Ika tidak sempat berkecil hati saat mobil Bara melewatinya tanpa menyapanya apalagi menawarkan tumpangan. seakan hari ini memang hari keberuntungannya, Ika juga diterima bekerja disebuah Perusahaan bergengsi. mulai minggu depan Ika bisa menanggalkan status penganggurannya. semoga mulai bulan depan Ika sudah bisa membiayai hidupnya sendiri tanpa bergantung kepada Bara lagi. Ika juga harus mulai menabung untuk masa depannya. jangan sampai saat diceraikan oleh Bara nanti, Ika menjadi gelandangan. Orang yang berjasa dibalik hari bahagia Ika hari ini adalah Ezra, kakak kelasnya saat SMA yang kini menjabat sebagai seorang manager ditempat Ika melamar pekerjaan. bisa dipastikan bahwa ada campur tangan Ezra disana, namun Ika tidak mau ambil pusing karena sebelumnya ia tidak pernah minta bantuan atau membuat kesepakatan tertentu dengan Ezra. jadi Ika akan tetap menganggapnya sebagai hari keberuntungannya saja, hadiah dari Tuhan yang sedang berbaik hati padanya. mungkin juga rezekinya karena sudah menjadi anak soleha selama ini. Ika terkikik dalam hati menyadari betapa jumawanya dia karena sudah mendapatkan pekerjaan. " kamu bisa berkeliling dulu " suruh Ezra " nanti pulangnya aku antar " Ika mengangguk untuk perintah Ezra yang menyuruhnya berkeliling kantor. untuk ajakan pulang bersama Ika masih meragu. Ika belum sempat bercerita tentang masalah pribadinya. mungkin nanti Ika bisa sekalian cerita kalau Ika sudah menikah, supaya nanti tidak terjadi salah faham diantara mereka. ada baiknya juga Ika sedikit bernostalgia dengan Ezra yang dulu sangat akrab dengannya karena Ezra sempat menjalin hubungan dengan teman semeja Ika. Menjelang pukul empat sore Ika memutuskan untuk pulang saja. semua area perkantoran yang akan menjadi tempatnya bekerja nanti sudah ia sambangi. sisanya bisa Ika lihat saat sudah masuk kerja saja. Baru saja Ika akan menghubungi Ezra untuk berpamitan , Ezra sudah lebih dulu muncul dihadapan Ika. " sudah mau pulang ? " tanya Ezra. Ika mengangguk mengiyakan ," Baru juga mau menelfon kakak, mau pamitan " jelasnya sambil memperlihatkan hp bututnya. tadi mereka sempat bertukar nomor hp sebelum Ezra kembali ke ruang kerjanya. " Aku kan minta ditungguin tadi kenapa malah mau ditinggal ? " Ika tersenyum ," nggak enak gangguin kakak yang lagi kerja " " seperti sama siapa saja kamu ini " ujar Ezra balas tersenyum ," Mari " ajaknya menuju tempat mobilnya diparkir. Ika mengikuti langkah Ezra dengan perlahan. apa tidak apa - apa jika ia semobil dengan laki - laki lain? Ika yakin tidak masalah jika Bara sampai tahu karena Bara sendiri yang menegaskan bahwa diantara mereka tidak ada hubungan yang perlu mereka jaga. jadi Ika bebas pergi dengan siapa sajakan? lagipula Ezra dan Ika juga tidak memiliki hubungan apa - apa. mereka hanya dua orang teman lama yang baru bertemu lagi setelah sekian lama berpisah. Ezra mengajak Ika makan disebuah cafe. Menjelang maghrib barulah Ezra mengantar Ika pulang. mereka jadi lupa waktu karena terlalu asyik mengenangkan masa lalu. " Kamu tinggal dimana ? " tanya Ezra saat dijalan mau pulang. Ika menyebutkan alamat rumah Bara. " Tinggal dengan siapa disini ? " " Suami " Mulut Ezra sempat terbuka mendengar pengakuan Ika sebelum kemudian ia samarkan dengan tertawa kaku. tadi Ezra lebih dulu mengira bahwa Ika akan menjawab tinggal dengan saudaranya. terasa lebih masuk akal jika Ika tinggal menumpang dirumah saudaranya. " Kamu sudah menikah ? " tanya Ezra masih belum yakin. " Iya " Jawab Ika tak enak hati. dari raut wajahnya, Ika tahu pengakuan tentang statusnya membuat Ezra jadi terkejut. " Suami kamu tidak melarang kamu bekerja ? " tanya Ezra menyelidiki. setahunya tempat tinggal yang Ika sebutkan tadi bukanlah tempat tinggal kalangan bawah. Yang tinggal disana adalah kalangan elite semua. Jadi besar kemungkinan suami Ika berasal dari kalangan yang sama juga. " nggak " jawab Ika menggelengkan kepalanya. lebih tepatnya nggak peduli kali ya. Ezra mengangguk - angguk saja ," pria sekarang banyak yang ingin isterinya mandiri secara financial juga " ucapnya seakan berasumsi sendiri. " selain mandiri, wanita karier juga terlihat lebih menarik bagi sebagian lelaki " Ika tidak menanggapi ucapan Ezra, tidak ada pengalamannya dengan hal begituan. Ika belum pernah berpacaran serius sebelumnya. belum sampai ketahap merencanakan masa depan bersama. " mampir dulu kak ? " tawar Ika begitu mobil Ezra berhenti didepan rumah Bara. " mungkin lain kali " jawab Ezra menolak. " kalau begitu terima kasih atas traktiran dan tumpangannya " ucap Ika yang dibalas oleh Ezra dengan anggukan. Ezra memandangi kepergian Ika sampai matanya menangkap sosok yang sedang berdiri di teras rumah. seseorang yang tidak asing bagi Ezra. Ada hubungan apa Ika dengan seorang Bara Alaric Wirama ? Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN