7. Air Mata Mantan

1203 Kata
Seperti biasa, Alya berangkat ke kampus pagi-pagi lalu berangkat dengan berjalan meninggalkan kampus. Kepalanya sudah lebih mendingan dari sebelumnya. Sekarang, badannya terasa sangat remuk. Bukan karena Nasya atau yang lain, tetapi karena berguling-guling di lantai saat ia kembali melihat status Amel yang kembali membahas orang yang berinisial F. Alya duduk di kursi taman sambil membaca novel yang ia bawa. Kali ini, novel yang ia bawa adalah novel tentang perselingkuhan. Entah kenapa, ia sangat menyukai cerita yang bisa membuatnya menangis. Tanpa Alya sadari, di belakang Alya, ada pria yang sedang membaca buku lalu duduk di kursi yang ada di belakang Alya. Pria itu adalah Fandi. Fandi juga tidak sadar jika tepat di belakangnya, ada Alya yang juga membaca buku. Sejenak, mereka sama-sama fokus membaca buku yang mereka baca. Tanpa sadar, jika tubuh mereka sangat dekat. Hanya ada sandaran kursi sebagai penghalang tubuh mereka.  Mereka sama-sama melihat jam yang ada di tangan mereka. Sudah ditentukan untuk masuk ke kelas. Kedua orang itu berdiri dari duduknya dan berjalan berlawanan arah menuju kelas mereka.  Saat istirahat, Fandi keluar dari kelasnya bersama dengan partisipasi yang bernama Arya. Mereka selalu bersama saat berada di kampus. Mereka selalu bersama saat berada di kampus. Mereka suka makanan enak dengan harga. Mereka berdua berjalan menuju Arah Kantin sambil mengghibahi seseorang. Mereka berdua duduk di kursi kantin sambil terus berbicara. "Fandi. Kamu beneran ya pernah pacaran sama Alya? Itu gimana ceritanya?" tanya Arya. "Ya .... aku nggak tahu sih gimana aku bisa nembak Alya. Padahal aku nggak cinta sama dia. Aku nembak dia cuman buat aku jadiin pelampiasan gara-gara dulu aku pernah menolak sama temenku." Dari seberang mereka, ada seorang wanita bernama Lita yang terus memandangi Fandi hingga tak mau naik.  "Lita !!" Lita beralih melihat pembicaraan yang dipindahkannya. "Kenapa?" "Ngapain kamu mandangin Fandi sampek nggak kedip? Nanti mata kamu bisa-bisa kemasukan semut loh." Kening Lita berkerut. "Maksud kamu? Kok bisa semut masuk ke mataku?" "Abisnya, kamu ngliatin Fandi kayak gitu amat. Suka sih boleh aja. Tapi kamu harus tahu latar belakang dia. Dia baik nggak. Dia sholeh nggak. Dia udah punya pacar apa belum." "Dia baik kok. Dia juga sholeh. Kayaknya dia belum punya pacar." Lita kembali memandangi diam-diam. Lita adalah salah satu yang paling tergila-gila dengan Fandi. Wajahnya yang cantik, buat Lita di suka banyak cowok. Tapi, Lita hanya menyukai Fandi seorang. Fandi dan Arya pun kembali dari duduknya untuk masuk ke kelas lagi. Buru-buru Lara Ambil Fandi diam-diam. 1 Bulan Kemudian .... Selama satu bulan ini, Amel sering membuat status galau di w******p. Tentang gagal move on, inilah, sungguh. Membuat Alya ingin mengubah nomor Amel. Keesokan harinya, Alya masih sama dengan Alya yang satu bulan lalu. Masih dengan kestressannya karena Nasya dan stres mencari cara untuk bisa melupakan mantannya. Hari ini, saat istirahat, Amel ingin curhat menunggu. Sekarang, Alya sedang berjalan menuju kelas Amel. Disana Amel sudah menunggunya di kursi depan kelas. "Amel !!" Alya berjalan menghampiri Amel lalu duduk disamping Amel. "Ada apa ngajakin aku janjian?" tanya Alya. Amel menghela nafas lelah Lalu menangis sambil memeluk Alya. "Ada apa mel? Kok kamu nangis? Malu dilihatin orang-orang di sini." Alya berusaha menenangkan Amel yang menangis sangat keras. Lalu Amelepaskan pelukannya. "Alya .... Aku lagi gagal melanjutkan." "Hah?" Alya kaget mendengar satu kata meluncur dari mulut Amel. "Aku mau jujur sekarang. Sebenarnya, selama ini, aku suka sama Fandi." "Hah?" Alya berteriak kaget sambil berdiri di kursi yang ia duduki. Semua sorot mata menuju ke Alya. "Kok bisa?! Gimana ceritanya?!" Amel dilanda malu oleh tingkah Alya. "Bisa nggak duduk dulu? Jangan berdiri kayak gitu." Alya meruntuki kebodohannya kompilasi ia melihat semua pasang sorot mata menatapnya. Kemudian, ia duduk kembali di kursi yang ia duduki.  "Jadi gini ceritanya. Selama ini aku suka Fandi. Tapi yang duluan ngechat aku itu Fandi. Dia gombalin aku setiap hari. Dia bilanh aku mencintaimu, kamu selalu cantik. Tapi, satu bulan ini dia itu cuek sama aku. Dia nggak pernah gombalin aku lagi. "Amel kembali menangis sambil menyandarkan diterima di pundak Alya. "Huuuaaaa ... Aku kangen dia Alyaaaaaa ..." Alya menarik Amel lagi sambil memegang malu karena tangisan Amel yang lumayan keras. "Udah Amel ... Jangan di tangisin. Masih banyak laki-laki yang ngantri di belakang kamu. Udah, lupain dia." "Mana dibelakang? Dibelakang cuman ada kursi sama tembok." Amel kembali menangis dengan kencang. Lebih cepat dari anak kecil yang meminta naik odong-odong. Alya melamun sambil berjalan melewati koridor kampus. Ia merasa sakit hati dengan apa yang sedang di Amel alami. Tadi, ia sempat melihat pesan-pesan Amel dan Fandi selama satu bulan jni Jujur, Alya sangat cemburu. Bagaimana bisa, Fandi menggombali Amel selagi masih menerima Fandi? Tapi, dibalik itu, Alya dapat menyimpulkan jika Fandi adalah orang yang suka memberikan harapan palsu atau omong kosong. Dia selalu bilang aku mencintaimu, kamu selalu cantik. Tapi, saat wanita itu menyukai Fanfi, Fandi akan meninggalkan wanita itu tanpa balas dendam.  Alya berjalan menuju kelasnya sambil terus melamun. Tanpa sadar di sana ada Pak Eko yang sudah berkacak pinggang dihadapannya. Alya mendongakkan pemandangan sambil menunggu pak Eko "Dari mana aja kamu?! Kamu ini harusnya bisa disiplin. Kalau sudah masuk kelas ya masuk kelas. Bukan malah keluyuran nggak jelas." "Maafkan saya pak. Tadi saya habis kejedot pintu." Pak Eko mencari luka yang bisa membuktikan bahwa Alya baru saja kejedot pintu. Tapi Pak Eko tak menemukan luka tersebut. "Mana? Nggak ada luka di kepala kamu. Kamu jangan bercanda ya !!" "Emang beneran pak. Tapi lukanya nggak ada di kepala, tapi di hati pak. Sakit." Wajah Alya berubah menjadi mewek di depan pak Eko. Marsha dan Cantika hanya bisa menepuk jidatnya melihat kelakuan Alya yang sama sekali tak berdosa. Sudah tahu pak Eko sedang marah. Malah Alya mengeluarkan ekspresi seperti anak kecil. "Udah !! Jangan bercanda !! Sekarang kamu saya hukum! Kamu anterin itu dokumen di meja saya ke kelas fotografer. Disana ada bu Dina. Paham kamu?!" kata Pak Eko sambil menunjuk ke arah mejanya. Alya hanya mengangguk dan menyetujui apa yang diperintahkan Pak Eko. Alya berpamitan pada Pak Eko sambil keluar dari kelasnya. Alya terus berjalan sambil membawa berkas Pak Eko ke kelas fotografer. Pintu kelas fotografer tertutup. Alya mengetuk pintu terlebih dahulu. "Masuk !!" Saat sudah diizinkan masuk, Alya membuka pintu lalu berjalan ke arah dosen yang ada di depan papan tulis. "Maaf bu, saya menggangu. Saya disuruh sama Pak Eko ngasih file kni ke ibu." Dosen yang bernama bu Dina itu menerimanya lalu membaca berkas itu. Setelah membacanya, dosen itu memberikan berkas itu ke Alya lagi. "Fandi! Kamu maju kesini!" Bu Dina memanggil Fandi untuk maju ke depan. Fandi pun segera menuruti perintah bu Dina. Sementara Alya, ia sudah ketakutan jika dosen yang dihadapannya menyuruhnya aneh-aneh. "Ada apa bu?" tanya Fandi yang sudah ada dihadapan dosennya. "Kamu antar anak ini untuk memfoto copy berkas ini. Saya yakin kamu tahu apa yang harus kamu lakukan dengan file ini." Alya terkejut. Ia meringis sambil menepuk jidatnya. Apa yang ia khawatirkan sekarang terjadi. Astaga, bagaimana dengan nasib jantungnya? Bisa-bisa jantungnya lari dari tempatnya. Fandi mengangguk. "Baik bu!" Alya meringis kesakitan saat Fandi mengiyakan permintaan dosen itu. "Ada apa sama kamu? Kenapa kamu meringis kayak gitu?" tanya dosen Fandi. "Nggak ada apa-apa bu." "Ya udah. Kamu ikut dia buat foto copy file ini. Setelah itu, kamu balikin ke Pak Eko lagi." Akhirnya, Alya mengangguk pasrah. Fandi dan Alya pun keluar dari kelas sambil berjalan bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN