Chapter 3

1078 Kata
Jonathan menarik tangan Joana. Dengan menaiki kereta menuju rumah Jonathan. Jonathan membawa Joana kerumahnya hanya untuk bermain seputar game atau bertukar pikiran hal kreatif lainnya. Jurusan Jonathan adalah design grafis. Tidak seperti Joana yang melakukan cuti hanya untuk menjaga toko bunga miliknya. “Apa pekerjaanmu baik?” Tanya Jonathan kepada Joana dengan memegang tali gagang untuk Jonathan berdiri di kereta. “Ya, sangat baik. Bahkan ibu selalu membantuku. Tabunganku sudah hampir banyak jadi aku bisa kuliah lagi bersamamu.” Joana memegang baju kekasihnya. Seharusnya ia sudah berpisah, beberapa kekasihnya juga mengajaknya berpisah karena sudah tidak tahan dengan sifat Joana yang selalu protektif. Jonathan tersenyum dengan mengusap Joana. “Sebentar lagi kita akan sampai. Jika kau mengantuk kau bisa tertidur sebentar.” Joana menggeleng sesekali tersenyum. “Kau saja yang tidur.” 5 jam berlalu. Kereta sudah berada di wilayah rumah Jonathan. Dengan banyaknya bangunan Bahkan gereja, ditambah lagi akses-aksen ukiran bangunan yang menarik membuat banyak para wisatawan untuk berkunjung ke NYC. Joana berjalan di samping Jonathan, “Apa kau tahu jika hubungan kita ini sudah hampir setahun? Tapi kau malah dijodohkan. Dasar bodoh!” ucap Joana dengan memegang rambut panjangnya. Jonathan yang mendengar langsung terkekeh, “Jika memang aku dijodohkan memangnya aku cinta? Sudahlah Joana kau jangan terus menyalahkanku. Aku ingin kita tetap selalu bersama. Memangnya salah?” Jonathan kembali menimpali Joana. Tangannya tetap menggenggam tangan Joana erat. “Salah! Jika kau sudah memiliki tunangan apalagi direstui keluarga. Pilih dia jangan memilihku,” Joana membalas apa yang Jonathan lontarkan kepadanya. Jonathan dan Joana sudah sampai di depan rumah. Dengan taman dipenuhi bunga mawar berwarna putih. Ibu Joana, Ny.Hudson menyapa Joana dengan senyum sumringah. Nyonya Hudson jauh lebih mengenal sosok Joana sebagai sahabat Jonathan. Hubungan Joana dan Jonathan tanpa Ny.Hudson ketahui membuat keduanya selalu akrab. Jika saja ibunya tahu bahwa Jonathan memiliki hubungan bersama Joana dapat dipastikan hubungan mereka akan rusak detik ini juga. “Dimana foto tunanganmu?” Tanya Joana dengan memasuki rumah Jonathan. Ny.Hudson selalu pergi ketika dipagi hingga sore hari hanya untuk bekerja sebagai pegawai tukang jahit di pusat kota. Jonathan mengambil botol air minum di dalam kulkas. Menuangkan air putih kedalam gelas. Setelah minum, Jonathan mencuci wajah dengan air di westafel. Joana hanya memandang wajah kekasihnya kini yang sedang menggeleng-geleng wajah. Banyaknya air yang membasahi wajahnya dan rambutnya membuat Jonathan terlihat semakin maskulin. Joana masih memperhatikan dengan tubuh yang bersender di dinding dapur. Dengan tangan yang menyilang dirinya tersenyum sinis, “Dasar gadis lucu.” Tatapan Jonathan begitu intens ketika kedua mata mereka saling memandang. Deg! “Jon, apakah? Kalian?” Tanya Nyonya Hudson dengan terkejut ketika anaknya bersama Joana berada di dapur. Jonathan memegang gelas dan Joana memegang celemek. Dengan terdiam mematung Joana dan Jonathan saling memandang Nyonya Hudson. “Apa yang kalian lakukan di dapur? Oh, Jon ibu hanya mau mengambil payung. Cuaca sangat panas hari ini. Joana kau bisa bermain di sini. Jon akan menjagamu. Tenang saja.” Joana pun terkejut ketika Nyonya Hudson berada di dalam rumah. Pupil matanya membulat besar. Suara pintu terdengar dari dapur ketika Nyonya Hudson mendadak pulang dan hanya mengambil payung. Cuaca sangat panas siang ini. Jonathan tertawa ketika ibunya kembali pergi, “Kau sedang memegang celemek untuk apa? Bukankah kau hanya menatapku saja? Ya. Menatap ketampananku.” Joana mendengarnya begitu merinding ketika Jonathan memuji dirinya sendiri. Joana berbalik tubuh. Dirinya berjalan menuju ruang keluarga rumah Jonathan. Membaca buku-buku di lemari ruang keluarga. Nyonya Hudson sangat gemar membaca buku sehingga dirinya selalu sering mengkoleksi buku-buku. Bahkan buku yang hanya best seller dijual sedikit saja keluarga Jonathan mampu untuk membelinya. Jonathan memeluk tubuh Joana dari belakang. Menciumi rambut kekasihnya. Sebelum memasuki ruang keluarga Jonathan sudah mengunci pintu utama, siapapun tidak bisa masuk ke rumah. Joana merasakan napas Jonathan menciumi punggungnya. Sangat intens. “Apa kau akan tetap memilih bersama tunanganmu?” Tanya Joana dengan memegang buku-buku di rak lemari. Jonathan semakin intens menciumi rambut Joana. “Sudahlah ia hanya simpanan dan kau adalah kekasihku. Setelah lulus kau akan bersamaku. Keluargaku biarkan saja. Akupun akan membuka usaha atau bekerja untuk kita menikah,” Jonathan memeluk tubuh Joana. Dengan posisi saling berdiri dan membekap tubuh Joana dari belakang. Membuat Joana hanya tertawa mendengar ocehan Jonathan. “Dasar pria lucu,” kembali lagi Joana menggoda kekasihnya. Jonathan melepas pelukan untuk Joana. Dirinya berjalan untuk mengambil kue-kue kering diatas meja. Memakannya dengan segelas sirup lychee. “Apa kau menginginkan kue ini?” Tanya Jonathan dengan membawa setoples kue kering. Ibunya Nyonya Hudson seringkali membuat kue-kue kering untuk menjamu para tamu yang datang ke rumahnya membahas design pakaian untuk dijahit. Joana mengambil buku di lemari dan mulai membacanya di ruang keluarga. Mengambil kue toples berada di pelukan Jonathan, “Aku belum membaca buku ini. Tentang cinta sejati, bisakah aku membawanya sayang?” pinta Joana kepada Jonathan. Joana selalu memanggilnya dengan panggilan sayang ketika sedang bersama Jonathan berdua. Keduanya sama-sama saling membaca buku, tertawa dan saling bercanda. Nyonya Hudson hanya mengetahui bahwa Joana adalah sahabat dekat Jonathan, ia tidak pernah mengetahui jika anaknya memiliki hubungan dengan Joana. Jika saja Nyonya Hudson mengetahuinya, mungkin persahabatan Joana dan Jonathan di mata Nyonya Hudson sudah rusak. Joana hanya tertawa, ia tetap berpaku kepada prinsipnya bahwa masa depan hanya Tuhan yang tahu. Joana tidak peduli akan apa yang Nyonya Hudson katakan. Jonathan masih tertawa bercanda bersama Joana, masih memakan kue-kue kering dengan tiga buku yang menumpuk diatas meja. Ada tiga buku baru yang Joana ambil di rak buku ruang keluarga. Joana gemar membaca buku terutama buku romance dan fantasi. Jonathan menatap kembali wajah kekasihnya. Hidungnya dan hidung Joana saling bersentuhan. Kriukkk… Suara perut Joana terdengar oleh Jonathan. Membuat keduanya memberhentikan aktifitas, “Apa kau lapar?” Tanya Jonathan dengan memeluk Joana, rambutnya kusut karena jari-jari Jonathan meremas ikatan rambut Joana. Joana mengangguk dengan manja. “Aku ingin makan. Jika ibumu tidak memasak, bagaimana jika kau saja yang memasak.” Jonathan tertawa sumringah, “Kau ingin makan masakan ibuku? Jika ibuku mendengarnya pasti kau akan dimasakin banyak makanan.” Joana yang terkekeh melihat kekasihnya tertawa memukul-mukul d**a Jonathan dengan cuitan kecil, “Kau ini gadis lucu yang jelek! Kenapa kau tertawa gadis? Kenapa?” tanyanya sambil memukul-mukul kecil di d**a Jonathan. Jonathan menurunkan tubuh Joana dari pangkuannya, “Aku akan memeriksa dapur. Biarkan aku yang memasak jika tidak ada makanan.” Joana mengambil setoples kue kering ketika Jonathan beranjak ke dapur untuk menyiapkan makanan. Joana kembali membaca buku yang ia baca, membaca buku yang terselip sebuah kalimat. Note: Untuk Jon sayangku buku ini kupersembahkan untukmu. Dari cintamu Caroline, NYC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN