Nasya sudah tidak lagi menginap di kosan Alya. Membuat Alya senang dan bisa tertidur dengan nyenyak.
Sebelum Alya tidur, ia menyempatkan untuk membuka ponselnya untuk melihat status w******p.
Lagi lagi Alya melihat tangkapan layar status pesan di status Amel. Pesan itu bertulisan I Love You. Nama kontaknya tidak diberi tahukan Status itu membuat Alya penasaran. Ia ingin bertanya pada Amel. Tapi, ia membiarkan malas jika sampai tidak tahu. Sebaliknya ia mendapatkan tempe.
Malam mulai larut. Alya segera membaringkan segera di kasur. Alya mulai membaca do'a sebelum tidur agar diproteksi oleh Allah. Setelah membaca do'a, ia pun tertidur.
Hari ini adalah hari Minggu. Rasanya hari ini Alya ingin sekali pergi ke suatu tempat. Tapi, jika ia pergi sendiri pasti sangat membosankan.
Suara nontifikasi di ponselnya terdengar. Alya langsung mengambil ponselnya di meja belajar. Ada pesan dari peserta yang bernama Cantika.
Cantika:
Alya. Yuk kita makan dimana gitu. Bosen aku dirumah terus. Wi-Fi sekalian cari.
Alya pun mengiyakan ajakan Cantika untuk pergi ke suatu tempat.
Kita makan mie yuk! Nanti aku tahu tempatnya. Sekalian, kamu ajakin naik Marsha.
Kirim pesan itu ke Cantika. Tak lama, Cantika membalas pesannya.
Cantika:
Oke.
Alya mematikan ponselnya lalu meletakkannya di meja lagi. Setelah itu, ia segera bersiap-siap untuk pergi bersama teman-teman.
Cantika, Marsha, dan Alya menyediakan tempat makan yang memiliki aneka ragam mie. Mereka bertiga segera memilih tempat duduk lalu memesan makanan.
Setelah semuanya memesan makanan, meraka menunggu makanan mereka datang dengan bermain ponsel.
Alya melihat sekeliling tempat makanan. Tidak jauh dari tempat duduknya, Alya melihat Amel dan beberapa pengunjung sedang duduk dan bermain ponsel. Alya pun menghampiri Amel tanpa izin untuk sahabatnya.
"Amel."
Amel menoleh ke Arah suara. Amel tersenyum begitu melihat Alya yang dibukanya. "Alya. Kamu kok ada di sini? Sama siapa?"
Alya menyalami Amel dan yang lainnya. "Aku kesini sama Marsha dan Cantika."
"Oh." Ada rasa cemburu di hati Amel. Masalahnya, sejak mereka kuliah, alih dengan Alya malah semakin menjauh. Mereka menjadi langka untuk bersama-sama tidak seperti SMA.
"Ya udah. Silakan duduk!" kata Amel.
Saat Alya akan duduk, Marsha menunggunya. Alya segera menghampiri Marsha yang datangnya.
"Ada apa?"
"Ngapain kamu kesana? Kamu mau duduk sama Amel? Kamu kan, yang ngajak kita buat makan bareng?"
Ada rasa tidak enak di hati Alya. Dia harus memilih siapa? Amel? Ataukah Marsha? Di tengah melamunnya, Amel kembali mengundangnya.
Buru-buru Alya menghampiri Amel. "Maaf mel. Aku agak lama."
"Iya nggak papa. Kamu jadi duduk di sini nggak?" tanya Amel. Berharap Alya mau duduk didekatnya.
Alya bingung harus mengatakan apa agar Amel tidak tersinggung. Dia kembali melamun untuk berfikir harus memilih siapa.
"Maaf mel. Aku nggak jadi duduk di sini. Soalnya aku-"
Amel langsung berdiri meningalkan Alya dan sahabatnya. Amelamatkan Alya telah melupakannya. Alya telah memilih teman barunya daripadany.
Alya menjadi tidak enak dengan Amel. Dan sepertinya Amel marah karena.
Dengan perasaan sedih, Alya kembali ke tempat duduknya sambil menunggu makanannya datang.
Sudah satu minggu, Alya dan Amel saling marahan. Setiap mereka bertemu, mereka tidak pernah bertegur sapa. Mereka juga tidak lagi berbicara saat istirahat. Membuat Alya merasa kecewa.
Esok hari, Alya kembali kuliah. Malamnya, Alya segera menyiapkan peralatannya agar tas esok tidak siap. Setelah semuanya selesai, Alya segera menidurkan badannya di kasur.
Seperti biasa, Alya bangun jam tiga pagi. Lalu salaf tahajjud kemudian mengisi waktu sebelum subuh dengan membaca novel.
Saat adzan subuh berkumandang, Alya segera mengambil air wudhu lalu membawakan salat subuh.
Setelah salat subuh selesai, Alya segera menuju kamar mandi lagi untuk mandi. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, Alya sudah selesai mandi dengan pakaian yang sudah melekat di mengikat.
Alya segera mengambil handuknya ditempatnya lalu mengambil tasnya. Setelah itu, Alya segera keluar dari kamar dan berjalan menuju parkiran.
Jam istirahat tiba. Semua mahasiswa dan dosen melanjutkan menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka.
Lagi dan lagi, Alya membeli bakso sebagai makan yang sudah telat. Menurutnya, bakso adalah nasi di saat ia tidak makan pagi. Kali ini, Alya tengah ditemani oleh Marsha yang juga membeli bakso versi jumbo. Bahkan, lebih jumbo dari badannya.
"Alya. Kamu nggak pernah masuk angin ya gara-gara makan kamu yang nggak teratur?" tanya Marsha yang ada di sebelah Alya.
Alya berhenti makannya berhenti. "Kalau masuk angin sering banget. Aku emang kalau mau makan nggak pernah teratur. Sehari bisa aja makan cuma dua kali atau nggak satu kali."
Marsha sangat terkejut dengan ucapan Alya. "Emang kamu nggak beli makanan atau masak gitu di kosan?"
"Aku kalau udah nyampek kosan selalu males bawaanya. Aku juga suka masak soalnya aku mau laper, biasanya cuman makan makanan ringan aja."
Marsha terus menggelengkan. Bagaimana bisa sahabatnya ini tidak bisa mengatur jadwal makannya sendiri. Kalau seperti ini, bisa-bisa Alya menjadi kurus. Seharusnya, Alya dinikahkan sebelum masuk kuliah agar Alya tak telat makan.
Saat Alya melanjutkan makannya, tiba-tiba ada seseorang yang mengembalikan kotak makan bewarna merah. Melihat orang yang beralih ke kotak makan tersebut.
"Amel." Buru-buru Alya langsung berdiri dari duduknya sambil menonton Amel.
"Maaf ya Alya. Seharusnya waktu itu aku nggak marah sama kamu. Kalau permintaan maaf dari aku, aku buatin kamu makanan."
"Tapi-"
"Tolong jangan ditolak al. Aku tahu, kamu itu makannya selalu nggak teratur dan ... Mungkin hari ini kamu juga belum sarapan kan?"
Alya terharu dengan ketulusan Amel. Ia pun memeluk Amel. "Makasih ya mel."
"Iya. Sama-sama."
Sampai disini dulu ya.
Semoga kalian suka sama cerita aku yang ini.