4. Tidak ada makan siang yang gratis

1080 Kata
Sesuai rencana Angga, Yumna benar- benar diajak terbang ke negeri ginseng untuk operasi. Yumna yang gugup tak banyak berbicara, ia hanya diam saja. " Semua yang aku lakukan untuk kamu tidak cuma- cuma, Kamu harus membayar mahal untuk semua ini. " bisik Angga pada Yumna. " Aku tahu, aku janji akan melakukan apapun untuk membayar semua kebaikan kamu. " jawab Yumna pelan. " Apapun itu kamu harus menerimanya! " tegas Angga. " Iya, apapun. " ucap Yumna dengan yakin. " Walaupun itu sulit? " kembali meyakinkan gadis itu. " Iya. " jawab sekali lagi dengan malas. *** Yumna yang sudah memakai pakaian operasi menatap wajahnya untuk yang terakhir kalinya, walaupun wajahnya sudah berubah tapi itu adalah wajah aslinya yang tentu akan sangat ia rindukan. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, menatap lekat matanya. Tiba- tiba saja matanya melihat wajahnya menjadi mirip dengan Diandra. Ia melihat sosok yang mirip Diandra dalam cermin, namun ada yang beda dari wajah itu. Jika wajah Diandra selalu tersenyum bahagia namun kini senyumannya seolah menghilang, ia tak menampilkan senyuman itu sama sekali. " Siapa dia? " gumamnya pelan saat sudah tersadar dari lamunannya . " Kenapa wajah wanita itu seperti tak asing lagi, aku seperti mengenalnya dengan baik. Tapi dia siapa? " Tanya Yumna lagi kebingungan. Semua lamunan Yumna langsung buyar ketika seseorang masuk ke dalam kamar mandi. " Kamu sedang apa? Dokter sudah menunggu! Ayo cepat! " tangannya mencekal kasar tangan Yumna. Yumna yang masih kebingungan hanya berjalan mengikuti langkah Angga saat diseret keluar dari kamar mandi, ia seolah pasrah dengan perlakuan pria itu padanya. *** Selama tujuh hari wajah Yumna bengkak dan berangsur pulih, dan hari ini adalah hari dimana Yumna akan bisa melihat hasil dari prosedur bedah plastik yang telah ia jalani. Yumna merasa gugup dan deg- degan. " Kamu sudah siap Yumna? " tanya Angga menatap Yumna. Yumna hanya mengangguk yakin. " *jigeum yeol-eojuseyo bagsanim ! " ucap Angga pada sang dokter untuk membuka perban Yumna. Sang dokter mengangguk mengerti sambil tersenyum, kemudian dia melepaskan perban pada wajah Yumna. Yumna menutup matanya rapat- rapat saat sang dokter sibuk membuka perbannya. " Kamu kenapa? Sakit? " tanya Angga saat melihat Yumna menutup mata dengan tegang. " Tidak. " Jawab Yumna masih menutup matanya. " Lalu? Kamu tegang? " tanya Angga lagi. " Sedikit. " " Pegang ini! " Angga menempelkan tanganya pada tangan Yumna. " Boleh? " tanya Yumna ragu. " Kalau tidak boleh untuk apa aku menyuruhmu! " jawab Angga. Akhirnya Yumna berani menggenggam tangan pria itu, Yumna sedikit merasa tenang. " *eotteohge ? " tanya dokter pada Angga. " *wanbyeoghan. " ucap pria itu sambil menatap Yumna tanpa berkedip. " Sudah? " Yumna menarik pelan tangan Angga. " Sudah. Tunggu sebentar. " Angga melepas tangan Yumna. Sementara Yumna belum berani membuka matanya. Angga mendekati sang dokter dan berbincang sebentar sebelum akhirnya ia kembali memegang tangan Yumna kemudian menarik lembut tangan wanita itu. Yumna yang sadar tangannya ditarik Angga akhirnya bangun dan berdiri, perlahan Angga menuntun Yumna berjalan menuju kaca yang ada di dinding kamar mandi. Yumna yang sudah berdiri di depan cermin masih dengan mata tertutup, ia belum berani dan belum siap melihat wajahnya yang baru. " Buka matamu sekarang! " bisik Angga dari belakang. Perlahan mata Yumna terbuka dan menatap lurus ke arah cermin. " Bagaimana? Cantik kan? " tanya Angga penasaran, namun matanya tak berkedip menatap wajah baru Yumna. " Kenapa wajahku mirip sekali dengan wanita itu? Tapi siapa dia? " batin Yumna saat menatap wajahnya. " Kenapa? Kamu tak suka? " tanya Angga. " Apa ini terlihat jelek? " " Tidak ini terlalu cantik. " jawab Yumna cepat. Tapi jujur saja Yumna bingung kenapa wajahnya malah terlihat sangat mirip dengan wanita yang ia lihat di cermin pada saat sebelum operasi. " Maaf, aku seperti sangat akrab dengan wajah ini." tanya Yumna kebingungan sambil menatap tajam Angga lewat cermin. Yumna memejamkan matanya kemudian tiba- tiba saja dalam penglihatannya menunjukan dirinya yang sedang menangis dengan Angga yang berada di belakangnya sedang menatapnya tajam dan berkata. " Tidak ada makan siang yang gratis Yumna. Kamu sudah berjanji akan melakukan apapun bukan?! " Yumna yang terkejut kemudian membuka mata mencari keberadaan Angga yang kini ada di hadapannya sambil menatapnya dengan tersenyum puas. " Kenapa? " tanyanya menatap Angga bingung. " Apa yang kenapa? " ia balik bertanya. " Kenapa aku jadi seperti ini? " sorot matanya menajam kembali. " Karena kamu harus menggantikan seseorang, kamu harus membayar semua yang sudah kamu lakukan Yumna! " suara Angga meninggi, membuat Yumna merasa ketakutan. " Membayar semua? Membayar apa? Semua kebaikan kamu? " tanya Yumna sambil terus menundukkan kepalanya, ia sama sekali tak berani menatap mata lelaki itu. " Percayalah. Suatu saat nanti kamu akan berterimakasih pada aku, karena aku telah memilih wajah ini untuk kamu! Simpan semua rasa kekesalanmu . Ada hal yang lebih penting yang harus kamu lakukan setelah ini, sebelumnya kamu harus berubah menjadi wanita kuat dan tidak cengeng terlebih dahulu! " ucap Angga meninggalkan Yumna yang kini hanya berdiri mematung menatap cermin. " Apa yang dia rencanakan untuk hidupku? " tanya Yumna dalam hati. Tapi sedetik kemudian Yumna terkekeh geli. " Hidupku? Memang masih pantas aku hidup sesuai keinginan ku? Dia memang benar, saat ini aku harusnya berterimakasih pada dia. " " Ini adalah kartu identitasmu ! " Angga melempar beberapa lembar kertas dan kartu identitas untuk Yumna. Yumna menatap semua itu dengan kebingungan, karena amnesia yang ia alami membuatnya tak mengenali dirinya sendiri. " jadi namaku Yumna? " Tanyanya bingung. " Iya. " jawab Angga singkat. " Tapi dimana keluargaku? Apakah aku masih punya keluarga? " Tanyanya lagi menatap Angga. " Aku tidak tahu soal itu. Nanti aku coba cari tahu dulu. " " Apa yang harus aku lakukan untuk berterimakasih pada kamu? " " Ada. Nanti aku jelaskan saat sudah pulang ke Jakarta. " *** " Syukurlah wanita itu akhirnya meninggal juga, sebagian asuransi bisa menjadi milik kamu! " Ucap sang ibu sambil menepu-nepuk pundak anaknya bahagia. " Mah. Tapi dimana dia dimakamkan? " Tanya anaknya dengan pelan. " Masa bodoh , mamah tidak peduli! Mau dia dimakamkan kek, mau mayatnya di buang ke laut kek, atau bahkan dia jadi Abu saat kebakarpun mamah sudah engga peduli nak! " Jawab sang ibu dengan sewot. " Mah, biar bagaimana pun dia adalah istri aku, menantu mamah juga! " " Dari awal mamah gak pernah setuju kamu nikahin dia. Sekarang mamah bahagia akhirnya dia hilang dengan sendirinya, tanpa harus mamah mengotori tangan sendiri! " Jawabnya lagi sambil berlalu pergi meninggalkan anaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN