.
.
Disebuah kamar yang didominasi warna abu gelap dan putih, seorang laki laki yang hanya menggunakan celana pendek berdiri dibalkon kamar. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari tapi matanya engan untuk terpejam.
Jari tangan kiri terselip rokok yang masih sisa setengah, tangan kanan yang sibuk memegang hp dan mata yang masih setia memandang layar hp. Bukan untuk membalas chat ataupun membaca berita, tapi layar hp itu sedang menampilkan sebuah foto seorang gadis berseragam SMA sedang duduk diatas motor kesayangannya yang setia menjadi partner buat balapan. Bohong kalo dia tidak menantikan pertemuan lusa nanti, nyatanya sudah beberapa tahun foto itu ada digaleri hp nya.
Dulu dia tidak masalah dengan rencana perjodohan ini karena dia juga tidak terlalu dekat dengan yang namanya cewek. Tapi setelah dia mengenal kebebasan dan dianugerahi oleh sang pencipta visual yang menarik dia mulai tertarik dengan sebuah hubungan, meskipun nyatanya sampai sekarang dia tidak memiliki mantan. Ya, nyatanya sampai sekarang hubungan yang dimaksud hanya dekat, menghabiskan waktu bersama, saling menguntungkan dan memanfaatkan yang jauh dari kata cinta dan sayang, meskipun sang cewek sering mengatakan cinta dan sayang dan meminta kejelasan status hubungan. Dia menikmati itu semua.
Tapi, apa saat waktu antar dua keluarga membicarakan rencana itu, bisakah dia melepaskan kebebasannya yang selama ini memberikannya kenikmatan?? Dia masih diumur duapuluhan, bahkan belum lulus kuliah. Masih banyak hal yang ingin dia lakukan dan dia raih. Dan sebuah pertunangan ataupun pernikahan tidak termasuk dalam list umur duapuluhan.
.
.
"gue bener bener penasaran gimana reaksi lo, Lola Antari Agrisa." gumam Dewa dengan menikmati sisa rokok dijarinya.
Dewa sudah tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya, tapi tidak untuk si wanita. Bahkan Dewa yakin Lola tidak tahu dari keluarga mana.
Mungkin dulu Dewa masih menggali informasi dari suruhan suruhannya, tapi semenjak Lola kuliah informasi dari suruhannya tidak dibutuhkan lagi karena nyatanya mereka sekarang 1 universitas meskipun jurusan yang berbeda. Dewa bahkan bisa melihatnya hampir setiap hari, karena Lola salah satu sahabat dari adik sahabatnya.
Entah expresi apa yang akan Lola tunjukkan saat tahu laki laki yang dijodohkan adalah Dewa Wicaksana, laki laki yang mendapatkan gelar predator dari banyak cewek dikampusnya, playboy tanpa status. Menggandeng cewek tanpa memberi status. Dewa yakin Lola tidak akan bangga sama sekali, nyatanya saat duduk bersama Lola sama sekali tidak menunjukkan tatapan terpesona, menggoda ataupun tertarik.
Apapun reaksi Lola, Dewa berharap keputusan Lola sama seperti Dewa. Menolak.
.
.
.
Disalah satu Kantin universitas Karya Merdeka. Terlihat segerombolan mahasiswa dan mahasiswa sedang duduk menikmati istirahatnya. Mereka adalah Dewa cs dan Lola Cs. Dewa dan Lola seperti sudah terhubung sejak lama, tapi Lola tidak tahu bahwa laki laki yang dijodohkan dengannya akan berada disekitarnya dan meskipun Dewa tahu, dia hanya diam tanpa ingin memberitahunya, secara tidak langsung keadaan ini memberi keuntungan bagi mereka berdua. Bisa saling menilai dan mengetahui sifat dan kelakuan keduanya meskipun belum mengetahui status hubungan yang akan menyatukan mereka.
.
.
"Lo udah makan siang?" tanya Kenda pada Tara
"Belum kak, tapi kita udah janjian kalo mau makan di tempatnya Ana kerja partime. Jadi, untuk sekarang kita mau pesen minum aja." jawab Tara sambil mimindai stand stand makanan yang ada dilantai 3.
"Kak, hari ini pulang jam berapa??" tanya Tara kepada Kenda.
"Jangan cuma minum, sekalian pesen camilan buat ganjel cacing diperut biar gak berontak. Paling agak sore, soalnya mau nongkrong dulu ama anak anak, kenapa???" tanya Kenda penuh dengan selidik, sambil mengeluarkan uang seratus ribuan dua lembar.
"Mau minta jemput, karena Rendra sibuk ngerjain tugas mungkin kelarnya malem jadi, kagak bisa jemput Tara." ucap tara sambil menatap Kenda dengan menampilakan cengiran khas kayak anak kecil.
"Ya sudah, ntar kalo dah selesai makan lo wa gue biar gue jemput ditempatnya Ana." jawab Kenda dengan tangan mengacak ngacak rambut Tara gemas.
"Jadi kalian mau minum apa??" Tanya Tara pada ke empat sahabatnya dengan tangan meraih uang yang disodorkan Kenda.
"gue jus jeruk aja ama batagor." jawab Ana
"gue kopi s**u panas ama siomay." imbuh Lola yang masih setia dengan menikmati rokoknya.
"gue jus alpukat ama salad sayur." imbuh Rena
"kalo gue jus jeruk ama pisang coklat." pesan Sila.
"Ok, kalo gitu gue otw dulu." ucap Tara dengan beranjak dari tempat duduknya dan pergi membeli pesanan para sahabatnya ditemani Sila.
Sambil menanti pesanan mereka datang, tiba perhatian mereka teralihkan dengan suara notifikasi chat yang berbunyi bersamaan dari hp kelima cowok yang duduk disana.
"Gimana ikut g' Bry??? " tanya Denis membahas isi chat yang para cowok itu terima.
"gak." jawab Bryan dengan singkat, cowok yang sedari tadi hanya diam sambil memainkan hp nya.
"tumben?!." tanya Kenda dengan mengangkat satu alisya.
Wajar mereka berempat menatap Bryan dengan penuh tanda tanya, pasalnya Bryan sering sekali ikut balapan entah balapan mobil ataupun motor, entah balapan liar atapun balapan resmi. Apalagi dengan embel embel hadiah menggiurkan, itu tidak akan dilewatkan oleh seorang Bryan. Yang mana hadian itu bisa dijadikan suntikan anggaran untuk mengembangkan usaha bengkel motor dan mobil yang mulai dirintis.
Melihat tatapan tanya dari sahabatnya, akhirnya Bryan menjawab dengan jelas. "hari ini akan ada orang dari Alandra yang akan ke Pub buat ngurus pengalihan hak surat atas nama gue." Dan keempat cowo itu mengangguk-nganggukkan kepalanya.
Kalau untuk masalah "Pub Fly" mereka berempat tidak akan bertanya lebih jauh, mereka tahu betul bagaimana dan apa saja yang sudah dilalui oleh Bryan agar Pub itu menjadi hak milik dengan namanya sendiri. Meskipun Pub Fly warisan dari mendiang mamanya Bryan, tapi ibu tiri dan saudara tiri Bryan masih terus mencoba merebutnya. Karena kelakuan ibu tiri dan saudara tirinya yang bermuka dua, munafik dan gila harta yang akhirnya membuat Bryan keluar dari rumah Alandra dan mengontrak sebuah apartemen dari uang pinjaman ke sahabatnya dan mulai merintis bengkel dari uang hasil menang balapan. Jangan tanya bagaimana tanggapan Tuan besar Alandra, karena ayah Bryan sendiri mungkin tidak tahu kalo sekarang anak pertamanya sudah keluar dari kediaman Alandra dan ngontrak diluar. Karena kesibukannya itulah ayah Bryan sering keluar masuk negara dan akhirnya membuat ibu tiri dan saudara tiri bertindak seenaknya.
"Apa yang sedang kalian bicaran??." Tanya Sila.
"Balapan ntar malem di sirkuit Sudirman." jawab Dewa.
"Apa untuk umum?? balapan motor apa mobil??." kali ini yang bertanya Lola.
"Motor. Ya, bebas semua boleh ikut asal punya kendaraan dan SIM". jawab Reza.
"kalo gitu gue ikut. gimana daftarnya???." imbuh Lola dengan semangat.
Dan mendadak meja mereka hening dan mereka semua menatap Lola dengan berbagai pertanyaan yang masih ada didalam hati mereka masing masing.
.
