setelah aina memandikan vana, yg di ajarkan oleh nyonya HARYADI sendiri,
sus, biasanya kalo sudah mandi sudah rapi, VANA akan di ajak jalan2 keliling komplek, ngga usah jauh2 sekitar sini saja,.
kata nyonya HARYADI yg sedang memberi tahu mana alat pendengaran utk telinga kanan & telinga kiri VANA,
iya bu, jawab aina seraya mengangguki perkataan nyonyanya.
nyonya HARYADI membawa VANA menuruni tangga, iya memegangi sebelah tangan VANA, membiarkan sebelah tangan gadis itu berpegangan pada pagar anak tangga,
nah sus, ini juga slah satu bentuk terapi buat VANA, buat melatih motiriknya, dg naik turun tangga, jelas nyonya HARYADI pada aina,
iya bu, aina menjawab sembari mengekori NYONYA brunya itu menuruni tangga,
setelah sampai didepan gerbang, NYONYA HARYADI, menyerahkan genggaman putrinya kepa aina,
sekarang neng jalan2 sma sus ai ya,
katanya lembut kepada putrinya itu,
aina menggenggam erat tangan gadis kecil itu,
hati2 di jalan ya sus, saya mau keluar sebentar, nanti kalo pulang jlan2 VANA lngsung ksh makan saja ya,
perintah nyonya haryadi pada aina,
baik bu,
aina berlalu meninggalkan rumah megah itu bersama vana, iya menyusuri jalann komplek, iya bertemu dg beberapa teman VANA, yg juga ramah menyapanya, setelah di rasa cukup, ia mengajak VANA pulang.
sesampainya ia di rumah, ia membuka sandal gadis kecil itu, aina berjongkok & memerintahkan VANA untuk berpegangan pada pundaknya,
cantik, pegang pundak suster ya,
aina meletakan kedua tangan kecil itu agar memegang pundaknya, di iringi tawa tak jelas khas VANA tp ia seperti paham apa yg aina sampaikan.
saat sedang sibuk membuka sendal VANA, sebuah langkah kaki mendekat yg tidak di sadari aina,
anak ayah baru pulang jalan2?
aina di kagektan oleh suara yg merdu, tp berat & sedikit serak,
ayah??? batin aina kaget sekaligus gugup,.
ia mendongakan kepalanya yg sedari tadi tertunduk karna sibuk melepaskan sendal anak asuhnya itu,
di dapatinya sosok gagah berkulit putih, dg postur badan yg tinggi tegap, hidung yg mancung ala orang arab, rambut hitam legam yg begitu tertata rapi, orang itu msh mengenakan kemeja putih & celana bahan khas orang kantoran,
suster vana yg baru?
suara laki2 di depannya kembali mengagetkan aina yg tanpa sadar sedari tadi iya mengamati orang itu,
ii, iya pak. jawab aina ggup seraya menundukan padangannya,
perkenalkan saya ayahnya aina.
kata pria itu membuat aina sedikit kaget,
siapa namamu.,? terus pria yg berdiri di hadapan aina yg tidak bukan adalah tuannya saat ini,
aina nazia pa,. jawab aina singkat,
kamu mau terus berjongkok sepertinitu,? apa tidak pegal?, tanya tuan haryadi pada aina yg terlihat sangat gugup itu,
iya bahkan tidak sadar kalau VANA sudah ada di gendongan ayahnya,
aina hanya terdiam malu, wajahnya tidak lagi berani menatap tuannya, karna rasa takut.ia kemudian meletakan sendal kecil milik VANA ke tempat rak sendal,
mau siapkan makan malam kan?
tanya laki2 itu lagi, membuat aina semakin gugup,
iii, iya pak, jawab aina singkat,
mendapati ada raut ekspresi takut yg di tunjukan aina, tuan haryadi kembali melontrlarkan pertanyaan, yg membuat langkah aina yg sudah akan beranjak menuju dapur, kembali terhenti,
berapa usiamu sus aina?
19 tahun pak?
jawab aina singkat,
ya, sudah kamu siapkan saja makan malam utk VANA, dia biar saya yg jaga dulu,
aina mengangguk cepat, & segera beranjak meninggalkan tuannya,
gadis belia berhijab rapi, dg rok plisket yg di padukan dg atasan warna senada dg roknya, kulit putih bersih milik aina, wajah ayu yg dihiasi t*i lalat di atas bibir dekat dg tulang tengah hidungnya, menjadikan gadis itu kian manis bagi siapa saja yg memandangnya, alis lentik alami tanpa pensil alis, tp terlihat rapi seperti di jiplak, bulu mata yg lentik, dg bola mata kecoklatan, & bibir kecil sexsi, yg merah merona tanpa lipstik, menjadikan gadis itu bisa di bilang cukup cantik utk jadi bebisister,
tubuh ideal yg dimilikinya menjadikan ia terlihat sempurna, meski dlm balutan busana yg seadanya.