Di rumah papi Afgan,
Di teras samping rumah papi Afgan..
"Afgan itu benar-benar keterlaluan kang mas", kata kanjeng ibu.
"Keterlaluan bagaimana diajeng ?", tanya kanjeng romo.
"Coba lihat ini loh kang mas, Titah kirim w******p ke saya seperti ini, saya masih tunggu kabar dari Titah, Titah masih dijalan pulang", jawab kanjeng ibu.
"Ya sudah sambil menunggu Titah pulang bagaimana kita pikirkan hukuman apa yang kira-kira cocok untuk Afgan, setuju tidak diajeng ?", tanya kanjeng romo lagi.
"Ya saya setuju kang mas, loh jo kok kamu keluar kamar sih ?", tanya kanjeng ibu.
"Sudah enakkan badanmu jo ?", tanya kanjeng romo lagi.
"Badan saya masih agak greges-greges kanjeng ibu, kanjeng romo, saya bosan di kamar terus, saya mau bersih-bersih rumah saja kanjeng ibu, kanjeng romo", jawab Paijo.
"Jangan jo", kata kanjeng ibu.
"Leres menapa ingkang ing omongi kalian kanjeng ibu, ampun, panjenengan ngaso kamawon ing kamar, panjenengan angsal nyambut iseh menawi panjenengan sampun mantun", sambung kanjeng romo.
"Lagian juga sudah ada yang menggantikan kamu untuk beres-beres dan masak di rumah ini, selama kamu sakit kok jo, ya kan kang mas ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Inggih diajeng", jawab kanjeng romo.
"Ha.., ada yang menggantikan saya, kanjeng ibu, kanjeng romo, siapa ?", tanya Paijo.
"Menantuku", jawab kanjeng romo.
"Afgan Syah Reza, jo", jawab kanjeng ibu juga.
"Ha.., tuan papi yang menggantikan saya, kanjeng ibu, kanjeng romo ?", tanya Paijo lagi.
"Inggih jo", jawab kanjeng ibu dan kanjeng romo lagi.
"Ya sudah kamu istirahat gih sana", kata kanjeng ibu.
"Kembali ke kamar kamu gih sana", sambung kanjeng romo.
"Inggih kanjeng romo, kanjeng ibu, amit", kata Paijo.
"Inggih jo", sambung kanjeng romo dan kanjeng ibu.
"Ya sudah diajeng lanjutkan untuk hukuman Afgan", kata kanjeng romo.
"Baik kang mas", sambung kanjeng ibu lagi.
Di rumah ayah Ferdi,
Di dapur..
"Si Ferdi itu ya memang benar-benar kelewatan, keterlaluan", kata bu Nur.
Di rumah abi Rian,
Di halaman belakang rumah abi Rian..
"Ini selang sudah saya siapkan, begitu anakku, Okta dan Rian pulang langsung saya suruh Rian untuk siram taman dan bersihkan kandang ayam", kata pak Aan.
Di rumah papa Rizky,
Di ruang keluarga..
"Selesai juga akhirnya daftar hukuman untuk Rizky", kata bu Sri.
Di rumah papa Raihan,
Di kamar mandi..
"Tadi kolam renang dan kolam ikan sudah saya bikin kotor, sekarang semua kamar mandi pun juga sudah saya bikin kotor tinggal satu kamar mandi ini saja yang belum saya bikin kotor, rasakan Raihan, ini adalah hukuman untuk kamu", kata pak Agus.
Di warung gado-gado nyak Romlah..
"Oh namanya Siska", kata abi Rian.
"Iya", sambung Siska.
"Tinggal di komplek sini juga ya ?", tanya ayah Ferdi.
"Iya tinggal di komplek sini juga", jawab Siska.
"Di blok apa, terus di nomor berapa rumahnya ?", tanya papa Raihan.
"Di blok A1 nomor 15 A", jawab Siska lagi.
"Oh, rumah yang baru di bangun itu ya ?", tanya papa Rizky.
"Iya benar, saya adik iparnya pak Hendra", jawab Siska lagi.
"Oh..", seru bapak-bapak komplek Jakarta Garden City.
"Abang Rian", kata umi Okta.
"Kakak Rizky", kata bunda Lesti.
"Mas Raihan", kata mama Dinda.
"Abang Ferdi", kata ibu Aurel.
"Loh kok mama ada disini sih ?", tanya papa Raihan.
"Habis darimana ?", tanya papa Rizky.
"Pasti kalian habis arisan ya ?", tanya abi Rian.
"Kok tidak langsung pulang sih, em ayah tau pasti ibu mau beli gado-gado juga ya, kan bisa w******p ayah, kenapa ibu ke sini ?", tanya ayah Ferdi.
"Istriku kok tidak ada sih, alhamdulillah semoga Titah tidak tau, jadinya kan aman saya, hehe ?", tanya papi Afgan di dalam hati.
"Sekarang ayo pulang", jawab bunda Lesti.
"Iya kami pulang", kata papa Raihan.
"Ya sudah ayo cepat abang Rian", kata umi Okta.
"Tapi tunggu dulu ya sebentar", kata ayah Ferdi.
"Ya sudah cepat", kata mama Dinda.
"Nyak Romlah uangnya saya titip ke Afgan ya, terus gado-gado nya diantar ke rumah ya", kata papa Rizky.
"Iye pak Rizky", sambung nyak Romlah.
"Itu istri mereka ya ?", tanya Siska.
"Iya itu istri mereka", jawab papi Afgan.
"Waduh mami Titah tuh pak RT", kata Cecep.
"Iya cep, bahaya, kita pura-pura tidak tau apa-apa saja ya", sambung pak RT.
"Iya pak RT, oh iya kata emak ini gado-gado nya pak RT", kata Cecep lagi.
"Iya ini uangnya cep", sambung pak RT lagi.
"Tunggu sebentar ya pak RT kembaliannya", kata Cecep lagi.
"Iya cep", sambung pak RT lagi.
"Bapak-bapak yang lain sudah pulang bersama istrinya, kok pak Afgan tidak pulang bersama istrinya sih ?", tanya Siska lagi.
"Istri, saya masih bujang dan belum punya istri, jadi aman begitu hehe, jangan panggil pak dong kan saya masih bujang panggil saya uda Afgan saja, biar lebih akrab gitu heh", jawab papi Afgan.
"Oh jadi belum punya istri ya uda Afgan ?", tanya mami Titah.
"Iya dong, bujang mah bebas, hehe", jawab papi Afgan.
"Mas Afgan..", kata mami Titah.
"Ha.., mami..", sambung papi Afgan.
"Sekarang ayo pulang", kata mami Titah lagi.
"Iya sayang, tapi tunggu ya tunggu", sambung papi Afgan lagi.
"Tidak ada tunggu, tunggu ayo pulang sekarang, kanjeng ibu..", kata mami Titah lagi.
"Waduh gawat kalau sudah sebut-sebut kanjeng ibu, pasti habis saya, iya yuk pulang yuk, nyak Romlah ini uangnya ya", kata papi Afgan yang ketakutan saat mami Titah menyebut kanjeng ibu.
Di rumah papi Afgan,
Masih di teras samping rumah papi Afgan..
"Dari tadi memikirkan hukuman untuk Afgan kok belum dapat-dapat juga ya kang mas", kata kanjeng ibu.
"Iya ya diajeng", sambung kanjeng romo.
Di teras depan rumah papi Afgan..
"Mi, mami, papi minta maaf ya mi, papi tidak bermaksud begitu tadi, beneran deh mi, sumpah mi..", kata papi Afgan.
"Minggir..", sambung mami Titah.
"Mi..", kata papi Afgan lagi.
Di teras samping rumah papi Afgan lagi..
"Saya setuju diajeng, sepertinya itu hukuman yang cocok dan paling ringan untuk Afgan", kata kanjeng romo.
"Itu sepertinya Titah dan Afgan pulang kang mas", sambung kanjeng ibu.
"Ya sudah kita kesana saja diajeng", kata kanjeng romo.
Di ruang keluarga..
"Mi dengarkan papi dulu mi", kata papi Afgan.
"Ih pulang-pulang kok malah berisik sih ganggu main ps saja", keluh Kamil.
"Tau ganggu belajar saja, lagi ngapalin untuk lusa juga", sambung Citra.
"Kalian lanjutkan main ps dan ngapalin pelajaran saja ya, biar kanjeng eyang ibu dan kanjeng eyang romo yang selesaikan masalah ini ya", kata kanjeng romo.
"Iya kanjeng eyang romo", sambung Kamil dan Citra.
"Kanjeng ibu..", kata mami Titah.
"Haduh kanjeng ibu datang lagi, bisa dipecat jadi menantu dan bisa dicoret dari daftar warisan juga mati saya", keluh papi Afgan.
"Iya ada apa tah ?", tanya kanjeng ibu.
"Ini loh kanjeng ibu masa tadi di warungnya nyak Romlah mas Afgan bilang masih bujang ke perempuan", jawab mami Titah.
"Ha..", kanjeng romo terkejut saat mendengar jawaban dari mami Titah.
"Apa..!!, benar itu Afgan ?", tanya kanjeng ibu yang juga terkejut saat mendengar jawaban dari mami Titah.
"Tidak seperti itu kanjeng ibu, kanjeng romo, mami dengarkan papi dulu dong, papi bisa jelaskan", jawab papi Afgan yang ingin memberikan alasan pada kanjeng ibu dan kanjeng romo.
"Want to explain what else to me, is that you who claim to be single to the woman ?", tanya mami Titah.
"Yes my wife, it was there I just kidding my wife", jawab papi Afgan.
"Reason, stale know", kata mami Titah yang meninggalkan papi Afgan.
"Honey wait honey, my wife", kata papi Afgan yang mengejar mami Titah.
"Haduh mulai drama lagi", keluh Kamil lagi.
"Iya benar drama koreanya mulai lagi", kata kanjeng ibu.
"Tapi kanjeng eyang ibu seruan ini daripada drama Korea yang ada di TV", sambung Citra.
"Kalian ngomongin apa sih kok dari tadi saya dengarkan drama Korea terus ?", tanya kanjeng romo.
"Sudah kang mas simak saja kalau tidak mengerti", jawab kanjeng ibu.
"Oke deh..", seru kanjeng romo.