Bab 1
Jakarta
Di rumah pak Nano
Di meja makan..
"Anakmu mana no ?", tanya mbah Sakiman.
"Titah kerja dan kuliah pak, sebentar lagi pulang", jawab pak Nano.
"Nah itu suara mobilnya", kata bu Salma.
"Joya", bu Salma memanggil Paijo.
"Inggih bu Salma", jawab Paijo.
"Tolong kamu buka pintu untuk Titah ya", kata bu Salma.
"Kamu suruh langsung ke meja makan dan bilang ada saya gitu ya", sambung mbah Sakiman.
"Inggih mbah, siap laksanakan", kata Paijo.
Di depan rumah pak Nano..
"Emmmm permisi mbak Titah", kata Cecep.
"Iya cep", sambung Titah.
"Cecep mau minta kunci mobilnya dong untuk di masukan ke garasi mobil mbak Titah nya", kata Cecep lagi.
"Ini, memangnya Cecep bisa nyetir mobil ?", tanya Titah.
"Enggak, kata emak.., Cecep kan bisa minta tolong sama orang yang bisa nyetir mobil untuk di masukan ke garasi mobil gitu mbak Titah nya", jawab Cecep.
"Ini kunci mobilnya cep, nanti kamu kembalikan ke kamar saya ya", kata Titah.
"Siap mbak Titah nya", sambung Cecep.
"Mbak Titah di suruh langsung ke meja makan untuk makan malam, dan ada mbah Sakiman di meja makan sudah menunggu mbak Titah", kata Paijo.
"Mbah Sakiman sudah pulang jo ?", tanya Titah lagi.
"Sudah mbak", jawab Paijo.
"Oh ya sudah nih tas saya, tolong taruh di kamar ya, eh tunggu hp saya", kata Titah lagi.
"Iya mbak, permisi", sambung Paijo.
Di meja makan lagi..
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Titah.
"Baru pulang nak ?", tanya mbah Sakiman.
"Sudah mbah, baru sampai dan di suruh langsung ke sini, kata Paijo ada mbah ya Titah langsung ke sini saja", jawab Titah.
"Ya sudah kita makan malam dulu dengan menu yang special, Titah suka ini", kata bu Salma.
"Haaaaa suka, memang menu makan malam ini apa bu ?", tanya Titah.
"Today's dinner menu is crab fried rice", jawab bu Salma.
"Haaaa apa itu no ?", tanya mbah Sakiman.
"Nano juga tidak mengerti pak, baru dengar juga pak, kalau ada menu yang panjang seperti itu", jawab pak Nano.
"Nasi goreng kepiting mbah", kata Titah.
"Oh nasi goreng kepiting", sambung mbah Sakiman dan pak Nano.
Purwokerto
Di rumah pak Sunar
Di depan rumah pak Sunar..
"Pak kita ke jakarta mau ngapain sih ?", tanya bu Ajeng.
"Bapak mboten mangertos bu", jawab pak Sunar.
Di mobil pak Sunar..
"Sunar, Ajeng, cepet masuk ke mobil dan kita berangkat ke jakarta sekarang", kata mbah Lasmi.
"Iya bu", sambung pak Sunar.
"Oh ya telepon anak-anak mu ya, bilang kalau kita mau ke jakarta hari ini", kata mbah Lasmi lagi.
"Inggih bu", sambung pak Sunar lagi.
Jakarta
Di rumah Aryo
Di ruang tv..
"Siapa ya yang telepon malam-malam seperti ini, fan, Arfan", kata Aryo.
"Inggih enten menapa mas Aryo ?", tanya Arfan.
"Tolong angkat telepon dulu ya, saya sedang sibuk ini", jawab Aryo.
"Oh nggih mas", kata Arfan.
"Om Fandi", kata Putri.
"Iya Put, kenapa ?", tanya Irfandi.
"Ajarin ini dong om soal aljabar, om Fandi kan dosen hehe", jawab Putri.
"Gak harus kamu bawa-bawa dosennya kan Put, ya sudah mana sini pr mu om Fandi ajarkan", kata Irfandi.
"Ini om", sambung Putri.
Di rumah pak Nano
Di meja makan lagi..
"Bagaimana nak ?", tanya mbah Sakiman.
"Emmmm enak banget loh mbah nasi goreng kepiting nya", jawab Titah.
"Siapa dulu yang masak ibu", kata bu Salma.
"Iya dong, masakan siapa dulu ibu ku hehe", sambung Titah.
"Bukan itu maksudnya mbah Sakiman, nak", kata mbah Sakiman.
"Terus apa dong mbah ?", tanya Titah.
"Kamu sudah punya pacar belum nak ?", tanya mbah Sakiman.
"Duh eyang buyut kakung kok nanya nya begitu sih ke tetah, waduh perasaan ku gak enak sih", kata Angga di dalam hati.
"Atau calon suami nak, sudah punya belum ?", tanya mbah Sakiman lagi.
"Ya Allah mbah, pacar saja Titah tidak punya apa lagi calon suami, ya belum punya juga lah mbah, ngga", jawab Titah.
"Tuh kan kena juga, tetah hemmmm", kata Angga di dalam hati lagi.
"Angga", Titah memanggil Angga.
"Iya tetah kenapa ?", tanya Angga.
"Kamu ada pr gak ?", tanya Titah.
"Ada tetah, aljabar", jawab Angga.
"Kerjain sekarang yuk, sudah tidak ada yang ingin di bahas kan mbah, kalau tidak ada lagi saya dan Angga masuk ke kamar dulu", kata Titah.
"Assalamu'alaikum", Titah dan Angga memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Titah dan Angga.
"Anak kalian berdua itu ya selalu menghindar kalau di tanya soal pacar ataupun calon suami, ternyata keputusan bapak sudah benar", kata mbah Sakiman.
"Sudah benar bagaimana maksudnya bapak ?", tanya pak Nano.
"Dijodohkan, dan keputusan bapak sudah bulat tidak bisa digugat atau di ubah, paham..?", tanya mbah Sakiman.
"Iya pak, paham", jawab bu Salma dan pak Nano.
Di kamar pak Nano dan Istri..
"Kang mas Titah pasti menolaknya, menolak untuk di jodohkan oleh pilihan bapak, karena setiap kita jodohkan dia pasti nolak kang mas", kata bu Salma.
"Iya benar juga ya, tapi kamu tahu bapakku kan diajeng, bapakku bisa memaksa Titah untuk mau menerima perjodohan ini", sambung pak Nano.
"Iya ya mas, ya sudah tidur yuk besok kesiangan", kata bu Salma lagi.
"Iya diajeng", sambung pak Nano lagi.
Di rumah Aryo
Di ruang tv..
"Yes selesai, terimakasih ya om Fandi sudah mengajari Putri pr ini", kata Putri.
"Iya sama-sama Put", sambung Irfandi.
"Oh ya fan, tadi siapa yang menelepon ?", tanya Aryo.
"Mbah Lasmi, mas Aryo, kata mbah Lasmi hari ini sedang dalam perjalanan menuju ke jakarta", jawab Arfan.
"Yank", Aryo memanggil istrinya.
"Kamar untuk bapak, ibu, dan mbah Lasmi sudah siap kok mas, mas Aryo, saya mau ke pasar dulu ya belanja untuk menyambut keluarga yang akan datang ke rumah", kata Shila.
"Saya antar sekalian mau belanja untuk bapak", sambung Aryo.
"Oh ya sudah saya tunggu di depan ya, Fandi, Arfan seperti biasa ya mbak Shila titip keponakan kalian", kata Shila lagi.
"Inggih mbak", sambung Arfan dan Irfandi lagi.
Titah tidak mengetahui kalau di jodohkan oleh Irfandi, begitu juga dengan Irfandi yang tidak mengetahui kalau Irfandi di jodohkan oleh Titah.
Irfandi adalah seorang dosen di Universitas Garuda, Titah adalah seorang mahasiswa di Universitas Garuda.
Hingga pada suatu hari keduanya bertemu untuk membicarakan lamaran dan pernikahan.
Keduanya menikah dia minggu kemudian, mbah Sakiman dan mbah Lasmi curiga Titah dan Irfandi belum bisa saling mencintai, hingga akhirnya mbah Sakiman mengirim Cecep dan Paijo untuk bekerja di rumah Titah dan Irfandi yang di berikan oleh mbah Sakiman dan mbah Lasmi sebagai hadiah pernikahan keduanya.