Berdebar Hati

2345 Kata
Pagi ini seluruh siswa dan siswi sudah berkumpul di dalam kelas saat bel sudah terdengar. Kelas 12 IPA 2 termasuk kedalam murid yang rajin dan minim sekali melakukan pelanggaran telat sekolah. “Anak-anak sekarang kalian keluar semua dan segera menuju lapangan futsal. Karena akan ada pertandingan futsal antara SMA kita dengan SMA SUKA MAJU. Kepala sekolah ingin untuk kalian memberi support pada team futsal sekolah kita.” Ucap wanita paruh baya yang menjadi wali kelas XII MIPA 2. “Jadi kelas free bu?” tanya seorang lelaki. Wali kelas yang bernama Bu Ratna itu pun mengangguk, membuat seluruh isi kelas teriak kegirangan. Bagaimana tidak, mereka terbebas dari pelajaran yang membuat mereka kelaparan dan juga mengantuk. “Iya, kelas akan free.” Tambah bu Ratna. Kelas pun semakin ramai dibuatnya dengan teriakan mereka. Tidak hanya kelas XII MIPA 2 saja, tapi seluruh kelas di sekolah ini berteriak kegirangan. Semua siswa dan siswi pun berjalan menuju lapangan futsal dengan membawa minuman atau tangan kosong. Berbeda dengan Allana yang membawa kamera polaroidnya yang menggantung di lehernya dan tangannya yang membawa sebotol air mineral. Tidak seperti biasanya, jika kepala sekolah menyuruh seluruh siswa dan siswi pergi kelapangan futsal untuk memberikan support, bahkan tidak seluruh siswa yang datang. Melainkan hanya setengah atau seperempat saja. Tapi sekarang, hampir seluruh siswa dan siswi melihat. Terlebih lagi perempuan. “Tumben banget ramai, Lis.” Ucap Allana dengan mata yang mencari-cari tempat kosong. Allana pun menarik tangan Lisa saat melihat tempat kosong di tribune bagian bawah. “Ya iyalah bakalan ramai. Yang main aja teamnya Athalla.” Jawab Lisa. Mata Allana menemukan sosok Athalla, laki-laki yang terkadang membuat moodnya buruk. Tetapi, kini Athalla menjadi laki-laki yang membuat moodnya membaik. Allana menelan salivanya dengan susah payah, saat melihat Athalla berjalan memasuki lapangan dengan memakai jersey futsal berwarna hitam putih. Aura tampan Athalla keluar saat memakai baju jersey berwarna tersebut. “ATHALLA.” “ATHALLA SEMANGAT.” Lapangan futsal pun ricuh, teriakan hampir seluruh siswi disini hanya untuk Athalla. Allana yang mendengarpun merasa jengah. Akhirnya, Allana pun mengalihkan pandangannya pada kamera polaroid yang dibawanya. Sedangkan Lisa sedang mencari dimana keberadaan Reza, karena semalam Reza memberitahu Lisa jika teamnya akan bertanding hari ini. Senyum Lisa mengembang saat Reza melambaikan kedua tangannya pada Lisa. Lisa pun tersenyum sambil membalas lambaian tangan Reza dengan kepalan yang menandakan semangat. Reza tersenyum sembari mengangguk karena sudah mendapatkan semangat dari calon kekasihnya. Mata Athalla bergerak kesana-kemari seperti mencari seseorang yang sedang duduk di tribune. Athalla tersenyum saat melihat orang yang dicari sedang menduduk sambil mengutak-atik kamera yang dibawanya. Suara peluit terdengar dan bola pun mulai digiring oleh lawan, mata Allana pun mendadak melihat kearah lapangan. Semua anggota team pun berusaha merebut dan memasukkan bola kedalam gawang lawan. Entah dorongan darimana, Allana mulai mengarahkan kameranya kearah lapangan futsal. Ia mulai memotret, Athalla. Foto pertama Allana dapatkan saat Athalla menggiring bola dan ingin mengoper ke teman satu teamnya. Foto kedua, Allana dapatkan saat Athalla berdiri dengan tangan di pinggang sembari menunggu datanganya bola. Dan foto ketiga, Allana dapatkan saat Athalla hendak memasukkan bola ke gawang lawan. “GOAL.” Allana terkejut saat tiba-tiba seluruh siswa dan siswi berteriak kegirangan, termasuk Lisa yang duduk disampingnya. “Siapa yang ngegoalin?” tanya Allana pada Lisa yang tampak serius melihat pertandingan futsal tersebut. “Athalla.” Jawab Lisa. Allana pun kembali mengalihkan pandangannya pada lapangan futsal. Ia mencari dimana sosok Athalla. Ternyata orang yang dicarinya sedang berlari untuk kembali memasukkan bola ke gawang lawan. “GOAL.” Lagi, dan kali ini Athalla juga yang berhasil memasukkannya. Senyum Allana mengembang saat melihat Athalla tersenyum sambil memeluk temannya. Tetapi sesaat, jantung Allana serasa terhenti saat matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Athalla. Athalla tersenyum pada Allana sebelum kembali fokus pada pertandingannya. Keringat yang membasahi tubuh Athalla, membuat perempuan yang melihatnya meleleh. “Gila sih Athalla. Pantas jadi kapten, mainnya cekatan banget.” Ucap salah seorang laki-laki pada temannya yang duduknya tidak jauh dari tempat Allana. Senyum Allana terpancar jelas saat mendengar seseorang yang memuji Athalla. Tapi hatinya terasa panas saat ada seorang perempuan membuat Athalla taruhan. “Kalau Athalla selesai main futsal, gue akan kasih dia minum. Dan kalau sampai dia terima minum dari gue, lo harus beliin gue tas channel.” Ucap salah seorang perempuan berambut panjang. “Lo gila? Athalla gak segampang itu.” Balas temannya yang berambut pendek. Allana terus mengamati kedua perempuan itu yang tengah merebutkan Athalla. Dan kedua telinga Allana ia pasang untuk mendengarkan dengan jelas percakapan keduanya. “Lo lupa? Gue udah dekat sama Athalla seminggu yang lalu.” Jawab perempuan berambut panjang dengan senyum kemenangan yang terpancar diwajah cantiknya. Siapa perempuan itu, pikir Allana. Dia sudah mendekati Athalla, itu tandanya Athalla mempunyai gebetan saat ini. Apa ia juga bisa dekat dengan Athalla? Saat wasit tiba-tiba meniupkan peluit, suara tepuk tangan pun terdengar jelas karena di babak pertama di memenangkan oleh team Athalla dengan score 2-1. Allana pun tersenyum dan ikut memberikan tepuk tangan. Tetapi senyum itu perlahan memudar saat Allana melihat Athalla berjalan kearahnya bersama Reza. Memang tidak bisa dipungkiri, ketampanan Athalla bertambah dua kali lipat saat keringat membasahi tubuhnya. “Atha, kamu keren banget sih mainnya tadi.” Ucap perempuan yang tadi membuat Athalla sebagai bahan taruhan. Entah kenapa, Allana merasa panas saat melihat Athalla tersenyum kearah perempuan tersebut. Allana merasa kesal karena perempuan tersebut menjadikan Athalla bahan taruhan tanpa sepengetahuan Athalla. “Kamu pasti haus kan? Ini nih aku bawain ice cofee biar kamu makin semangat mainnya nanti.” Ucap perempuan tersebut dengan menyodorkan botol minuman pada Athalla. Allana pun mengalihkan pandangannya dan tidak berniat untuk ikut campur pada mereka. Lisa dan Reza yang menyadarinya pun tertawa. “Lo kesal sama Athalla?” tanya Lisa pada Allana yang memasang wajah tidak pedulinya. Allana menggeleng. Mendadak tenggorokannya kering, Allana pun membuka penutup botol pada air mineral yang dibawanya tadi. Tetapi saat Allana hendak meminumnya, botol air mineralnya ditarik begitu saja. Sehingga membuat Allana tidak jadi untuk meminumnya. “Ahh...” terdengar suara seseorang yang puas karena meminum minuman Allana. Athalla yang duduk di samping Allana pun memberikan kembali botol minum pada Allana. Dan Allana pun menarik dengan paksa botolnya lalu menutupnya dengan rapat. Membuat Athalla tertawa gemas. “Gak usah ngambek gitu deh. Nanti gue beliin satu galon buat lo.” Ucap Athalla pada Allana. Allana tidak menjawab dan malah memilih untuk mengalihkan fokusnya pada lapangan futsal. “Gue udah berusaha nge-goalin buat lo. Malah dicuekin.” Ucap Athalla dengan nada sedih dan juga ikut memalingkan fokusnya pada lapangan futsal. Apa itu benar? Pikir Allana. Tapi tidak mungkin, karena itu pasti untuk team. Athalla hanya ingin membuat moodnya kembali membaik saja. Allana pun mengubah arah pandangnya untuk fokus ke wajah Athalla. Allana terdiam saat dapat melihat wajah Athalla yang penuh dengan keringat dari dekat. Athalla yang merasa terus dilihat oleh Allana pun akhirnya mengarahkan arah pandangnya kearah Allana. Kini mata mereka bertemu, dan senyum Athalla mengembang. “Gue suka ada lo disini.” Ucap Athalla yang terus fokus pada kedua bola mata Allana. Untuk beberapa menit mereka terus bertatapan seperti ini, sampai akhirnya jam istirahat pun selesai dan Athalla harus kembali kelapangan. Tetapi sebelum itu, Athalla mendekatkan wajahnya keraha telinga Allana. “Lo orang yang cukup menarik perhatian gue, Allana.” Bisik Athalla yang membuat kedua pipi Allana bersemu merah. *** Setelah menghabiskan beberapa waktu di lapangan futsal, kini Allana mengajak Lisa untuk mengisi perutnya yang mulai lapar. Allana dan Lisa duduk di tengah-tengah meja kantin yang sepi. Memang, sebentar lagi akan berakhir pertandingannya tapi Allana sudah kelaparan. Dan Lisa juga sempat menolaknya tadi. Lisa ingin melihat Reza dan teamnya memenangkan pertandingan ini. Tetapi kini Lisa berakhir di kantin dengan Allana. Ditemani dengan mie instan, ice lemon tea, dan air mineral. Allana mengeluarkan beberapa foto hasil jepretannya tadi dari dalam sakunya. Ia melihatnya dengan senyum yang tiba-tiba saja mengembang. Wajah Athalla terlihat sangat tampan disitu. Dan untung saja Lisa tidak menyadari jika Allana sedang tersenyum saat melihat kertas foto tersebut. Allana pun mengambil karet rambut berwarna pink dari dalam saku bajunya. Ia mulai merapikan rambutnya, lalu mengikat semua rambutnya dengan rapi. Setelah selesai mengikat, Allana membuka penutup mienya sembari mengaduk hingga rata. Allana mengangkat mienya dengan garpu sambil meniupnya sedikit supaya tidak terlalu panas saat dimakan. Allana menunduk dan mulai memakan mienya. Beberapa menit yang lalu memang damai bagi Allana, tapi sekarang tidak. Allana terkejut saat rambutnya kembali terurai. Allana pun mengangkat wajahnya sembari menguyah mie yang ada di dalam mulutnya. Kedua mata Allana terbelalak kaget saat melihat Athalla sudah duduk di sampingnya. “Gue tahan karet rambut lo, dan selama karet lo masih gue pegang, jangan pernah ikat rambut lo.” Ucap Athalla dengan menatap mata Allana tajam. “Malas banget. Mending gue beli lagi.” Ucap Allana dengan kembali melanjutkan makan mienya. “Gue ambil lagi lah.” Jawab Athalla dengan tersenyum kearah Allana walaupun Allana tidak melihatnya. Allana pun mengalihkan pandangannya untuk melihat wajah Athalla dengan raut wajah kesal. “Memangnya lo mau koleksi karet rambut cewek?” tanya Allana dengan kesal. Athalla mengangguk dan membuat Allana jengah. “Sepertinya mulai sekarang gue akan koleksi karet rambut cewek.” Jawab Athalla. Allana pun tidak menghiraukan keberadaan Athalla yang duduk di sampingnya. Allana terus melanjutkan makannya. Sedangkan Athalla terus memutar otaknya untuk membuat perempuan disampingnya ini kesal. “Lo panggil Ana?” tanya Athalla dengan berteriak sembari menunjuk Allana yang sedang makan. Allana pun masih asik dengan makanannya dan tidak menghiraukan Athalla. “Na, lo di panggil tuh.” Ucap Athalla dengan menyenggol lengan Allana pelan. Allana pun mengalihkan pandangannya. Kedua matanya mencari-cari seseorang yang telah memanggilnya. Tapi tidak ada, sekalipun ada orang. Mereka sibuk dengan makanannya. “Mana sih?” tanya Allana dengan kembali mengalihkan arah pandangnya kearah Athalla. Allana terkejut saat melihat Athalla memakan habis mienya. Athalla tersenyum kearah Allana dengan wajah tak berdosanya. Allana memejamkan matanya seraya menghela nafas, mencoba untuk sabar akan sikap Athalla yang menjengkelkan. “Gue lapar.” Ucap Athalla sembari tersenyum. Pantas saja jika Athalla lapar. Allana pun mengalihkan pandangannya dan meraih ice lemon teanya, lalu meneguknya habis. Reza dan Lisa yang melihat kelakuan Athalla pun ikut tertawa dan semakin membuat Allana kesal. Athalla yang mulai kehausan itu mengambil air mineral milik Allana, lalu menghabiskannya. Allana pun menatap Athalla dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa, semua miliknya dihabiskan Athalla begitu saja. “Ngeselin banget sih.” Lirih Allana. “Gue dengar, Ana.” Balas Athalla. “Lagian kenapa lo gak ganguin gebetan lo aja sih.” Ucap Allana sembari menatap Athalla dengan kesal. Athalla kebingungan saat Allana menyebutnya sudah mempunyai gebetan. “Siapa?” tanya Athalla kebingungan. “Athalla gak punya gebetan, Allana.” Sahut Reza menambahi. Allana juga menjadi bingung. Lalu siapa perempuan yang sudah membuat Athalla menjadi taruhan tersebut. “Siapa yang udah ngaku jadi kebetan gue?” tanya Athalla kembali saat Allana tidak kunjung menjawab. “Cewek yang tadi ngasih lo ice lemon tea.” Jawab Allana. Athalla tampak berpikir, siapa cewek yang sudah memberikannya ice lemon tea. “Alina?” jawab Athalla dan Reza bersama. Allana mengangguk ragu, “Siapa pun itu, gue cuma mau kasih tahu ke lo. Kalau cewek itu kayaknya cuma mau manfaatin ketenaran lo. Sebelum dia ngasih lo minum, dia buat taruhan sama temannya yang rambut pendek.” Ucap Allana sembari bercerita semua yang ia dengarkan tadi. “Taruhan apa?” tanya Lisa penasaran. “Dia bilang ke temannya kalau dia bakalan berhasil ngasih minumannya ke Athalla. Dan kalau si Alina itu berhasil, temannya bakalan beliin Alina tas channel, dan dengan bodohnya Athalla terima itu.” Lanjut Allana dengan raut wajah kesal. Athalla tersenyum, setidaknya Allana perduli padanya karena mau mengingatkan jika Alina tidak baik untuknya. “Lo bilang gitu, karena khawatir sama gue kan? Dan lo ngga mau kalau gue dimanfaatin kan?” ucap Athalla dengan percaya dirinya. Allana menggeleng dengan wajah datarnya, “Gue kasihan sama temannya yang di suruh beliin tas channel. Karena harganya yang mahal, mama gue gak mau lagi beliin tasnya.” Jawab Allana yang masih memasang wajah datarnya. Athalla langsung memasang wajah datarnya. Kepercayaan dirinya hilang begitu saja. “Tapi, lo kata siapa kalau Alina gebetannya Athalla?” tanya Reza dengan menatap Allana meminta jawaban. “Kata dia sendiri. Dia bilang sudah dekat sama Athalla selama satu minggu.” Jawab Allana. “Tunggu, kalau lo gunain telinga lo sebaik mungkin buat nguping, tapi kenapa lo gak gunain kedua mata lo dengan baik?” tanya Athalla dengan menatap Allana. Allana menatap Athalla dengan tatapan tidak percaya. Bahkan setelah ia memberitahunya hal baik, Athalla tidak berterima kasih padanya. “Lo kira gue minus?” teriak Allana kesal. “Gue sih gak bilang. Tapi asal lo tahu. Gue gak terima minuman itu. Dan gue lebih terima minuman dari lo.” Ucap Athalla. Lagi, hanya dengan ucapan Athalla. Jantung Allana seakan terhenti. Bagaimana bisa laki-laki yang baru di kenalnya selama dua hari ini sudah bisa membuat jantungnya bekerja tidak semestinya. Mata mereka kembali bertatap dalam beberapa waktu, hingga akhirnya ada seseorang yang ikut gabung dalam pembicaraan. “Boleh gabung?” Mata Allana menangkap siapa perempuan yang sedang berbicara tadi. Dia, Alina. “Kenapa gabung? Masih banyak tempat kosong kan?” ucap Allana dengan senyum yang ia paksa untuk Alina. “Gue gak bisa kalau lagi makan suasananya sepi.” Jawab Alina yang berusaha mencari cela untuk bergabung. “Yaudah, kalau gitu makan di lapangan futsal aja.” Jawab Allana yang mencari cela supaya Alina tidak bisa bergabung. Alina menatap Allana dengan kesal. Seolah tidak memperhatikan ucapan Allana, kini Alina menarik kursi dari meja lain lalu di tempatkannya tepat disamping Athalla duduk. Alina duduk dan menaruh makanannya di atas meja, begitu pun dengan temannya yang berambut pendek. Allana pun bangkit, sembari menatap kearah Lisa untuk menyuruhnya berdiri juga. “Tapi sayangnya, gue lebih suka tempat sepi saat makan. Gue pergi dulu ya. Ayok Lis.” Ucap Allana dengan senyumnya sambil mengajak Lisa pergi. Lisa pun berdiri, begitu juga dengan Reza. Saat Allana hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, Athalla menarik tangannya. Athalla juga ingin bangkit, tetapi ia tidak bisa pergi karena tangannya ditarik oleh Alina. Akhirnya Athalla mendekatkan wajahnya kearah telinga Allana, “Izinin gue berjuang buat dapatin lo, Al.” Bisik Athalla.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN