Part 3

1371 Kata
Syella berjalan menuju kelasnya tetapi pikirannya menerawang pada kejadian antara dia dan Rafa ditaman belakang sekolah tadi. Ia menghela nafas,hatinya benar-benat lelah. Syella segera memasuki kelasnya setelah sebelumnya dia berjalan dari ruang bk karena ketahuan membolos. "Dari mana saja kamu??" Ucap bu Rini  sang guru fisika dengan garangnya. "Ruang bk bu" ucap Syella santai. Guru itu mendecak sebal,"Kasus apa lagi yang kali ini kamu buat Syella??" Tanya bu Rini  lagi dengan tatapan tajamnya. "Cuma bolos bu" ucap Syella sambil jalan menuju kursi yang biasa dia tempati tanpa rasa takut sedikitpun. "Hey enak saja kamu, sudah telat masuk kelas saya langsung ingin duduk saja, sekarang kamu kerjakan soal dipapan tulis, cepat" ucap bu Rini  tak sabar. Syella memutar mata malas, ia segera menyelesaikan lima soal yang ada di papan tulis tersebut, dan kurang dari dua menit semua soal sudah selesai. Gadis itu meletakan kembali spidol hitam yang dipakainya, "Sudah bu," ucap Syella santai sambil berjalan menuju kursi sedangkan bu Rini  dan teman sekelasnya hanya menatap kagum karena Syella berhasil menyelesaikan soal yang menurut mereka sangat rumit. Matanya sempat bertemu dengan mata hitam legam milik Rafa. Hanya sesaat,sebelum ia mengalihan pandangannya. Beberapa ada yang bertepuk tangan dengan wajah kagum. Melihat cara Syella mengerjakan soal itu. Tak terasa bel pulang sudah berbunyi, semua murid segera membubarkan diri dan pulang kerumah mereka masing-masing begitu pun dengan Syella. "Bi, Syella udah pulang " teriak Syella begitu sampai didalam rumahnya, para pelayan yang mendengar itu hanya mengeleng gelengkan kepalanya. "Eh non Syella udah pulang, yaudah non sekarang mandi dulu aja,nanti bibi siapin makanan" ucap bi Inah lembut dan Syella mengaggguk semangat. Malamnya Syella tidak bisa tidur nyenyak, pikirannya melayang memikirkan kedu orangtuanya ia sangat merindukan mereka, tetapi dia juga merasa kecewa, kecewa kenapa orangtuanya tidak pernah datang melihatnya di sini? kenapa mereka selalu mengabaikannya?. 'apa mereka tidak pernah merindukanku??' Tanpa ia sadari rasa rindu kan kecewa itu bercampur menjadi satu. mata indahnya mulai mengeluarkan air mata karena begitu merindukan orang tuanya tetapi disisi lain dia pun merasa kecewa dan tak terlalu berharap. Esoknya Syella datang ke sekolah dengan mata sedikit sembab dan wajah yang juga sedikit pucat. "Syel, lo gak kenapa? Mata lo sembab, wajah lo pucet banget" tanya Gina khawatir. "Gak gue gapapa kok, lo tenang aja" ucapnya santai. Padahal kepalanya sekarang terasa begitu pusing. Cindi yang tadinya hanya diam tiba- tiba berkata, "Lo sakit kan?? Ayo kita ke uks" ucapnya dengan nada mengajak. "Gak, gue sehat kok, udah lo berdua gak usah khawatir tuh bu Indri udah mau masuk ke kelas" ucap Syella sambil pura pura tersenyum, dan mereka berdua pun terdiam karena benar saja sang guru sudah berada di depan kelas mereka. Saat pelajar berlangsung Syella tidak fokus menyimak materi yang diberikan guru, tanpa diketahui guru gadis itu pun tertidur dikelas. Syella tak menyadari seseorang mengamati gerak-geriknya di kelas sedari tadi. Rafa, lelaki itu sebenarnya memerhatikan Syella sejak awal Syella masuk kelas. 'wajah pucat, matanya bengkak  apa dia sakit?' Pikir Rafa dengan perasaan begitu khawatir. Saat istirahat pun Syella memilih untuk tetap dikelas,karena kepalanya sangat pusing. Untung kedua sahabatnya percaya ketika ia bilang hanya mengantuk. Bel pulang terdengar , hanya tinggal beberapa orang saja yang masih terdapat didalam kelas termasuk Syella dan Rafa. Rafa melirik kearah Syella yang sedang tertidur diatas mejanya dan segera menghampirinya.   "Hey, Syella ayo bangun" ucap Rafa sambil berusaha membangunkan Syella dengan mengusap rambut gadis itu dengan lembut. "Hmm" jawab Syella hanya bergumam. "Kamu sakit? aku antar pulang" ucap Rafa dan Syella hanya diam. "badan kamu panas" ucap Rafa saat meletakan tangannya dikening Syella. "gak usah. Gue bisa pulang sendiri" jawab Syella dengan suara pelan. "Aku antar kamu pulang dan gak ada penolakan, gak baik kalau kamu mengendarai mobil waktu sakit kaya gini, mobil kamu nanti aku suruh orang untuk jaga" ucap Rafa tegas tetapi penuh dengan kekhawatiran Syella hanya menetap orang dihadapannya dengan malas. Syella akhirnya hanya bisa mengangguk pelan, Rafa langsung mengambil tas gadis itu dan membawanya lalu menggengan tangan Syella, menuntunnya keluar dari kelas. Syella menarik tangannya, “gue bisa jalan sediri” katanya, dan Rafa hanya mengangguk pelan membiarkan gadis itu berjalan didepannya. Dalam perjalanan Syella tertidur lelap, Rafa yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecil. Rafa memang sudah mengetahui dimana letak rumah Syella, karena dia pernah beberapa kali mengantar-jemput Syella selama mereka berpacaran dulu tetapi tidak sampai masuk kedalam rumahnya. Dengan hati hati Rafa menggendong tubuh mungil Syella dan menekan bel rumah tak lama bi Inah membuka pintu. "Ya ampun non Syella kenapa nak??" Tanya bi Inah khawatir. "Gakpapa bu, Syellanya tadi di sekolah sakit terus sekarang cuma tidur aja" ucap Rafa sambil tersenyum ramah. "Ya sudah tolong bawa Syella ke lantai dua nak, pintu warna abu abu itu kamarnya, bibi mau bikin bubur dulu" ucap bi Inah sambil menunjuk pintu berwarna abu abu dilantai dua. Setelah itu Rafa segera menaiki tangga dan menuju kamar Syella dan Rafa membaringkan Syella dikasur kemudian menyelimutinya. "Have a nice dream, jangan sakit. Gue khawatir" ucap Rafa pelan sambil menatap wajah Syella yang terlihat begitu damai. Ketika Rafa ingin pamit pulang bi Inah mengajak Rafa bicara diruang tamu. "Siapa nama kamu nak?? Apa Kamu pacarnya Syella??" Ucap bi Inah ramah. "Rafa bi, saya hanya temannya" ucap Rafa ragu. "Bu maaf ,tapi kok sedari tadi saya nggak liat orang tuanya Syella ya??" Tanya Rafa hati hati. "Panggil bi Inah aja, Syella juga manggil bibi seperti itu. Non Syella ngga pernah cerita sama kamu ya tentang keluarganya?" tanya bi Inah sambil tersenyum ramah. Rafa hanya menggeleng pelan. Syella memang selalu tertutup tentang keluarganya. "Dulu mereka kelurga yang harmonis. Tapi beberapa tahun ini tuan dan nyonya memilih menetap di Jerman karena urusan pekerjaan. Syella sebenarnya butuh teman dan dia tidak senang sendirian, bibi tau sebenarnya Syella kesepian karena orang tuanya tidak pernah datang walau hanya menjenguknya disini" ucap bi Inah membuat Rafa terdiam bisu. "Dia sebenarnya anak yang