*Jangan anggap kebisuan seorang istri adalah kelemahannya.
***
Kubuka berkas yang Wanita itu antarkan barusan dan mulai memeriksa kecocokan beberapa data dan regulasi keuangan perusahaan.
Ada beberapa hal yang membuatku mengernyitkan alis, seperti data yang tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya dari laporan pegawai lapangan, adanya pengeluaran tanpa keterangan dan masih banyak lagi yang tidak beres.
Inikah sebabnya Pak Pimpinan memanggilku bekerja kembali? Banyak sekali yang tidak beres.
Kubawa berkas itu menuju ruangan pak Direktur dan kupanggil beberapa pegawai terkait yang berhubungan langsung dengan urusan keuangan. Tak lupa kupanggil mas Aldo sebagai manager keuangan sebelumnya. Aku perlu penjelasan darinya.
Tak lama berselang orang-orang yang kupanggil datang menemui ke ruangan pak direktur. Mas Aldo juga menyusul tak ketinggalan gundiknya yang selalu menyertai di belakangnya , Alexandra..
"Begini ... ," kataku membuka percakapan.
"Menurut laporan keuangan bukan Februari kemarin,ada beberapa data yang tidak sinkron, antara berkas satu dan lainnya ada perbedaaan yang begitu signifikan, bagaimana ini bisa terjadi sementara auditornya saya yakin juga bukan orang yang sembarangan," ujarku sambil menunjukkan kertas-kertas itu pada Pak pimpinan.
Mereka yang aku tunjukkan berkas itu tampak heran dan menatap padaku dan mas Aldo bergantian, dengan tatapan meminta penjelasan.
"Maka dari itu, ... Saya perlu penjelasan dari Pak Aldo selaku manager sebelumnya, bagaimana anda menandatangani berkas pencairan dana dan kas sementara ada beberapa data yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya."
Kualihkan tatapanku pada kepala audit keuangan, dengan tatapan tegas kutanyakan padanya "apakah pada bulan Februari anda memverifikasi dana sebesar 450.000.000 rupiah?"
"Iya, Bu."l saya pastikan itu," Jawabnya tegas. "Memang sebanyak itu."
"Lalu kenapa data yang tertera di berkas manager keuangan 600.000.000 rupiah?"
Lanjutku.
"Saya rasa ada ketimpangan di sini. Beberapa kali saya periksa, tidak ada keterangan yang menunjukkan pengeluaran tambahan, mohon penjelasan Pak Aldo," kuarahkan tatapanku padanya.
Dari sorot matanya, ada raut tak suka dan gugup di depan pimpinan perusahaan. Ia beberapa kali menelan ludahnya dan membenarkan posisi duduknya. Tarikan napasnya berat dan gestur anggota tubuhnya salah tingkah.
"Sepertinya ... ada indikasi penggelapan dana di sini," kataku dengan nada tegas sambil meliriknya.
Mas Aldo yang mendengar itu, seketika mengangkat wajahnya terkejut, Sedangkan Pak pimpinan membetulkan posisi kacamatanya dan memperhatikan berulang ulang tumpukan kertas itu.
"Bereskan masalah ini pak Aldo, jika ternyata terbukti ada penyelewengan di sini, maka, saya terpaksa bertindak tegas dan anda akan menerima akibatnya." Pak pimpinan akhirnya membuka suara dan melempar berkas ke meja, kearah Mas Aldo dan sekertarisnya
"Saya ... ." Suamiku ingin membela dirinya.
"Cukup ... , saya tak butuh penjelasan lebih. Sebaiknya anda dan sekertaris anda bekerja lebih keras untuk mencari tahu kemana lagi uang yang seratus lima puluh juta, murni kelalaian atau korupsi?" Ucapku dengan kalimat mengintimidasi dan Pak Direktur tak keberatan dengan itu.
"Baik," ucapnya tanpa banyak argumen lagi.
"Silakan bawa berkas ini dan saya tunggu penjelasannya paling lambat besok pagi," tegasku.
Dia dan wanita itu saling paling pandang lalu mengalihkan kembali tatap matanya padaku. Sedetik kukedipkan mata sambil tersenyum padanya, dan tentu saja ia geram bukan main.
Selamat menikmati pelajaran dariku.
***
"Apa yang kamu lakukan di kantor," desisnya sambil melotot garang padaku ketika kami sampai di rumah.
"Aku mau mandi, aku lelah," jawabku sambil berlalu menuju kamar. Tak hendak menanggapinya.
Ia menahan lenganku dan mencekalnya dengan keras hingga aku merasa kesakitan.
"Apa yang kamu inginkan? Apa maksud dan tujuanmu, apa yang ingin kamu tunjukkan?"
Ucapnya dengan mata berkilat.
Dengan santai kutatap matanya lalu menurunkan pandangannya pada lenganku yang ia cekal, melihatku seperti itu, ia melepas pegangannya lantas membuang muka.
"Aku lakukan apa yang seharusnya aku lakukan, sebagai profesional muda memang selayaknya aku bekerja sesuai prosedur,. Ada yang aneh?"
"Kamu berniat memperlakukanku dengan cara seperti itu, kamu gak bisa membedakan mana yang bikin suami malu dengan yang tidak,"
"Aku sudah tegaskan, di kantor hubungan suami istri tak berlaku." Aku menjawab cecarannya dengan kalimat menohok. "Dan ya, selidiki, kemungkinan yang itu di pakai seseorang untuk membiayai pengeluaran kekasihnya," sindirku.
"Apa maksudmu?" Ia memicingkan mata padaku.
"Kenapa? Kenapa Mas Aldo yang marah? Jika memang merasa tak melakukan hal yang salah maka berusahalah membuktikan. Sudah, aku gerah, mau mandi." Kutinggalkan ia berdiri sendiri di depan pintu.
Masa bodoh.
"Kamu ... Mengapa kamu tiba-tiba berubah, kenapa kamu jadi aneh, dan mendadak seolah aku gak mengenal kamu," desisnya lirih.
"Ada yang sudah berubah jauh sebelum aku berubah," jawabku.
Lalu hening. Hening ... rumah ini perlahan berubah menjadi tempat yang hampa dan dipenuhi rasa sakit dan luapan kekecewaan.
Kekecewaanku pada pengkhianatannya dan kekecewaannya pada sikapku yang tak terduga, menyerangnya dari belakang.
Ya, untuk sementara ini kita impas suamiku!