Bab 11

3888 Kata
Uhuk!!! Seluruh isi mulut Bayu berhamburan. Yasin yang tepat duduk di depannya sampai menjauhkan tubuh supaya tidak tersembur remahan nasi goreng Bayu. Bayu menyambar stmj Yasin karena kopinya sudah habis. Menenggak cairah jahe tersebut hingga lindap. Butir-butir nasi yang seharusnya melenggang sempurna melewati kerongkongan itu tahu-tahu terpeleset ke saluran pernafasan lalu beberapa berhamburan dari hidung. Dan itu rasanya sakit banget. Perih. Bayu memejamkan matanya yang berair akibat rasa sakit barusan. Dia kemudian menatap Yasin dan Erlang secara bergantian dengan bengis. Keningnya berkerut. Nasi gorengnya sudah kalah pamor dengan berita super duper mengejutkan barusan. Erlang n*****t Yani? Bagaimana bisa jika dia saja sedang jalan-jalan sama Panji? "Yani?? Siapa?" tanya Bayu penasaran, sekedar memastikan bahwa Yani yang mereka bicarakan bukan Yani yang beberapa jam lalu menggendong Mike dan mendapat ciuman dari Panji. Walaupun dia masih ingat jika Erlang mengejar-ngejar anak keperawatan itu. "Yani anak akper lah. Simpanannya mada si p*****l sakaw itu. siapa lagi?" jawab Yasin santai. Bayu menudingkan matanya ke arah Erlang. Meminta petunjuk donk. Dia juga nggak mau kali digantung berita heboh gini. Dia masih ingin memastikan berita itu benar atau tidak. "yakin yang kamu entot tadi Yani lang?" tanyanya tanpa dosa. Erlang sampai terbatuk-batuk mendengarnya. "yakin lah Mas Bay. Mata aku masih normal kali. Dan tahu Mas Bay tadi benar-benar dahsyat. Aku sama dia sampe tiga ronde. Macam-macam gaya kita coba. Yani top deh. Walaupun tampangnya semanis gula tapi kalau di ranjang dia sangat liar. Aku benar-benar kewalahan dibuatnya. Yasin aja yang sok-sokan nggak mau pake barang seken kalau dia tahu p***k Yani rapeet banget pasti dia juga ketagihan." Erlang nyengir. Bola matanya memancar-mancar bahagia gitu. Dia menyeruput wedang jahenya lalu mengambil sebatang rokok millik Bayu dan menyulutnya. "Tapi tadi aku lihat dia jalan sama orang lain tuh." Tanya Bayu antara sadar dan tidak sadar. Demi apapun dia masih menolak kenyataan mengejutkan barusan. "Ya iyalah secara cowok yang ngegilir tuh lacurkan banyak. Tadi sebelum dia ngelayani Erlang aja dia main dulu ama Buddy di kos. Wah parah tuh bocah. Buddy hingga rela nggak kulliah demi n*****t pepeknya tuh anjing. Dari jam tujuh pagi sampai jam satu siang. Trus jam duanya ama Erlang ampe jam tujuh sore tadi. Trus dia langsung cabut begitu Erlang memberinya upah. Palingan juga sama g***n nggak jelas itu lagi. Aku sempat melihat dia turun dari mobil Mada ama anak kecil di salah satu kedai dim sum di jl. Insinyur Sukarno." "Dan beruntungny aku malam ini Mas Bay. Aku cukup mengeluarkan dua juta untuk menyewa dia. Ya ampun aku ketagihan beneran nih... Dan selanjutnya kata-kata Yasin ama Erlang yang saling bersahutan sayup-sayup terdengar semakin jauh dan jauh. Kesadaran Bayu luruh seketika. Tatapannya nanar. Senyumnya gamang. Perempuan seperti itu kah yang diinginkan untuk menjadi menantu Budhe Irma? Perempuan murahan yang menjajakan seksnya demi uang? Bahkan sehari ini dia berhasil meniduri dua teman kosnya sekaligus. Apakah dia benar-benar butuh uang? Bukan kah orang tuanya sangat kaya dan memilliki bisnis di Australia? Gempuran-gempuran pertanyaan meledak hiseris dalam euforia menyakitkan di kalbu Bayu. Dia tidak rela, sangat tidak rela jika Mike diserahkan begitu saja kepada perempuan murahan itu. Betapa menyedihkannya Mike jika dia punya ibu seorang p*****r. Oh pikiran Bayu jahat sekarang. Tapi sebutan untuk perempuan penjaja seks kalau bukan p*****r apa hum? Bayu sangat mencintai Mike. Untuk sesaat terlintas pikiran konyol dalam benaknya. Andai saja dia seorang wanita akan dia lakukan segala cara agar Budhe Irma dan Panji kepincut pesonanya. Ide gila. Pemikiran bodoh. Tapi akan dia lakukan apapun demi kebahagiaan Mike. Jika ide itu bisa menjadi kenyataan kenapa tidak. Malam semakin berlanjut. Udara dingin di awal musim hujan semakin menggigit. Kevin, Yasin ama Erlang terlibat pembicaraan yang tidak bisa Bayu ikuti. Pikiran sama hatinya sedang tidak ada di sana. Seluruh perhatian Bayu sekarang berporos pada Mike. bocah kecil yang bermetamorfosis menjadi oksigennya. Ngomong-ngomong tentang Mike. Bocah cebol yang memakai baju merah dan celana cargo item yang sedang berlari-lari kecil di sepanjang jembatan itu sepertinya... Mata Bayu melotot. Jantungnya mencelos. Dia buru-buru bangkit. Melihat kiri kanan untuk memastikan tidak ada kendaraan yang mengancam lalu menyeberangi jembatan. Langkah kakinya terpacu cepat. Berlari-lari lebar. Ketakutan menyergapnya. Walaupun dalam jarak sedekat ini dia bisa melihat dengan jelas sosok bocah cebol itu tapi kepalanya berusaha keras untuk menepis kenyataan gila ini. "Mike!!!!" Bayu berteriak. Dan bocah itu menoleh. Bayu rasanya mau lumpuh saja. Wajah Mike terlihat berantakan dengan lelehan air mata di sepanjang pipinya. "papaaaah...." rengeknya lalu berlari mendekati Bayu, memeluk kaki-kaki Bayu yang langsung mengangkatnya dalam gendongan, "Mike takut papaaaaahhh hiks hiks..." Dia sesenggukan histeris. Memeluk erat-erat leher Bayu. Ingusnya yang keluar bareng air mata dia usap diceruk leher Bayu. "kamu kenapa sayang? Daddy sama mama kamu kemana?" Tubuh Mike semakin berguncang dahsyat. Suara isakannya semakin menyanyat dan melepas seluruh persendian Bayu. Bayu menoleh kebelakang dan melihat Kevin, Yasin, sama Erlang yang sudah ada di dekatnya. "Kev antarin aku pulang. Anakku butuh istirahat!!!" Amarah Bayu menendang kepermukaan. Kepalanya serasa mau meledak. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Mike sampai dia ketakutan seperti ini. melihat Mike yang menangis histeris seperti tadi benar-benar mampu menampar wajah Bayu. Sakit yang Mike rasakan sangat membekas dalam hati Bayu. Ini kejadian lagi. Dua orang yang dia cintai kembali dikecewakan oleh orang tua mereka lagi. Mendiang sahabatnya dan Mike. Demi apapun Bayu tidak ingin kehilangan orang berharga lagi dalam hidupnya. Cukup sahabatnya itu saja yang harus berkorban dari egoisme orang tuanya. Bayu tidak akan membiarkan Mike mengalami hal yang serupa. Bayu segera membawa Mike yang sudah terlelap ke kamarnya di lantai dua lalu menidurkan malaikat kecil itu di atas tempat tidurnya. Dia membuka sepatu Mike, melepas kaos kakinya, lalu membuka shirt merah Mike serta celana cargonya, tak lupa melepas singlet dan celana dalamnya sekalian. Bayu berjalan kearah kamar mandi untuk meletakkan baju kotor Mike ke wadah keranjang khusus pakaian kotor lalu mengambil baskom yang ada di sana untuk di isi air hangat setelahnya dia menyambar waslap dan balik lagi ke kamar Mike. Kemudian dengan telaten dan embunan air mata yang menggumpal di pelupuknya, Bayu membasuh tubuh Mike hati-hati. Dari wajah berkeringat Mike, kedua