“Kita mau habisin berapa ratus juta buat ngelawan profesor Gara dan profesor Kemala, nama kita tetap hancur.”
“Masyarakat akan melihat oh itu toh adiknya Mita, owh itu toh ibunya Mita, oh itu toh papanya Mita, pasti akan seperti itu.”
“Mendingan kita ngumpet, karena aku yakin di kampus mau pun di kantor Mama dan Papa pasti dikejar wartawan.”
“Pasti mereka pengen tahu siapa yang menghancurkan rumah tangga anaknya profesor Gara atau profesor Kemala, karena suami istri mereka profesor kok, dan kayaknya istri pertamanya Igra juga sedang ambil gelar profesor juga.”
“Jadi ya percuma kita ngalahin orang-orang hebat itu, nggak akan menang. Itu sama saja semut lawan kelinci, sudah semut kecil kelinci lebih besar dan lebih cerdik, nggak bakal menang.”
“Kecuali semut keroyokan, itu beda. Tapi kalau person to person nggak bakal menang.”
“Kita sewa 10 pengacara pun enggak akan menang.”
“Ya sudah sebentar lagi kita juga akan diteror oleh keluarga besar keluarga mama dan keluarga Papa pasti akan ribut soal ini.”
“Sebentar lagi handphone kita akan ramai, belum lagi di media sosial, kalian. Lebih baik kalian bekukan saja komen semuanya,” usul Adiwinata Permadi Papa Mita pada kedua putrinya.
“Atau kalian nonaktifkan dulu media sosial, bikin media sosial baru untuk memantau.”
“Ya aku setuju dengan Papa, lebih baik aku matikan dulu media sosial aku, dan aku bikin yang baru buat memantau,” balas Ira si bungsu.
Ibaratnya belum sampai mulut Adiwinata Permadi tertutp, ponselnya sudah berdering, panggilang masuk dari kakak tertuanya di Surabaya. Demikian juga ponsel Yasmin Harjiman Mama Mita yang mendapat panggila dari sepupunya. Padahal mereka jarang berkomunikasi.
Sekarang mata dunia seakan tertuju pada keluarga mereka akibat perbuatan Mita. Perbuatan yang mencoreng nama baik keluarga besar mereka.
Dita dan Ira segera mengahapus semua nomor sepupu dan kerabat tua mereka, lalu di pengaturan ponsel mereka setting agar panggilan dari nomor tak dikenal tak bisa masuk. Mereka tak ingin menjadi bempernya Mita. Kakak mereka yang bersalah, mengapa mereka harus kena getahnya saja, sementara jangankan ikut makan nangka manisnya, mencium bau nangkanya saja tidak
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Igra diam di sel tunggu sendirian, menunggu pengacara yang dia panggil.
‘Aku jadi ingat lagu yang sering mama setel, HOW CAN I TELL HER ABOUT YOU dari Lobo, lagu sangat lama. Seperti itu lah yang aku rasakan.’
She knows when I'm lonesome, she cries when I'm sad
She's up in the good times, she's down in the bad
Whenever I'm discouraged, she knows just what to do
But, girl, she doesn't know about you
‘Echa selalu ada kala aku sedih dan terluka, dia setia, entah bagaimana aku bisa mengatakan soal Mita padanya. Apa alasannya? Terlebih sekarang semua sudah terungkap. Tapi tetap harus ada REASON kan kenapa aku bisa berpaling atau mendua dari Echa?’
I can tell her my troubles, she makes them all seem right
I can make up excuses not to hold her at night
We can talk of tomorrow, I'll tell her things that I want to do
But, girl, how can I tell her about you?
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Maaf saya memberi fakta pahitnya dulu.”
“Apa maksudnya?” tanya Igra pada Stefanus Sembiring pengacara yang dia panggil.
“Abang tahu kan kemampuan profesor Gara dan profesor Kemala, walaupun mereka nggak turun langsung karena ini kasus anak kandung mereka, tapi kita nggak punya kekuatan buat melawan mereka.”
“Kemungkinan kita untuk sejajar saja itu 1 : 100, lebih-lebih kita bisa memenangkan dua profesor, itu bisa 1: 1000. percuma Abang mau bayar 100 pengacara sekali pun, nggak akan menang lawan dua profesor kakap itu.”
“Walau mereka nggak turun, mereka hanya menurunkan team-nya tapi tetap saja mereka berdua yang memegang kendali, walau tidak langsung ke lapangan.”
“Bahkan saya lawan Ibu Lesha saja nggak bakal bisa menang, karena dia kan di backing oleh ibu dan bapaknya. Pasti dia disupport bagaimana harus menjawab kami, sehingga nggak akan menang. Jadi saya kasih tahu saja seperti itu.”
Igra langsung merasa tak bertulang mendengar fakta yang tak pernah dia pikirkan akan menimpa dirinya.
“Saya dan team mungkin bisa bantu dalam artian Anda tidak jatuh sampai ke dasarjurang, setidaknya Anda terjatuh, tapi di pinggir jurang sehingga nggak terlalu susah merangkak bangun. Kalau Anda jatuh dan sampai ke ujung jurang bangun seperti apa pun sulit.”
