Bayu membuka pintu kulkas sampai ke freezernya sekalian. Kemudian mendengus keras. Dibelakangnya mike merengek-rengek kayak orang kesurupan. Semenjak semakin dekat dengan Bayu tingkah laku mike sekarang nggak ada manis-manisnya lagi. Dia jadi cerewet bukan main, suka mengomentari penampilan papah barunya itu, kalau Bayu mau berangkat ke kampus dengan baju jelek pasti mike lah orang pertama yang akan melarang Papanya keluar rumah. Lalu sok-sokan memilihkan baju buat Bayu padahalkan almari yang ada di kamar Bayu semuanya dijejali baju-baju jelek. Mike juga punya hobi baru sekarang. hobi ngeledekin papahnya. Ampun deh dapat kemampuan dari mana tuh bocah ajaib bisa ledek-ledekan segala.
"Ya ampun papah. Mike lapaaaarrr. Mike bisa mati nih kalau lambung mike dianggurin mulu," Mike kembali mendumel, tau deh itu untuk yang keberapa kalinya.
Bayu memijat kepala. Pusing. Pasalnya lemari es tempat menyimpan bahan makanan kosong melompong. Cuma tinggal sekotak sereal ama dua dus s**u cair rasa vanilla. Dan Bayu tidak akan menyuplai asupan gizi Mike dengan makanan instant begituan.
"Sayang, bahan makanannya habis. Sayur daging, sosis, dan bakso kita stoknya kosong. Gimana kalau kita makan di luar aja," Bujuk Bayu, berjongkok di depan anaknya.
"Nggak mau papah," Rajuk mike geregetan, menghentak-hentakkan kedua kaki mungilnya, "Mike maunya makan masakan Papa. Kalau Mike makan diluar trus mike mati keracunan gimana? Kata Daddy makanan diluar itu bahaya Papa. Bahaya!!"
"Tapi kan nggak semuanya bahaya sayang. Ingat Mike dulu pernah makan nasi soto ama bakso sama Om Erick di Pujasera?? Llihat buktinya Mike baik-baik aja kan? Masih hidup. Kita ke sana aja ya sekarang. Papa beliin apapun yang Mike mau deh, ntar pulangnya papa beliin es krim. Gimana?"
Mike menggeleng keras, melipat kedua tangan sambil mendelik jengkel, "Papa sekali Mike nggak mau ya nggak mau. Kenapa nggak beli bahan makanan aja sih pah? Repot banget ih Papa ini."
Bayu memutar bola matanya. Sumpah nih anak ya kalau Bayu tidak sayang sama dia udah dia tendang jauh-jauh wujudnya deh. Bayu mengusap-usap kepala Mike. tapi anaknya bergeming dengan memasang defense untuk menunjukkan kalau kemampuannya tidak bisa diganggu gugat. Akhirnya Bayu menghela nafas pasrah. Dia kemudian mengangkat tubuh Mike dan dibawa dalam gendongannya menuju ruang tengah.
"Bocah kalau kamu pengen dimasakin papah, bujuk Daddy-mu untuk mengijinkan kita membeli bahan makanan baru. Sekalian ngajak nobita jalan-jalan," Bisik Bayu di telinga Mike yang membuat anak kecil itu seketika antusias melonjak-lonjak dalam gendongan Bayu. "Nggak usah lompat-lompatan kenapa siiihh. Nggak sadar apa badan kamu kayak gajah?" goda Bayu sambil pasang tampang pura-pura jengkel.
Mike merengut dengan bibir monyong, "ini semua kan ulah Papa. Coba kalau Papa nggak bisa masak enak pasti Mike juga nggak akan makan-makanan yang banyak Papaaa. Papa tanggung jawab pokoknya."
Bayu jadi gemas sendiri, dia mengacak-acak rambut Mike lalu mencium puncak kepalanya. Di ruang tengah yang merangkap ruang keluarga, Panji tengah kelihatan sibuk di atas sofa. Matanya memelototi layar laptop yang dia taruh di atas pangkuannya seraya sesekali diikuti gerakan ruas-ruas jarinya yang menari-nari di atas tuts-tuts keyboard. Sementara kanan kirinya duduk terdapat lembaran-lembaran kertas hvs yang berserakan sampai ke lantai. Meja di hadapannya sendiripun udah ada puluhan buku-buku tebal saling tumpang tindih. Sedangkan Di seberangnya tv plasma 42inc menyala dengan volume rendah.
"Daddy!!!" Suara cempreng Mike yang kayak besi rongsokan memecah keseriusan Panji. Pria pemilik mata coklat kayak kucing itu menoleh. Dan Bayu baru menyadari jika sedari tadi dia memakai kaca mata baca dengan frame hitam. Panji dengan kaca mata jauh terlihat err... ganteng??
"Ada apa Mike?" Datar, sekali lagi datar. Jawaban yang terlontar dari mulut panji kelewat datar dan dingin, dia menoleh Mike sekilas lalu pandangannya bersirobok ama mata Bayu yang seketika merasa seperti disiram sebaskom air es. Tatapan mata itu tak pernah menghangat jika dia bersitatap dengan Bayu. Kelewat dingin layaknya salju di antartika yang membuat Bayu membeku.
Sampai sekarangpun Bayu tidak akan pernah bisa percaya bahwa tikaman tajam kornea di hadapannya itu beberapa hari lalu pernah terlihat begitu hangat dan penuh cinta. Sehangat goresan garis-garis sinar matahari di awal musim semi. Bergelora dan hidup. Bahkan ditambah ornamen senyum dan tawa yang membuatnya terlihat jauh lebih bernyawa. Mengingat hal itu membuat salah satu bilik di sekat-sekat hatinya mengedarkan rasa kecewa. Kecewa karena yang membuatnya hidup bukan mike tapi wanita yang mungkin baru dia kenal. apakah wanita itu lebih berharga dibanding mike? anaknya sendiri? Dekapan tangan Bayu ditubuh mike semakin mengerat tanpa disadarinya.
"Daddy ijinkan Mike ama Papa beli bahan makanan di supermarket yaaaa....? Mike lapar banget, Daddy. Mike pengin makan masakan Papa. Tapi kulkas kita kosong. Nggak ada yang bisa di masak," Mike merajuk sambil menampilkan senyum lebarnya yang mampu membuat kebekuan hati Papanya melumer.
"Aku mau ngajak Mike ke Supermarket depan tuan. Cuma sebentar saja. Nggak sampai satu jam. Anakku tidak mau makanan delivery."
"Anakmu?" Panji mendengus kasar, kemudian bangkit setelah meletakkan laptop dan kaca matanya di atas meja lantas berjalan mendekati Bayu dan Mike. Tubuhnya yang menjulang membuat Bayu sampai mendongak agar bisa melihat wajahnya.
"Maaf. Maksud saya, anak anda tuan," ralat Bayu tenang dengan kepala yang masih menengadah, "tapi jika anda keberatan saya mengajak Mike, saya bisa belanja sendiri."
"Tiga menit!!"
"Tig - hah, maksudnya??"
"Dua menit lima puluh dua detik."
"Maksudnya apasih -
"Dua menit empat puluh sembilan detik. Jika kamu tidak cepat ganti baju jangan salahkan saya kalau saya dan anakmu meninggalkanmu. Dua menit tiga pul -
"Wait... oke. Oke. Tunggu!!" Bayu buru-buru menurunkan Mike dari gendongannya dan berlari ke kamar belakang khusus pembantu untuk segera ganti baju.
Sial!!! apa sih yang ada di pikirannya? Tadi bersikap dingin sekarang main suruh-suruh ganti baju? Dasar pak tua m***m!! Bayu kelimpungan mencari baju yang cocok di almarinya. Masalahnya bleh secocok apapun Bayu dengan baju yang dia kenakan tak ada satupun baju di jejeran gantungan almari tersebut yang bagus. Bayu sendiri sebenarnya tak mempermasalahkan akan pakai baju apa nanti, mau pakai baju robek-robek bahkan karung goni di sum pun dia akan easy going aja, tapi masalahnya bleh ini kali pertama dia keluar bareng majikannya yang super fashionable itu. dia nggak mau menjatuhkan harga dirinya di hadapan orang yang sudah fix dia benci. Oh, ayolah tolong cuci otak dungu Bayu.
Bayu menatap masam isi almarinya. Semua baju di sana dekil, kumal, lusuh dan bau tembakau. Sekali lagi bau tembakau. Bayu sendiri heran, padahal semenjak dia pindah di Rumah Panji, dia selalu merendam bajunya dengan pewangi tiap kali mencuci. Tapi tetap saja sengatan bau tembakau yang Bayu candu masih menguar dari sana.
Bayu melepas kaos oblong biru muda serta celana cargo pendek yang sedang dia pakai. Meletakkan kaos dan celana itu ke keranjang baju kotor lalu bingung lagi mau milih baju dan celana kek gimana. Semua jeans di tumpukan itu belel minta ampun. Bahkan di tumpukan terbawah Bayu sudah lupa kapan terakhir dia mempertemukan celana usang itu dengan air. Seingat Bayu tahun baru tahun lalu celana itu terpaksa dia laundry karena ketumpahan kopi buddy saat sedang gitaran di depan kos. Setelah saat itu Bayu amnesia. Maksudnya tidak ada kenangan lagi dengan aktivitas mencuci, kemungkinan besar celana denim di tumpukan terbawah hampir dua tahun tidak pernah di cuci. Ohmahgad.
Dia berkacak pinggang dalam keadaan sembilan puluh persen bugil. Sepuluh persennya lagi diselamatkan celana dalam bergambar doraemon yang baru dia beli saat mendapat upah pertama ngeband bareng elek yo. Ketika masih dilema menentukan setelan apa untuk acara belanja bareng majikan tiba-tiba pintu kamarnya terjeblak dan panji nongol dengan raut murka.
"Ngapain saja sih kam-" ucapan Panji terpenggal saat melihat penampakan Bayu yang nyaris bugil, kemudian dia melotot histeris, " kamu mau berbuat m***m di rumah saya?"
"Hah??" Bayu mengernyit.
"Ngapain kamu telanjang di sini? Saya menyuruh kamu cepet ganti baju bukan malah berbuat mesum."
Katakanlah Panji otaknya lagi error. Kalau memilih baju disebut berbuat m***m maka seratus persen isi pikiran dari dalam tempurung kepala itu sangat gesrek.
"Ya ampun tuan, saya tidak mau berbuat mesum."
Bayu kesal, menghadap Panji sambil bersedekap, gambar kepala doraemon yang lagi nyengir di celana dalamnya sedikit menyembul karena isi bungkusnya, "saya sedang bingung mau pakai baju apa. Ya tuhan, ada apa dengan otak anda tuan. Kalaupun saya mau berbuat m***m, mau sama siapa? Di sini tidak ada orang lain selain tuan."
Mata Panji berkeliaran dalam rongganya, semburat pink di cupping telinganya sempat tertangkap mata Bayu, kemudian dia melangkah mendekati Bayu dan ikut-ikutan menghadapi isi almari.
"Kamu sebut mereka baju??" desis Panji sengit sambil menutupi hidungnya, "mereka jauh lebih busuk dari sampah!!! Buang kotoran-kotoran itu secepatnya atau saya potong gaji kamu!!"
Apa-apan itu. oke Bayu memang sudah tidak sakit hati lagi dihina semacam ini. Demi apapun Bayu sering mendapat hinaan seperti ini dari panji. Tapi masalahnya bleh kalau baju-baju Bayu dibuang mau pakai apa dia? Masa iya pakai celana dalam gambar doraemon yang ada hampir tiga puluhan biji itu. Bayu masih waras elah.
Tapi belum sempat Bayu menelurkan protetasnya, sebuah cengkeraman familiar sudah terlebih dahulu dia terima di pergelangan tangannya. Tidak berapa lama kemudian dia dengan diseret Panji sudah berada di kamar majikannya di lantai dua depan kamar Mike, di samping aquarium segedhe gaban.
Bayu tidak heran jika Panji mempunyai kamar yang luas. Ralat luas buanget. Kamar ini mungkin segedhe rumah ibu kosnya - oke Bayu sedikit berlebihan kali ini - dengan tempat tidur super king size didominasi warna hitam ama putih. Dua pendingin ruangan yang langsung membuat Bayu kedinginan. Kulkas kecil di samping tv lcd 32 inch serta pintu kaca geser yang menghubungkan ruangan ini dengan balkon. Panji menyeret Bayu ke walk in closet seperti yang ada di apartemen Andis tapi dalam kemasan jumbo.
Panji mengeluarkan kemeja flanel kotak-kotak berwarna biru gelap dan hitam dari salah satu gantungan di sana.
"Sini!!" ujarnya melambaikan tangan ke arah Bayu yang masih kayak orang udik di ambang pintu.
"Apa?"
"Sini!!"
"Ngapain?"
"Sini.."
"Tuan mau memperkosa saya??"
Mata panji melebar dan sedikit memerah, "SINNII!!!" ancamnya yang langsung membuat pemuda kampung dan memalukan itu ngacir mendekati majikannya.
Dalam jarak sedekat ini entah mengapa suhu ruangan menjadi panas. Padahal dari ekor matanya, Bayu melihat balok putih panjang yang mengeluarkan suhu sejuk tergantung di salah satu dinding. Bayu menggerak-gerakkan bola matanya liar. Untuk alasan yang sangat tidak jelas Bayu seperti ketakutan memfokuskan biji matanya ke arah Panji. Dagunya teracung ke kanan ke kiri mengikuti gerak sendi putar kepalanya yang bermanuver kayak kincir, namun tiba-tiba pergerakan angkuh dagunya terikat kuat saat tangan Panji memegannya dan membuat kepala Bayu terpaku. Panji mengangkat dagu Bayu sehingga wajah tampan Bayu yang kadang-kadang kayak genderuwo jika tidak mandi selama seminggu itu terekspos jelas di depannya.
"Tatap mata saya jika kamus sedang berhadapan dengan saya Lencana!!!" Dalam satu tarikan nafas serta aksen berat dan tegas, kalimat barusan berhasil membuat Bayu takluk dan mengangguk pasrah, " saya tidak ingin mata ini berpaling dari saya!!! Saya mau mata kamu terfokus untuk saya. Saya tidak akan mengijinkan orang atau benda lain merebut perhatian mata kamu!! Kamu mengerti Lencana??"
Ini absurd banget. Bayu sendiri tidak tahu apa maksud ucapan majikannya tersebut. Tapi toh dia mengangguk saja dari pada gajinya dipotong. Panji melepas tangannya dari dagu Bayu kemudian memakaikan kemeja yang dipilih tadi di tubuh Bayu. Mengancing kancingnya satu persatu-satu dengan mata tak terlepas sedetikpun dari Bayu.
"Jangan menunduk!!!" bentaknya galak saat leher Bayu yang terasa pegal harus mendongak mulu refleks mengayun ke bawah.
"Leher saya capek tuan kalau musti menengadah mulu llihatin muka tuan. Tuan nggak nyadar tubuh tuan kayak tiang listrik!!" Bayu memutar bola matanya malas.
Panji mendengus. Menarik bangku kecil yang entah kenapa bisa ada di walk in closet dengan kakinya. Dia mengarahkan bangku yang kayak dibuat ibu-ibu duduk saat cuci baju itu ke kaki Bayu.
"Naik!!" titahnya mutlak, Bayu sudah akan menunduk untuk menyadari benda asing tersebut tatkala dalam gerakan cepat Panji kembali merenggut dagu Bayu, "sudah saya bilang jangan pernah mengalihkan mata kamu dari saya!!" dia melepaskan tangannya dari janggut Bayu kemudian beralih memegang tangan Bayu untuk membantunya naik ke bangku hingga sekarang tinggi dua orang aneh itu sejajar. Bayu tidak perlu mendongak untuk bisa menatap mata panji. Dan well ini semakin absurd.
"Sebenarnya kenapa sih tuan ini panggil saya Lencana? Aneh banget tahu nggak. Kepanjangan. Kenapa nggak Bayu saja?" tanya Bayu ketika dalam sepersekian menit mereka dibebat kesunyian, "lagian telinga saya agak geli mendengarnya. Kayak bukan saya saja yang dipanggil."
Panji sudah selesai mengancingkan kemeja yang emejing banget ngepas gitu di tubuh Bayu. Dia berbalik untuk menuju jajaran tumpukan jelana panjang. Mengambil satu yang berbahan denim dengan style xxxxxx dari sana. Sejurus kemudian dia mengangkat sedikit kaki kiri Bayu untuk memasukkan lubang celana kiri, lalu mengangkat kaki kanan untuk hal serupa. Kedua tangannya dengan terampil menarik celana tersebut melewati betis Bayu yang banyak bulunya, lalu melewati pahanya, saat kulit terluar jempolnya bersentuhan dengan kulit paha Bayu yang tidak ada mulus-mulusnya itu Bayu merasakan seperti disengat ribuan volt listrik. Gemetaran dan geli.
"Maka mulai sekarang biasakan dengan panggilan saya. Kamu lencana saya lencana. Tidak ada bantahan," pungkas panji, mengaitkan celana Bayu kemudian menarik ke atas resletingnya. Oh itu tidak bagus, kuku ibu jarinya kembali menyentuh hal-hal yang tidak patut di sentuh. Nobita kecil yang terbungkus gambar doraemon terasa dihembusi uap panas. Dan itu sangat berbahaya. Untung gerakan itu tidak berlama-lama. Bisa-bisa jantungan anak udik di hadapannya.
Setengah jam kemudian setelah prosesi mendandani Bayu untuk berpenampilan lebih layak, Bayu, panji serta mike yang namplok mulu di gendongan papahnya sudah berbaur ama ratusan pengunjung di Surabaya Town Square. Ini sudah tidak dekat lagi dari kompleks perumahan panji. Muter jauh melewati jalan ahmad yani segala. Bayu sendiri juga heran, padahal di depan kompleks perumahan panji juga ada supermarket, ngapain pula sih tuh aki-aki malah melenggang ke sini? Mau sok-sokan pamer? Mau sok-sokan unjuk gigi kalau situ punya badan oke dan wajah cucok?
Bayu melirik wajah Panji. Oh lihat lah itu dunia. Betapa para dewa dulu waktu nyiptain Bayu pasti sedang arisan makanya yang muncul jadi gini. Mau didandani kayak apapun Bayu tetep aja nggak ada bagus-bagusnya. Ketampanannya juga mentok. Kadang-kadang nyungsep lagi kalau dia khilaf nggak mandi. Sedangkan bau tubuhnya itu. oh, gosshh!!.. Padahal dia udah nyrut-nyrutin parfum yang dikasih Andis sebanyak-banyaknya, sampai kepalanya nyut-nyutan diserbu aroma lavender, rosemarry, geranium dan ketumbar tapi tetap aja sengatan bau rempah entah dari mana asalnya masih menyusup-nyusupn melalui pori-porinya.
Sementara makhluk gigantisme di sebelah Bayu ini hanya memakai short oxford vintage grey yang dipadupadankan short jogger gold namun kelasnya terlihat sangat sangat mewah. Sekali lagi sangat saangat mewah. Dunia nggak adil. Apalagi shirtnya yang super slim fit itu mampu mencetak kubikel-kubikel abs dari dalamnya. Kedua lengannya berotot. Pahanya ew.. itu sexy banget, ditambah betis berbulunya tanpa balutan kain, benar-benar ingin memamerkan kepada makhluk apa saja yang bertubuh cebol. Dan.. ini horror banget. Bahaya. Bagaimana bisa-bisanya Bayu sampai mengeksekusi penampilan majikannya ke bagian ini? itu bokongnya aduhai semok. Padat, kenyal beda banget lah pokoknya ama punya Bayu yang terepes.
"Jangan memelototi saya seperti itu!!! Saya memang menyuruh kamu untuk memfokuskan mata kamu kepada saya. tapi bukan dipelototi seperti ini!!" Kecam Panji mengejutkan tanpa menoleh ke arah pembantunya.
Bayu melengos. Idih situ oke pak tua??
Mereka berjalan menyusuri area sayuran. Bayu yang menggendong mike jadi kerepotan untuk memilih sayur yang mau dimasak. Tangan kanannya kesusahan mengaduk-aduk isi freezer, sementara tangan kirinya mencengkeram kuat-kuat tubuh mike. dia membolak-balikkan wortel dalam kemasan. Mencari yang berwarna orange segar dan gemuk-gemuk. Ketika dirasa pegal Bayu memindahkan gendongan mike ke tangan kanannya sampai tiba-tiba tubuhnya yang sudah terasa kebas dibebani tubuh mike menjadi ringan. Bayu mengangkat kepala, dan sudah melihat mike berada dalam gendongan panji.
"Lain kali kalau kamu tidak bisa mengerjakan dua hal sekaligus cukup ngomong sama saya!! Jangan diam saja!!" Sentak Panji dengan mata galak. Bayu Cuma merengut dan mulai memasukkan sayuran-sayuran dalam kemasan di dalam trolli dorong.
"Papa, Mike tidak suka paprika!!" Suara cempreng Mike menginterupsi ketika kedua tangan Bayu semangat empat lima memasukkan lima kemasan paprika ke dalam troli.
"Saya juga tidak suka!! Benda warna warni itu pasti dicat dulu biar bisa dijual. Mike dengerin Daddy, bulet-bulet warna kuning, merah, dan ijo itu bisa merusak kesehatan kamu, jangan sekali-kali menyentuh mereka atau kamu ikutan berwarna seperti mereka. kamu mengerti Mike?"
"Ya Daddy. Mike memang tidak suka paprika."
Bayu me-roll eyesnya, " boys, they are just paprika, not alien. Not just something red, yellow, or green. They have many benefits."
"No, Pa. Once I said no, then it's really a no!"
"Yeah, kamu dengar Lencana!! Tidak ada paprika. Tidak ada paprika di rumah tangga kita."
Bayu menggelengkan kepala, sambil memutar matanya jengah, " fine. No paprikas."
Dia mengangkat dua tangannya lalu meletakkan paprika-paprika kemasan tersebut ke dalam freezer lagi. Dia melenggang ke deretan bayam. Mengambil sayuran hijau tersebut dalam jumlah banyak.
"Lencana stop!!!" Panji menepis tangan Bayu kuat, "kamu kira saya kelinci dikasi rumput sebanyak ini?" Komplainnya jengkel, mengembalikan tujuh bayam kemasan ke tempat semula.
"Apa-apaan nih?"
"Saya tidak akan membiarkan kamu menghancurkan lambung saya dengan daun-daun hijau itu Lencana."
Panji mendelik gusar, kemudian dia menatap Mike, " you hear me son. Grass just for rabbits. We can die consuming them."
"Really Dad?"
"Of course son. Say no to grass!!"
"Pa, tidak ada rumput. Mike bukan kelinci papah. Mike pengen daging, bakso, ama sosis,..!!!"
"Demi tuhan, tuan-tuan ada apa di otak kalian? Mereka bukan rumput. Mereka bayam. bayam. for god's sake they are spinach," sungut Bayu gondok, mengambil kembali bayam-bayam itu dan lansgung mencampakkan ke dasar troli
"Tapi penampilan mereka tidak terlihat seperti bayam Lencana. Mereka itu benar-benar rumput. Mereka itu makanan kelinci. Kita tidak punya kelinci di rumah. Atau kamu pengen satu, saya bisa membelikannya."
"Siapa orang dungu yang meloloskan kamu menjadi dosen?" Sengak Bayu masygul, dia melipat kedua tangannya, menilik manik coklat di hadapannya dengan geram, "kalian butuh vitamin a dan k. Makan bayam atau saya pastikan tidak akan ada makanan di meja makan?" Dia berpaling. Mencekal pergelangan trolli lalu mendorongnya ke arah berlawanan, dan sudah akan berbelok ke freezer khusu daging tatkala sebuah tangan besar dan berat menjatuhi permukaan tangan kanannya. Menyelusup di antara sela-sela jarinya. Meremas perlahan, lalu menggenggamnya kuat. Bayu menoleh dan mendapati Panji sudah ada di sampingnya dengan Mike yang tertawa-tawa dalam gendongan.
"Maafkan kami papaaah. Kami janji deh makan bayam tapi tidak untuk paprika."
Bayu memutar bola mata jengah. Masih berapa lama lagi seksi belanja merepotkan ini tuhan?
Tapi ternyata belanja ini tidak merepotkan. Jauh dari itu. belanja dengan dua cowok super duper cerewet bener-bener amat sangat merepootkan sekali kalau kalian ingin tahu. Bayu sampai menegangkan otot hanya demi bisa memasukkan sawi putih ke troli. Sementara Panji tetap setia dan bersikukuh jika lembaran-lembaran gradasi hijau muda dan putih itu pasti makanan ayam. Demi tuhan Bayu mau meledak saja rasanya.
Tiga jam dan ini merupakan rekor terpanjang Bayu menghabiskan waktu untuk berbelanja. Dua laki-laki kompak itu ternyata melewati sesi belanja kebutuhan daging dengan berbunga-bunga. Tak tanggung-tanggung mereka begitu sepakat memasukkan sepuluh kemasa daging sapi, sepuluh kemasana bakso, dan sepuluh kemasan sossis. Tidak ada perdebatan lebih dulu, bahkan saat belanja daging seolah-olah melupakan jika di samping mereka ada Bayu yang hanya bisa pasrah saja.
Tas-tas belanjaan sudah di bawa petugas untuk di masukkan ke mobil Panji ketika tangan Panji kembali menggenggam tangan Bayu. Mengkaitkan ruas jari-jarinya. Lalu menyeret Bayu ke counter baju khusus cowok. Dia memillih baju banyak banget. Sementara Bayu yang sudah kecapaian memutuskan untuk beristirahat sambil duduk di kursi tunggu bersama Mike yang sedang tiduran sambil mainin tablet.
Bayu menguap, mengedarkan pandangannya ke tiap sudut ruangan baju mewah ini. Alunan musik dengan beat pelan serta ayunan hawa sejuk dari hembusan ac membuat mata Bayu mengantuk dan bertambah berat. Mungkin dia sudah akan tertidur jika saja sebuah tepukan lebut dia rasakan di kedua belah pipinya. Samar-samar Bayu membuka mata dan mendapati Panji sedang berlutut di hadapannya.
"Dasar pembantu nggak tahu diri. Capek-capek saya belanja tapi kamu malah enak-enakan tidur. Bangun!!!" Bentaknya sambil menarik Bayu untuk berdiri.
"Saya benar-benar capek tuan."
"Kamu digaji tidak untuk capek dan tidur." Panji menoleh ke arah Mike yang masih berkutat dengan tabletnya, "Mike kamu tunggu di sini. Daddy mau belikan baju dulu buat Papa."
"Ok Dad."
Bayu sepertinya sudah sangat mengantuk hingga dia tak ambil pusing dengan omongan-omongan Panji. Selama ini kan ucapannya yang galak itu memang absurd banget. Jadi dia diam aja. mingkem. Mau dibelikan baju?? Bagus, Bayu sudah lupa rasanya pakai baju baru. Tapi beliin bajunya nggak gini-gini juga kaliii.
Bayu menahan d**a bidang Panji yang sudah berada di ambang pintu. Matanya berputar malas sambil menatap majikannya ogah-ogahan.
"Nggak harus nganterin saya ke ruang ganti segala kan tuan?" dia berdecih sebal.
"Tidak bisa saya harus ikut."
"Ayolah tuan aku Cuma mau mencoba baju yang tuan beli untukku."
"Tapi saya pengen menjadi satu-satunya yang melihat kamu mencoba pakaian ini Lencana. Ini bukan permintaan ini perintah!!!"
Sekali lagi Bayu menggelengkan kepala malas. Dia menepi untuk memberikan jalan Panji masuk ke bilik ganti. Menutup pintu kemudian menguncinya, dia berbalik tapi sesuatu yang sangat besar tau-tau menghimpit tubuhnya di antara daun pintu.
Bayu terkesiap. Pikirannya berloncatan kesana kemari. Dia meneguk salivanya lamat-lamat. Panji mencondongkan kepalanya di cerukan leher Bayu. Deru nafas hangatnya yang beraroma vanilla latte menerpa permukaan kulit leher Bayu. Bayu menggelinjang kegelian. Apalagi saat Panji mengendus bau tubuhnya dan mencoba menghirup dalam-dalam aroma tubuh Bayu. Ujung hidung kelewat mancungnya bergesekan dengan leher Bayu. Dan itu bahaya banget mamen. Bahayaa!! Dua orang pria dewasa sedang berada di dalam satu kamar ganti yang sama apa kira-kira yang paling enak dilakukan?
a. Mengocok arisan
b. Kosidahan
c. ciuman
d. Ngentot
e. Jawaban c dan d benar
"Mulai sekarang jangan panggil saya tuan," desah Panji dengan suara sangat seksi, ujung bibirnya mengecapi kulit leher dan bahu Bayu
.....
.....
.....
"Panggil saya Daddy!!!"