Dara menghela napas dalam. "Noah, cepat buka mulutnya. Lihat Kakak, dia makan dengan benar." Bocah gempal itu tetap mengatupkan mulutnya rapat-rapat, pipinya menggembung seperti tupai yang menyimpan kacang di dalam mulutnya. Dara mulai menyerah, memilih fokus saja pada Jedainne yang jauh lebih kooperatif. "Dee, mam... mam... Bubu, mam... mulutna buka," ucap Jedainne dengan sabar, mencontohkan adiknya. Namun, Noah tetap bergeming, malah memalingkan wajahnya dengan ekspresi cemberut. Dan kemudian— "Yayahhhhhhh!" Dara memejamkan mata sejenak, meredam frustasinya. "Noah, Ayahmu itu masih mandi," gumamnya, tapi bocah di depannya sudah sibuk memanggil-manggil sang ayah. Sementara itu, di kamar mandi, Jedidah sedang dalam perjuangan tersendiri. Kepalanya yang sempat nyemplung ke dalam kola

