Huzam tak mengira akan bertemu Roni di tempat semacam ini. Ditambah sebuah aksi yang cukup tidak pantas menurutnya. "Hai, Bro!" ujar Roni. Ia yang setengah mabuk mendorong sedikit tubuh Huzam. Namun, Arbrito sigap mencegahnya. "Yang benar, Tuan!" "Ah, iya, iya. Ini di Hwayang. Aku tidak bisa sembarangan," timpal Roni. Ia tertawa sumbang. Arbrito tidak terlalu memedulikan itu. Ia harus segera mengajak Huzam kembali ke Rubico. Mereka harus mengisi formulir pendaftaran. "Tuan muda aku duluan ya," seloroh Roni. Ia mengalungkan tangan ke leher Sesil. Keduanya berjalan sempoyongan menuju salah satu pintu kamar di hotel itu. Huzam menggeleng. Seperti inikah kehidupan di Jakarta? Roni sahabatnya pun sama? "Cepat, Huzam!" seru Arbrito. Huzam mengangguk. Ia mengayunka langkah masuk ke dalam