baik tapi karena tidak mendapat kasih sayang  yang cukup dari orang tuanya dia menjadi anak nakal disekolah. Tapi sebenarnya Syella itu anak yang manja, dia ingin diperhatikan. Dia tidak suka sendirian, jika disekolah mungkin dia sering membuat masalah tapi jika dirumah dia sering melamun, tatapan matanya sering mengisyaratkan bahwa dia sedang sedih sekitar 5 bulan yang lalu non Syella jadi lebih ceria tapi 2 bulan belakangan dia kembali murung bahkan dia sering menangis diam diam , bibi tau dia sering menangis karena jika bangun matanya sering sembab" ucap bi Inah sambil menghela nafas. Rasa bersalah makin menyeruak dihati Rafa. ‘Aku janji aku akan bikin kamu senyum lagi, aku janji’ ucap Rafa dalam hatinya. Tak lama kemudian Rafa berpamitan pulang, ia pulang membawa sedikit rasa bersalah yang masih tertinggal dalam dirinya.     Syella membuka matanya perlahan yang sekarang ingat tadi ia seperti mendengar suara Rafa dan terakhir ia merasa ada yang mengangkat tubuhnya lalu dia tidak mengingat apapun dan sekarang kepalanya sedikit pusing. "Syella bibi udah bikinin bubur, bibi tunggu dibawah ya " suara keibuan bi Inah terdengar jelas ditelinga Syella. "Iya bi syela ganti seragam dulu" ucap Syella. Entahlah, tapi jujur ada rasa senang ketika Rafa masih mengkhawatirkannya. Pertahanan yang Syella bangun, perlahan mulai goyah. "Bi ayo temenin Syella makan, Syella nggak mau sendirian" ucap Syella sedikit manja saat ia sudah turun dari kamarnya. Bi Inah hanya tersenyun melihat tingkah Syella yang berubah manja. "Non bibi mau ngomong sesuatu" ucap bi Inah gelisah, setelah makan malam selesai mereka sekarang berada diruang keluarga. "Apa bi ?? Ngomong aja " ucap Syella sambil tersenyum. "Anak bibi, Tiara sakit " ucap bi Inah gelisah. "bibi mau ijin ke non Syella bibi mau pulang ke kampung selama dua minggu, nanti bibi pasti balik lagi kesini nemenin non Syella lagi" lanjut bi Inah, semua keluarga bi Inah memang tinggal di kampung halamannya. "Ya udah bi gak apa-apa Syella juga tau keadaan bibi, yaudah nanti Syella pesenin tiket pesawat ya supaya bibi bisa lebih cepet nyampenya, tapi bibi jangan lupa balik lagi kesini kalau engga nanti Syella kesepian" ucap Syella sambil menahan sedikit kesedihannya. "Iya non terima kasih banyak ya" ucap bi Inah. "Ya udah ayo Syella bantuin bibi ngemasin baju-baju dikamar" ucap Syella dengan senyum kecil diwajahnya. Jam 9 malam Syella sudah mengantar bi Inah kebandara setelah itu dia segera melemparkan tubuhnya ke atas kasur empuknya tiba tiba hp Syella berbunyi tanda pesan masuk. Ia merasa tubuhnya sudah lebih sehat dibanding saat pagi tadi. LINE Rafa.imanuel.w “udah baikan?” Syella mengabaikan pesan singkat itu, tapi pesan lainnya kembali masuk. Rafa.imanuel.w “kalau sudah baikan, besok aku jemput. Jangan nolak, kunci mobil kamu masih di aku.” Syella.lucianaA "Y" Syella menghela nafasnya setelah membaca pesan singkat yang kata-katanya malah seperti ancaman. Otaknya kembali memikirkan lelaki itu. Lelaki yang menyakitinya, tetapi dia adalah laki laki yang sudah berpuluh puluh kali meminta maaf kepadanya. Dan hatinya mulai ragu dengan keputusan yang ia ambil pada waktu lalu. hati aku bingung Raf..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN