Mereka memiliki keluarga yang kaya raya, sebelum memutuskan untuk pergi dari rumah. Bisa di pastikan bahwa mereka memiliki otak cerdas dan juga cerdik. Ketujuhnya juga memiliki harta yang berharga dan hanya mereka gunakan dalam keadaan tertentu. Harta itu adalah mobil sport dengan harga jutaan dolar. Ya, mereka masih menyimpan satu-satunya kekayaan dari orang tua mereka masing-masing.
Debby memiliki sebuah mobil Lamborghini Aventadhor Roadster berwarna putih. Memiliki atap yang dapat dilepas dan terdiri dari dua panel serat karbon, dengan masing-masing berat 6 kg (13 lb) , diperlukan penguatan pilar belakang untuk mengkompensasi hilangnya integritas struktural serta untuk mengakomodasi perlindungan dari resiko terguling dan sistem ventilasi untuk mesin. Panel Atap didisain untuk mudah disimpan di bagasi depan. Mobil yang memiliki kecepatan tinggi ini memiliki harga kisaran 445 juta dollar . Dan kekayaan keluarga Debby memang tidak perlu diragukan, meski ia kini tengah bersembunyi dari keluarganya. Namun, seandainya cewek itu kembali pada keluarganya, bisa dipastikan ia akan menjadi ahli waris dengan kekayaan yang tidak akan habis tujuh turunan.
Bebi pun tak kalah, cewek berparas cantik dan imut ini selalu menggunakan mobil sport Bugatti Veyron Super Sport. Mobil Sport mewah dengan dua pintu ini dibanderol dengan harga berkisar 2.4 juta dollar. Bebi mendapatkan mobil ini saat ia masuk kuliah, dan tidak pernah sekalipun menggunakan mobil ini ke kampus saat itu. Dan hanya enam temannya yang tahu tentang siapa Bebi.
Lamborghini Huracan Performante AWD Coupe yang berada di garasi adalah milik Gina. Biasanya Gina meminjam mobil Bebi atau Debby dari pada mengendarai mobilnya sendiri. Cewek satu ini memang memiliki kenangan buruk dengan mobilnya, tetapi ia tetap mempertahankan mobil itu. Lamborghini Harucan itu adalah satu-satunya mobil yang Gina dapatkan dari mendiang kakaknya. Meski memiliki kenangan buruk, Gina tetap mempertahankan mobil itu.
***
Debby baru saja datang, ia dan Nata baru saja membeli makanan untuk teman-temannya karena asisten rumah hari ini sedang sakit dan tak bisa menghidangkan makanan untuk mereka.
"Gue masuk dulu, Nat."
"Oke."
Debby berjalan masuk membawa empat buah tas plastik berisi makanan siap saji. Ia meletakkan makanan itu diatas meja makan. Lalu memanggil teman-temannya yang sednag duduk diruang santai.
"Guys, makan dulu yuk!" teriak Debby memanggil.
Beberapa detik kemudian terlihat enam orang mendekati meja makan. Mereka duduk di tempat masing-masing.
"Deb, ada klien minta ketemu nanti malem. Gimana?" tanya Bian.
"Oke, masalahnya apaan?"
"Hmm, katanya sih buat ngebatalin perjodohan gitu," jelas Bian lagi.
"Owh, oke. Udah bayar?"
"Udah, lunas."
"Oke sip!" jawab Debby singkat.
Mereka menyantap makanan masing-masing hingga tak tersisa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul empat sore hari.
"Bebi, ada klien nanti malem buat nemenin ke acara pesta ulang tahun," ujar Bian sembari berkutat dengan ponselnya.
"Oke, yeay pesta!" seru Bebi.
"Mika nemenin cewek ini buat putusin tunangannya," ujar Bian sembari menunjukkan foto cewek.
"Yoo ... manis."
"Eza, lu mau temenin anak kuliahan kagak ke prom gitu?" tanya Bian.
"Boleh lah," jawab Eza.
"Yang dirumah gue, Gina, ama Nata ya?" tanya Bian yang dijawab dengan anggukan oleh ketiga ornag lainnya.
Setelah selesai makan, Mika masuk kedalam kamar untuk bersiap menemani klien. Cowok itu mengenakan setelan kaos dan celana jeans.
Cowok itu mengambil kunci mobil Porsche diatas nakas, lalu berjalan keluar menghampiri Bian diruang santai.
"Bi, nomor ceweknya mana?" tanya Mika sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
"Ini 082178xxxxx, namanya Taran."
"Oke."
Mika berjalan keluar menuju garasi. Disana Mika bertemu dengan Debby dan Bebi. Mereka juga ada klien malam ini.
"Good luck, girls," ujar Mika pada keduanya.
"Lu juga, moga pulang kagak babak belur ye, Mik," goda Debby terkekeh.
"Ye, dasar!"
Mika masuk kedalam mobil dan melajukannya. Sedangkan Bebi dan Debby kini masuk kedalam mobil masing-masing dan pergi menuju tempat klien.
Didalam rumah, Bian sedang mendesain ulang beberapa tampilan sosial media milik Pacar Kontrak. Sedangkan Gina dan Nata memilih untuk menonton acara ditelevisi.
"Na, ambilin camilan dong!" ujar Nata.
"Yee, ambil sendiri nape!"
"Yaelah, Na. Ambilin nape bentar."
"Hufh, dasar lu!"
Gina berdiri lalu melangkah menuju dapur untuk mengambil camilan yang ada di lemari. Cewek itu juga mengambil minuman dari dalam lemari es. Setelah itu ia kembali keruang santai.
"Nih!" sembari menyodorkan camilan pada Nata.
"Thanks. Eh Na, jam segini napa udah pake lingerie sih, bikin mupeng aja!" ujar Nata yang sudah tak tahan melihat lekuk tubuh Gina.
"Masih sore juga udah mupeng aja lu!" celetuk Gina.
"Ehem, jangan lupa ada gue disini!" protes Bian.
"Hahaha, ngikut bae lu, Bi!"
"Gue juga liat dan denger kali, Nat!"
"Apaan sih kalian ini!" protes Gina sembari memanyunkan bibirnya.
"Ga usah pake ekspresi gitu! Makin gemes gue liatnya!" ujar Nata.
"Gue kekamar aja dulu. Lagian disini juga kagak ngapa-ngapain kan?" ujar Gina sembari beranjak dari sana.
"Yaelah, gondok!" celetuk Nata.
"Lu sih, Nat. Kan jadi ilang tuh pemandangan bagusnya."
"Dasar tua bangka, tobat nape! Cari yang lain aja!" protes Nata.
"Baru tiga puluh, lu bilang gue tua bangka! Lu mau kagak gue kasih kerjaan?" ancam Bian.
"Ampun, kanjeng."
Bian terkekeh, ia kembali fokus pada laptopny dan membenahi situs Pacar Kontrak. Sedangkan Nata berdiri dan berjalan menjauhi Bian. Bian tak bertanya karena pasti Nata akan kekamar Gina. Cowok satu itu memang sedikit susah menahan nafsunya.
CEKLEK
Nata membuka pintu kamar Gina perlahan. Ia melihat Gina yang berbaring diatas ranjang dan memejamkan mata.
"Na," panggil Nata.
"Hmm, Nape?"
"Lu marah?"
"Kagak, Nat."
Gina membenarkan posisinya, kini ia setengah duduk dan memandang Nata dengan tatapan sayu. Nata tak menyiakan kesempatan itu, ia mendekatkan wajahnya dan melumat bibir Gina dengan perlahan.
"Na, mau ya?" bisik Nata.
Gina tak menjawab, cewek itu hanya menganggukkan kepalanya. Nata yang mengerti, langsung saja mendorong tubuh Gina hingga berbaring. Tubuh Nata menindih Gina dengan masih melumat bibir cewek itu. Nata menaikkan kedua tangan Gina dan mengikatnya dengan tali rambut Gina yang ada diatas nakas. Sedangkan tangan lainnya tengah meremas p******a Gina yang masih terbungkus rapi.
"Ehm, ahh," desah Gina saat merasakan sentuhan dari Nata.
Ciumannya semakin dalam, Nata menjulurkan lidahnya dan menyusuri rongga mulut milik cewek dihadapannya. Nat menggesekkan miliknya tepat dibagian sensitif Gina. Meski keduanya masih terbungkus rapi, tetapi Gina dapat merasakan sesuatu yang mengeras dan siap memenuhi liang senggamanya.
"Ahh, Nata ... enak," desah Gina saat jari Nata tiba-tiba masuk kedalam liang senggama miliknya.
Nata melepaskan ciumannya, kini ia sedikit mengangkat tubuh Gina untuk melepaskan kaitan branya. Setelah terlepas, Nata mengulum puncak d**a Gina seperti bayi.
Tentu saja hal itu membuat tubuh Gina menggeliang dan bibirnya mengeluarkan desahan.
"Ahh, Nata ... yeah, oh s**t. Ahh, lebih cepat," rancu Gina.
Nata tersenyum, ia mempercepat gerakan jarinya. Tak lama kemudian, ia merasakan cairan hangat membasahi tangannya. Ya, Gina mendapatkan pelepasan pertamanya.