.
Lola mendadak ingin mengikuti balapan motor. Kegiatan yang sudah lama tidak dia lakukan sejak Lola mengalami kecelakaan hingga koma. Syarat dari ayahnya yang harus Lola penuhi agar pacar mesinnya tidak dijual ke pasar loak. Tentu hal itu cukup membuat Lola kelabakan, karena Lola sudah terlanjur sayang dengan kendaraannya. Meskipun sekarang sudah memiliki mobil sendiri, tapi Lola lebih suka mengendarai motornya. Tidak apa-apa terkena panas matahari sepadan dengan hal lain yang didapatkan oleh Lola. Angin yang berhembus, jarang terkena macet dijalan, waktu lebih efisien dan yang menjadi poin utama, naik sepeda motor mengingatkan Lola dengan seseorang yang selalu menemaninya dulu disaat masa remajanya.
Diam-diam Lola masih mengingatnya, menyimpan dengan rapi segala kenangan yang berhasil mereka ciptakan. Laki-laki pertama yang mengenalkannya pada sepeda motor. Laki-laki pertama yang mengajarinya menaiki motor. Laki-laki pertama yang mengajaknya melihat balapan motor. Dan seorang laki-laki yang tetap mencintai Lola meskipun sudah tahu kalau Lola akan dijodohkan kelak.
Dalam diam laki-laki itu memendam cintanya, tidak pernah mengatakannya atau memaksakan Lola untuk membalasnya, hanya segala perhatian dan waktunya berpusat pada Lola. Lola mendapatkan kenyamanan saat bersama dengannya, tanpa sadar Lola menjadi ketergantungan dengan kehadirannya. Perhatiannya, kenyamanannya dan kasih sayangnya membuat Lola sejenak lupa dengan perjodohannya dimasa depan.
Bohong kalau Lola tidak merasakan apa-apa. Laki-laki itu, laki-laki pertama yang berhasil masuk kedalam hati Lola, yang dengan beraninya menerobos tembok hati yang sudah Lola bangun untuk pria yang sudah dijodohkan dengannya.
Seakan langit menolak untuk mendukung cinta Lola. Lola tidak bisa mengatakan perasaannya. Dimasa depan Lola akan dijodohkan dengan pria pilihan kedua orang tuanya, Lola tidak akan bisa melihat laki-laki itu terluka. Lola tidak ingin memaksanya menerima Lola disaat semuanya jelas akan berakhir. Dan inilah yang dipilih Lola, mereka tetap bersama. Dengan kepura-puraan tidak mengetahui adanya cinta yang sudah tumbuh tanpa ada yang menyirami tapi, tetap bersemi didalam hati.
.
.
Lola ingin sejenak melupakan rencana perjodohannya. Iya, hanya melupakan sejenak. Mencari waktu untuk bernafas setelah mendapat kabar mendadak dari kedua orang tuanya. Waktu yang bagi Lola terlalu cepat, tapi juga tidak bisa meminta untuk diundur. Tidak mungkin Lola menolak permintaan kedua orang tuanya disaat Lola anak tunggal. Segalanya sudah diberikan oleh kedua orang tuanya. Segala kemudahan, kemewahan dan kebebasan. Kedua orang tuanya tidak pernah menuntut Lola untuk melakukan hal-hal yang tidak disukai Lola. Lalu bagaimana Lola harus menolak keinginan mereka saat ini? disaat merekq memberikan yang terbaik dalam hal segalanya.
.
.
"Lo mau ikut balapan?" tanya Tara.
"Lo lupa pesan dari bokap lo?" tanya Ana.
"Motor lo masih sehat?" tanya Rena.
"Lo lagi capek?" tanya Sila.
Lola melihat wajah teman-temannya satu persatu. Mereka belum mengetahui alasan Lola yang mendadak ingin ikut balapan lagi. Tentu mereka kaget.
Lola menghirup udara sejenak dan menghembuskan pelan
"Iya, gue lagi pengen ikut balapan. Tenang aja gue gak lupa sama pesen bokap gue. Motor gue masih sehat kayak dulu, perawatannya gak pernah absen dan yang paling penting gue gak capek." jelas Lola.
"Capeknya cuma waktu ngerjain tugas kuliah." lanjut Lola dengan menampilkan cengirannya.
.
.
.
.
TBC