lengannya, d**a, perutnya. Pokoknya semua tubuh Mike yang tadi berkeringat dingin dia basuh dengan air hangat. Selesai dengan itu Bayu mengambil handuk lembut untuk mengeringkan tubuh Mike. Air matanya mulai menetes satu satu. Hatinya sangat sakit. Dadanya terasa berat. Ini kali pertama dia menangis setelah kepergian sahabatnya. Dan rasanya luar biasa ngilu. Setelah badan Mike kering, Bayu beranjak dari tempatnya. Lalu berjalan menuju almari Mike. mengambil singlet, celana dalam serta piyama warna kuning buat anak kesayangannya. Sebelum itu dia menyambar minyak kayu putih yang ada di meja rias dekat tempat tidur Mike. Perlahan Bayu membubuhi tubuh Mike dengan minyak tersebut. Mengusapnya perlahan mulai dari leher sampi ke kaki supaya Mike tidak masuk angin. Dia kemudian memakaikan Mike singlet, celana dalam serta piyamanya. Mike terlihat begitu damai. Dia benar-benar malaikat kecil yang diturunkan Tuhan untuk menyembuhkan luka siapa saja. Bayu sangat mencintai makhluk rapuh di hadapannya. Bayu rela melakukan apa saja demi kebahagiaan Mike. Cukup malam ini dia melihat tangisan dan ketakutan Mike. Sesudah ini Bayu berjanji bahwa dia tak akan membiarkan orang lain membuat luka pada malaikatnya. Pun Budhe Irma atau daddy-nya sendiri. Persetan dengan jabatannya di rumah ini yang hanya sebagai pembantu dan pengasuh. Kalau dia sudah sangat sayang mau gimana lagi? Bayu menyelimuti tubuh Mike sampai leher dengan selimut tebal bergmbar kartun cars. Mengecup kecil-kecil wajah Mike. Kening. Kedua mata kecilnya yang terpejam, kedua belah pipinya, hidung Mike, dan terakhir bibir bocah tanpa dosa itu. Hal yang selalu dia lakukan jika Mike sedang tidur sejak dia menjadi pembantu di hari pertama. Dengan sangat hati-hati Bayu bangkit dari duduknya di dekat Mike. Mengambil remote ac yang ada di atas nakas, menyetel suhu pendingin yang menempel di tembok sana dengan suhu sejuk. Kemudian dia keluar sebelum tiba-tiba kedua kakinya terkesiap. Berdiri menjulang di ambang pintu sana Panji. Yang melihatnya dengan raut sulit diartikan. Dan kemarahan yang Bayu redam sedari tadi membuncah begitu saja. Dia berjalan mendekati Panji. Mencekal pergelangan tangannya lalu menyeret tubuh besar itu ke lantai bawah. Semenjak kejadian di kamar ganti Sutos beberapa hari lalu itu Bayu memilih bungkam dan menghindari segala percakapan dengan Panji. Menyuruhnya memanggil daddy? Yang benar saja? Memang dia ayah Bayu? Bayu tahu perintah itu mutlak. Tidak bisa dia gugat, maka dari pada harus memahkotai p*****l itu dengan sebutan daddy dia lebih memilih untuk mingkem. Tapi sekarang pertahanan Bayu poranda. Kemarahannya harus tersalurkan agar laki-laki tua busuk itu tahu kesalahan terbesarnya. "Apa yang kamu lakukan kepada Mike huh?" jerit Bayu sengit begitu dia dan Panji sampai di ruang tamu. Dia ingin menumpahkan kekesalannya sekarang juga. Penderitaan Mike harus ada yang bertanggung jawab. Dan orang yang sudah menelantarkan Mike tidak bisa dibiarkan melenggang begitu saja tanpa merasa bersalah, jika Mike yang masih kecil itu saja bisa ditelantarkan di ramainya ibu kota Jawa Timur bagaimana besarnya Mike nanti huh? Mike akan mendapatkan perlakuan lebih tidak mengenakkan dari ini. "Seharusnya saya yang tanya itu pada kamu. Kenapa kamu tidak menelpon saya kalau Mike ada sama kamu? Saya kelimpungan mencari Mike, sementara kamu seenaknya menyembunyikan Mike di rumah." Menyembunyikan Mike di rumah? Ada apa dengan nurani daddy kandungnya Mike itu? Dia sakit? Bayu berdecih, dia sama sekali tidak mengerti arah pemikiran dosen pembimbingnya. Otak p*****l busuk itu terlalu dungu. Dan dia terlalu g****k untuk menyandang jabatan sebagai dekan. "Menelpon lo?" Bayu mendengus kasar, kemarahannya memuncak. Emosi lama yang membeku di sudut hatinya terpantik dan akhirnya tersulut hebat akibat air mata ketakutan Mike yang sangat menggores kalbunya, "Siapa lo heh??" mata Bayu melotot, telunjuknya meninju-ninju d**a Panji. Kepalanya yang mendongak terpaku intens, "Orang tua Mike sudah mati sejak anak itu dicampakkan begitu saja di pinggir jembatan." PLAAAKKK!!!! Satu tamparan sukses mendamprat pipi Bayu. Bayu refleks terpejam. Rasa sakit akibat kecelakaan tadi, ditambah tangisan bombai tadi, plus tamparan kuat barusan membuat kepala Bayu kliengan. Pengelihatannya bergoyang-goyang. Dia mengerjap berkali-kali supaya matanya awas. Lalu dia merasakan sesuatu yang getas mencumbu ujung lidahnya. Bayu mengusap sudut bibirnya, dan menemukan darah dari sana. Dia tersenyum getir. Mengangkat kepalanya untuk kembali melawan Panji. "Jaga ucapan kamu Lencana!!! Saya bisa menuntut kamu karena pencemaran nama baik. Kamu tidak tahu apa-apa tentang saya. Dan kamu tidak tahu apa-apa yang diperbuat Mike." "Persetan dengan apa yang dilakukan Mike. Gue nggak butuh penjelasan tingkah laku anak gue. Gue Cuma butuh penjelasan dari bapak k*****t kayak lo." PLAAKKK!!!! Satu lagi. Kini di pipi kanannya. Kepala Bayu terasa mau pecah. Tapi dia tidak mau menyerah. Dia masih pengen melawan. Masih. Panji mendekat, menjambak rambut Bayu membuat kepala Bayu yang babak belur mendongak. "saya akan membuat kamu menyesal karena sudah mengucapkan kata-kata barusan!!" desisnya tajam. Aura mencekam mencuat dari manik coklatnya. Dia sungguh mengerikan. Dan ini adalah kali pertama amarah yang begitu besar keluar dai seorang Panji yang pernah Bayu lihat, "Mike harus bertanggung jawab atas perilakunya agar dia belajar dari kesalahan." Aroma saos tiram dari mulut Panji menubruk penciuman Bayu, "Dia tadi sudah menumpahkan es krim ke baju calon istri saya. Dan saya berhak memberinya hukuman. Biar anak itu tidak melakukan hal seperti itu lagi." Dia menghempas tubuh Bayu hingga berserak di lantai. Sial. Punggung aku!! Tertatih-tatih Bayu mencoba berdiri. Bunyi kratak di punggungnya mencoba menginterupsi pergerakan Bayu. Sakit banget anjing. Matanya berembun akibat menahan rasa sakit di perlintasan punggungya yang kayak dibetot itu. Tapi tekad Bayu yang ingin memberi perhitungan pada Panji atas kesalahan terbesarnya mendobrak rengekan sendi-sendi tubuh Bayu. Emosinya bersenggama kuat dengan kilasan tangisan Mike. Dan rasa sakit bertubi-tubi itu dia coba enyahkan dari sana. Bagaimanapun juga malaikat kecilnya jauh lebih menderita sekarang. Bayu bersandar di dinding, agar tubuhnya yang mau limbung itu bisa berdiri. "Hanya karena itu?" Dia mendengus kesal. Rasa benci kepada Panji bertalu-talu dalam gendang telinganya, layaknya suara adzan yang menggema dari toa di masjid dekat kosnya, "Hanya karena baju dari istri sialan lo itu, lo sampai tega mencampakkan Mike di Jembatan Merr? Otak lo masih waras nggak sih?" Panji sudah akan menampar Bayu lagi tapi tangannya sudah di tepis dulu sama Bayu, "Apa yang lo harepin dari anak kecil seperti Mike? Dia Cuma bocah lima tahun yang belum mengerti mana salah mana benar. Dia masih polos bleh. Pemikirannya masih cetek. Tadi lo tinggalin dia di Jembatan Merr. Malam-malam. Lo nggak khawatirin keselamatan Mike hah? Dia memang cerdas tapi manusia tidak semuanya berhati dewa. Bagaimana kalau Mike diculik? Kalau penculiknya minta tebusan sih nggak pa-pa, tapi kalau penculiknya menyiksa Mike? lebih parahnya lagi Mike menjadi korban human trafficking? Apa yang bisa lo lakukan hah? Demi baju sialan istri lo, lo mengorbankan anak semata wayang lo. Lo boleh nggak sayang sama Mike. lo boleh menghindari Mike karena asalan sialan lo yang tiap bertemu Mike selalu keingat mendian istri lo, tapi lo harus perhatiin perasaan Mike. Lo harus ngertiin isi hati Mike. Dia masih kecil bleh, masih lima tahun. Lo nggak lihat kan betapa ketakutannya Mike tadi saat gue temuin di pinggir Jembatan Merr? Di tepi jembatan yang ramai lalu lalang kendaraan bermotor, ramai akan orang dewasa asing dan para pengamen liar. Lo nggak lihat kan air mata kesedihan dan keputusasaan Mike? Lo nggak lihat kan betapa dia sangat menderita lo tinggalin sendirian? Lo orang tuanya Mike bleh. Demi tuhan Mike itu lahir dari s****a lo. Lo seharusnya menjadi Orang pertama tempat mengadu Mike. Orang pertama yang mendapat kepercayaan anak semata wayang lo. Bukan malah menjadi orang pertama yang menyalahkan dan menyianyiakan anak lo sendiri. Mike masih kecil tempatnya berbuat salah. Dan seharusnyalah orang tuanya memaafkannya. Memberikannya pelajaran dengan lembut bukan malah mencampakkannya." Raut muka Panji sulit diartikan. Ucapan-ucapan Bayu meremas erat keangkuhannya. Dia mundur beberapa langkah. Bibirnya memucat, dan mata coklatnya menatap jauh menembus teralis-teralis ideologi kampretnya selama ini. Mike masih kecil. Tempat berbuat salah. Seharusnya dialah orang pertama yang memaafkannya bukan malah mencampakkannya. Kalimat-kalimat Bayu berpusing di otaknya. Memaksa kerja neuronnya yang selama ini mungkin sesak dijejali dengan sosok mendiang istrinya dan si p*****r murahan Yani. Sebelum dia sempat melakukan apa-apa Budhe Irma sudah terlebih dulu berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka. "Ada apa lagi ini?" Pekik Budhe Irma. Dia menghampiri Bayu yang kondisi tubuhnya sedikit mengenaskan, "Ya ampun Bayu kamu kenapa nak?" Tanya Budhe Irma, menyentuh lembut bekas tamparan Panji di pipi Bayu, "Ada apa lagi ini Panji? Kenapa kalian selalu bertengkar terus hah? Kalian ini majikan pembantu, seharusnya saling bekerja sama bukan malah adu fisik kayak gini. Ya ampun Bayu berapa kali kamu ditampar anak saya? Muka kamu berdarah nak. Budhe Irma bantu obatin ya." Bayu meringis, rasa perih dari bibirnya yang sedikit robek. Apalagi sekarang punggungnya kayak dipukuli ama orang sekampung. "Bayu nggak apa-apa budhe. Bayu langsung ke kamar saja. Mau istirahat." Nyatanya bleh manusia memang makhluk paling pandai menyembunyikan kebohongannya. Bayu nggak apa-apa dengan kondisinya saat ini adalah bullshit tai kucing. Dia sakit dan sekarat. Cuma orang bego yang mempercayai omongan Bayu yang bersabda 'nggak apa-apa'. Bayu duduk di tepian tempat tidur. Membuka kaosnya dan mencoba menolehkan kepala ke belakang untuk melihat betapa besar luka yang dia dapat dari semi kecelakaan ama benturan di tembok tadi. Dan wow itu bukan luka kecil. Dia berdiri lagi lalu berjalan menuju cermin besar yang ada di dekat tempat tidurnya. Satu-satunya