Beruntunglah Jedidah benar-benar pulang malam itu. Dara akhirnya bisa bernapas lega untuk sementara. Setidaknya, pagi ini dimulai dengan damai, tanpa kehadiran pria itu di rumahnya. Bahkan Noah pun terlihat masih kesal setelah kejadian ayahnya menyemburkan teh buatannya tanpa berpikir dua kali. Jedainne, di sisi lain, sepertinya tidak terlalu memikirkan kejadian itu. Saat bangun pagi, gadis kecil itu lebih sibuk mengajak Bubunya sarapan sambil menyuapinya roti dengan penuh cinta, seakan menyuapi boneka kesayangannya. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Menjelang siang, gangguan mulai muncul. "Noah, makan yang rapi!" "Yayahhh naaa?" "Ayah Noah kerja, Sayang." "Yayah kelja mana?" "Di tempat kerja." "Kelja mana?" Dara hampir kehilangan kesabaran. Tapi sebelum ia bisa mencari