“Berapa pun tongkat yang Anda miliki, tidak akan bisa Anda sampai ke bibir jurang apalagi ke ngarainya, jadi seperti itu bayangannya.”
“Kalau Anda mau silakan kita tanda tangan MOU, mandat bahwa saya mewakili Anda dalam perkara ini. Tapi kalau tidak mau, Anda cari saja 1000 pengacara yang bisa melawan profesor Kemala profesor Gara atau Ibu Lesha.
Igra lupa kalau mantan mertuanya adalah profesor hukum. Dua-duanya profesor hukum dan ibu mertuanya adalah pendiri law firm QUEENARA dan bahkan mantan istrinya adalah pengacara juga yang menjabat COO di law firm milik mantan ibu mertuanya.
Memang dia salah langkah, tak akan mungkin dia bisa menang dari keluarga pengacara tersebut, terlebih sekarang keluarga itu sedang mendidih darahnya, jadi pasti mereka akan berupaya bagaimana caranya dia sampai terjatuh dan tak bisa bangun lagi.
Igra juga tahu kalau kedua orang tuanya tak akan mau lagi mengakuinya apalagi menolongnya
Tak akan mungkin!
Igra tak habis pikir mengapa dia sampai terjerumus dengan permainan Mita.
“Baiklah kita tanda tangan MOU saja walau tidak akan mungkin menang atau hanya setara sekali pun tak apa, yang penting saya tidak terjatuh terlalu dalam,” Igra pasrah, namun senang pada pengacara jujur yang tak memberi harapan manis di depan melihat lawan berat berdiri kokoh bagai tembok China.
“Baik kalau mau seperti itu, Pak Igra tanda tangan dulu, baru kita mulai membahas kasusnya.”
“Baik.”
Igra pun menandatangani MOU, memberikan mandat pada Stefanus Sembiring untuk menangani kasusnya melawan profesor Kemala dan profesor Gara.
Langkah dia masuk ke kuburan yang dia gali sendiri.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Kasus perselingkuhan suami anak profesor Kemala mencuat di trending topic, tentu saja di kantor Igra semua tahu hal itu, tertutup sudah kesempatan Igra untuk hidup normal.
“Aku ingin Igra dihukum sebentar saja, tapi Mita biarkan membusuk di penjara,” ucap Echa.
“Atas pertimbangan apa?”
“Karena Bubu yakin kamu enggak akan memaafkan Igra, dan juga tak ada lagi cinta untuknya kan?”
“Tak ada lagi cinta untuknya, dan tak akan ada maaf pula.”
“Aku cuma ingin membenamkan Igra di dunia nyata dalam lava panas.”
“Terlalu lama aku nunggu dia bebas dan terlunta-lunta bila dia dipenjara lama.”
“Kalau Mita walau dipenjara akan tetap aku kulit,” balas Echa tanpa rasa welas dan sekali.
Hatinya telah beku, dia akan menjadi monster untuk Mita dan Igra, dia janji akan datang dan selalu membuat provokasi di setiap persidangan Mita.
“Oke kalau seperti itu, Bubu akan atur team pembelamu,” jawab Kemala.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Jadi seperti itu, sudah saya beri tahu kan seperti kemarin, ibu Lesha tidak boleh stress. Untuk berikutnya nanti setelah pulang 2 minggu kontrol,” dokter itu mencoret-coret tulisan tak terbaca oleh orang kebanyakan di sebuah kertas kecil yang memang khusus untuk menulis resep obat.
“Baik Dokter,” kata Lesha di ruangan dokter Ningrum.
“Bagaimana Mom, jadi?” tanya seorang lelaki ganteng di ruangan itu yang keluar dari belakang dokter Ningrum.
“Ya, mereka sudah jawab,” kata Ningrum pada lelaki muda tersebut tanpa menoleh, dia tuntaskan pekerjaannya.
“Eh kenalkan ini anak saya, maaf ya tadi menyela, kami mau pergi jadi dia ada di ruangan ini. Biasanya dia nggak ada di ruangan ini kok, dia dokter juga di sini tapi di penyakit dalam,” kata dokter Ningrum sambil menyerahkan resep pada Lesha.
Lelaki tersebut mengeluarkan tangan pada Lesha..
Mereka menyebutkan nama masing-masing
‘Namanya hampir mirip sama orang yang sekarang paling aku benci,’ pikir Lesha mendengar nama Agra disebut lelaki itu.
“Baik Dokter, terima kasih, saya pamit.”
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Saya konsulkan ke dokter penyakit dalam ya, karena ini bukan soal kandungan kok,” kata dokter Ningrum. baru 2 hari Lesha pulang dari rumah sakit, dia kembali lagi kontrol ke rumah sakit untuk konsultasi pada dokter Ningrum karena dia sering merasa perutnya melilit.
“Baik Dokter,” jawab Lesha, ternyata ini bukan karena akibat kuret kemarin, melainkan hal lain, dia dirujuk untuk ke dokter penyakit dalam.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