benda yang tidak pernah dia ambil kegunaanya. Dia memposisikan punggungya menghadap cermin. Oh dia sangat berterimakasih karena Tuhan menciptakan manusia penemu cermin, benda sialan itu membeberkan luka Bayu yang Emm —besar paka banget. Lebam sana-sini berwarna keunguan di hampir sekujur punggungnya. Dia mendesah berat. Membalik tubuhnya sehingga sekarang dia bersitatap dengan cermin sepenuhnya. Keningnya berkerut melihat penampilan super berantakan laki-laki ceking dengan rambut kriwil gondrong serta bibir merah keunguan yang gocer mengeluarkan darah. Great, sekarang dia tampak menakutkan. Dengan langkah timpang Bayu keluar kamar menuju dapur untuk mengambil baskom. Lalu balik lagi ke kamar dan langsung menuju toilet untuk mengisi baskom dengan air hangat dari bathup. Menyambar handuk kecil yang tergantung di balik pintu, dan antiseptick dari kotak p3k yang menggantung di samping westafel kemudian balik lagi ke tempat tidur. Mencampur antiseptic dengan air, mencelup-celupkan handuk kecil kemudian pemuda songong yang sok-sokan bilang nggak apa-apa itu mulai membasuh luka memarnya dengan gerakan berlibet. Kepalanya menoleh kesulitan untuk menilik luka punggungnya dengan tangan kanan bersusah payah mengusap handuk ke lukanya. Dia meringis. Percampuran antara rasa sakit dari memarnya, sakit dari lehernya yang dipaksa meneleng, dan sakit lengannyan yang kayak dipeluntir. Oh dia benar-benar orang bodoh. Coba dia tadi menerima tawaran Budhe Irma. Pasti dia tidak akan serepot ini. Dia menggerutu. Menertawakan kebodohannya sebelum sebuah tangan besar mengambil alih handuk Bayu. "eh—" Bayu tertegun ketika menyadari Panji sudah berada di belakang tubuhnya dengan jarak yang sangat dekat. Dengan telaten dan penuh kehati-hatian Panji mengusap luka memar di punggung Bayu. Desahan nafas hangatnya yang menerpa kulit Bayu sedikit membuat pemuda ceking itu merasa geli. "Terimakasih." Bisik Panji parau, "Terimakasih sudah sangat menyayangi Mike." Bayu terpaku di tempatnya. Dia menatap lurus ke depan. Tidak berani melihat irish coklat seorang Panji yang sekarang — dari kerlingan sekilas Bayu — berpijar kesakitan. Panji sedikit menekan dan memijit punggung Bayu. Dan bleh itu rasanya enak banget. Seolah-olah sendi-sendi punggung Bayu yang tadi bersitegang diulur dengan sangat nyaman penuh kasih sayang. Kasih sayang? Ah Bayu sudah tidak bisa berfikir lagi sekarang. Sakit punggungnya berangsur surut. Apalagi dengan deru nafas Panji yang menguar saos tiram mampu meredam sisa-sisa emosinya. Sial saos tiram merek apasih yang tadi dimakan Panji? Kenapa malah menjadi aroma terapi buat Bayu? Bayu terlena dengan gerik tangan Panji yang menyusuri punggungnya dengan handuk. Sungguh tenang dan membuatnya rileks. Dia menghela nafas panjang, mulai terlarut namun tiba-tiba Bayu tercekat dan tubuhnya menegang saat merasakan sepasang tangan yang tiba-tiba melingkari tubuh kurusnya mesra. Bayu bisa merasakan panasnya suhu Panji yang menempel lekat di punggung. Sementara Panji mulai menikmati penjelajahannya dengan khusu. Dagunya mengendusi aroma Bayu, menyesap tiap jengkal kulit padat itu dengan bibirnya. Nafas saos tiramnya menerpa persinggungan leher dan bahu Bayu. Bayu terdiam terjatuh makin dalam. Oh sial laki-laki itu keenakan. "Kenapa?" Desah Panji dengan suara seksi. Dia menoleh dan menggesekkan hidungnya di leher Bayu. Menghembuskan nafas panasnya ke seputar kulit Bayu. "enghh—" sial kenapa Bayu mengeluarkan suara desahan sih? Bayu menutup mulutnya dengan tangan. Mingkem serapet-rapetnya biar suara itu tidak keluar. Memalukan. "Kenapa kamu bisa menampar saya dengan kata-kata kamu? Kenapa saya bisa sadar kesalahan saya jika kamu yang mengatakannya? Kenama Cuma kamu yang mampu menyentuh perasaan sayang saya kepada anak saya Lencana?" Bayu diam tak berkutik. Otaknya tak bisa bekerja karena tubuhnya menggelinjang kepanasan mendapat perlakuan intim dari Panji. Seluruh sendinya sangat merespon saat dimana tubuhnya menyatu dengan tubuh Panji. Bayu hanyut. Sudut di hatinya menuntut lebih. Tahu-tahu dia menyandarkan kepalanya di bahu Panji. Membuat pipinya menggesek hidung dan bibir Panji. "Kenapa kamu bisa menyanyangi Mike sedemikian dalam Lencana?" Panji mendesah. Pergerakan bibirnya menyecap basah daging pipi Bayu, "Kenapa justru orang asing yang mampu mengalihkan dunia Mike? Kenapa justru orang asing yang mengisi kekosongan hati Mike? Kenapa justru orang asing itu yang mampu melindungi Mike dengan segenap hatinya?" Bayu sudah tidak bisa berfikir lebih. Dia melayang. Deru panas nafas Panji benar-benar meningkatkan libido Bayu. Jakunnya naik turun. Matanya terpejam. Dia menikmati saat-saat Panji dengan sengaja menyentuh pipinya dengan bibir merah ranumnya. Bayu sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia membuka mata kemudia menoleh ke arah Panji. Ujung hidungnya melekat dengan kuncup hidung Panji. Dari sorot mata Panji yang sedekat ini dia bisa melihat pantulan dirinya di sana. Nafasnya naik turun. Matanya mengeja setiap jengkal wajah Panji yang ternyata memang luar biasa ganteng. Dia tahu seharusnya dia masih marah sama Panji, mengingat betapa bejatnya perilaku orang itu kepada anaknya sendiri. Tapi otak dan gerakan tubuhnya tidak sinkron. Otaknya memendam amarah tapi tubuhnya ingin di sentuh. Dan detik berikutnya dia merasakan bibir Panji yang terkatup itu beradu dengan bibirnya. Menggeseknya lembut dan perlahan. Bayu yang entah mengapa memang menginginkan ini menjatuhkan kelopak matanya untuk menikmati sensasi sengatan akibat ciuman Panji. Panji membuka mulutnya menghembuskan angin ke permukaan bibir Bayu dan terus memagut bibir Bayu dengan mesra. Melumatnya secara perlahan. Menggigit-gigit kecil bibir bawah Bayu dengan lembut. Menahannya sebentar untuk menikmati getaran-getaran yang tersalur antara daging dan daging. Bayu terasa melayang diudara. Diayun dan dimanja dengan sangat intim. Dia sangat menikmati ciuman pertamanya ini. Dia menikmati gerakan lembut bibir Panji yang melumat bibirnya. Dia menikmati gigi Panji yang menggigit-gigit kecil bibir bawahnya. Bayu yang tidak tahu harus berbuat apa hanya membiarkan bibir Panji memagunya dan menuntunnya dengan gerakan-gerakan erotis. Lidah Panji menyapu bibir Bayu yang robek. Menjilati lukanya, menyesap sisa-sisa darah yang masih tersisa di sana. Tak hanya itu lidahnya yang basah dan lunak itu menekan bibir bawah Bayu, membuat Bayu mengerang dalam ciumannya. Hal itu digunakan Bayu untuk memasukkan lidahnya yang licin ke dalam rongga mulut Bayu. Menggerak-gerakkan lidahnya dalam mulut Bayu. Menyentuh langit-langit mulut Bayu. Mengulum dan bergulat dengan lidah Bayu. Menghisap dan menyedotnya dengan penuh hasrat. "enghh...." Bayu melenguh keenakan. Aroma nafas saos tiram Panji membuat ciumannya seduktif dan memabukkan. Bayu turut