Dara kembali menghela napas dalam untuk kesekian kalinya. Si bulat itu tengah mengamuk di lantai. Tangannya menghentak-hentak, kakinya menendang ke udara, mulutnya terus meraung seolah langit akan runtuh jika dia tidak mendapatkan keinginannya. "Noah, yang benar saja. Bubu mau kerja, buat beli s**u untuk Noah. Anak kecil tidak boleh ikut ke sana, Noah juga baru sembuh!" “Buuuu! Ikuhhh, Buuuu! Kuhhhhh!” Tapi apa Noah peduli? Tidak. Bocah tembaga itu tetap menangis semakin keras, napasnya naik-turun, sesenggukan dengan mata basah yang makin besar. Dara berjongkok, mencoba pendekatan yang lebih sabar. "Bangun, ayo bangun. Tidak boleh seperti ini, ayo bangun. Noah jangan nakal." Tapi sulit. Sulit sekali. “Bubuuuuu! Bubu!! Kuuttttt! Askshdkdhakaj!” Dara memijat pelipisnya. Otaknya menden