mengulum dan melumat bibir Panji yang terasa manis. Dia membalik tubuhnya dan duduk di pangkuan Panji yang mendekap pinggulnya erat. Mengalungkan kedua tangannya di leher Bayu untuk semakin memperdalam ciuman mereka. "pan...jihh." Bayu mendesah saat ciuman Panji pindah ke cuping telinganya. Menjilati daun telinganya dengan lidah basahnya. Apalagi saat bayu merasakan sesuatu yang menegang dan mengeras di belahan bokongnya. Dia menggerakkan pinggulnya membuat sesuatu yang menyusup di bokongnya mendesak-desak. Bayu benar-benar melayang. tubuhnya sangat menikmati pergerakan liar di bawah sana. Dia menginginkan lebih. Nafsunya bergelora. Birahinya terbakar-bakar. Dia semakin mengimbangi ciuman liar Panji, sambil teruss menggoyangkan pinggulnya naik turun. "akhh..." bayu mendesah lagi saat Panji Menghembuskan nafas panasnya ke belakang telinganya. Ciumannya berpindah di sekitar rahang Bayu yang tumbuh jambang-jambang lebat. Bayu menyelipkan tangannya ke kepala Panji. Memainkan surai Panji dan Menariknya untukk semakin mendekat, memperdalam ciuman yang demi apapun ini enak banget. Bayu mendongak ketika Panji mulai menjilati lehernya. Menyapu setiap jengkal daging padat Bayu dengan lidah dan bibirnya. Berkali-kali dan Bayu sangat menyukainya. Apalagi ketika Panji menggigit sambil menyedot lehernya dengan tangan yang terus meremas kuat bokongnya. "Sebut nama saya sayang... sebut nama saya.." bisik Panji seduktif sambil menniup kulit leher bayu. Demi apa bayu benar-benar terangsang. Dia terus merapatkan tubuhnya ke tubuh Panji. Dia gila. Padahal otaknya sangat membenci makhluk itu tapi tubuhnya sangat merespon liar apapun yang dilakukan Panji. Bayu menggelinjang hebat. Tubuhnya panas dingin. Tangan Panji yang besar itu masuk ke dalam kaos, mengusap perut datar bayu dengan lembut dan menuntut. "pan...jihhh... akh..u nggak kuat.." desah bayu hebat saat Panji memijit putingnya yang mengeras. Menariknya, memeluntirnya. Berulang kali. Bayu benar-benar merasakan sensasi panas membakar tubuhnya. Apalagi saat Panji menggigit kulitnya, seolah gairah dan hasratnya terpantik. Tubuhnya bergerak-gerak erotis. Dia menginginkan lebih. Hormon endorpinnya membuncah. Merangsang tubuh Bayu yang menggelinjang dalam dekapan Panji. Panji kembali melumat bibir Bayu dengan liar. Salivanya bercampur millik Bayu. Menghisap dalam-dalam bibir Bayu yang terasa kafein. Mengajak bergumul lagi lidah Bayu. Tangannya yang besar berada di tengkuk Bayu. Menarik wajah Bayu semakin dekat. Menciumnya semakin dalam. Namun Perlahan-lahan Panji menarik Ciumannya dari bibir Bayu yang terlihat kecewa. Nafasnya terengah-engah. Ditatapnya muka Bayu yang memerah dengan bibir sedikit bengkak. Demi tuhan laki-laki dalam dekapannya itu sangat seksi. Kenapa dia baru sadar sih kalau dia memiliki pembantu semanis Bayu? Mata Bayu terus menuntutnya. Bibir merah keunguannya terbuka lebar. Dan nafasnya naik turun cepat. Lalu Panji menangkup wajah Bayu. Mencium bibirnya sekilas kemudian mengecup kening Bayu dengan lembut. "Terimakasih untuk malam ini Lencana." Dia melepas kecupannya. Menumpukan keningnya di kening Bayu kemudian merengkuh pemuda itu ke dalam pelukannya, "Terimakasih untuk kasih sayang kepada Mike, pah!" 'udah nih gini aja? Nggak dilanjut lagi. Yakin? k****l gue ngaceng anjink. Kampret banget njiir. Gue udah terangsang b*****t!!!'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN