.
.
Disalah satu kafe yang dekat dengan kampus Karya Merdeka. Mereka berlima duduk manis mengelilingi meja yang berbentuk segi empat. Dengan memilih rooftop kafe yang memiliki tema lesehan dan hijau asri, setiap sudut ada tanaman hijau yang disampingnya didampingi bermacam macam bunga hias yang membuat semua orang yang nongkrong disana dibuat betah. Meskipun udara sedang panas, tapi tidak berefek karena adanya tanaman dan semilir angin sepoi sepoi.
Berbeda dengan rooftop. Lantai bawah lebih terkesan modern minimalis meski tetap mewakili jiwa muda dan instragamable. Didominasi warna netral seperti coklat mocca dan putih, dan didepan kafe didominasi warna hijau, karena adanya pohon disepanjang tempat parkir kendaraan. Jadi meskipun kafe berada dipinggir jalan besar, tapi dilihat sekilas tetap terlihat adem.
Mereka berempat masih setia memandangi salah satu sahabat mereka. Meraka belum memesan apapun padahal sudah mangkring duduk disana selama setengah jam. Mereka sadar, bahwa ada yang tidak beres dengan sahabatnya, Lola. Pasalnya sedari pagi dia sering membuang nafas kasar, saat makan siang ngerokok bahkan hampir habis separo bungkus itu tidak pernah terjadi, kecuali saat saat Lola stress atau banyak pikiran dan akhir dari ketidakberesan hari ini adalah saat Lola dengan semangat ingin ikut balap motor.
Mereka tahu hobby Lola selalu berkutat dengan motor. Meskipun kuliah mengambil jurusan arsitek, tapi motor seperti kekasihnya, bahkan kemana mana Lola sering menaiki motor.
Tapi masalah balap motor itu hal yang berbeda. Lola mengaku sering ikut balap motor waktu SMA tapi itu waktu dulu sebelum Lola mengalami kecelakaan dan mengakibatkan koma selama 2 bulan. Sejak saat itu orang tua Lola melarang Lola ikut balapan bahkan mengancam akan menjual kekasih mesinnya bila masih mengenyel. Dan mulai saat itu Lola sudah tidak pernah ikut balapan lagi dan hanya menggunakan motornya untuk transportasi kemana mana.
Tapi, hari ini dia tiba tiba bilang akan ikut balapan. Tentu para sahabat Lola kaget karena keputusan Lola. Mereka belum mengetahui alasan Lola, tapi mereka tetap berharap Lola tidak berangkat malam ini. Ini sudah sangat lama sejak kecelakaan Lola. Meskipun setiap hari Lola menaiki motor, tapi jalan umum dan sirkuit balapan jelas berbeda bukan????. Langsung saja otak para sahabat Lola berfikiran yang iya iya.
"Oke, gue udah gak tahan, gue baru tau kalo ternyata memandang orang bisa buat perut lapar. " kata Ana yang mulai membuka suara.
"baiklah, ayo kita pesan makan dulu. gue juga baru tau kalo nyimpen pertanyaan didalam hati bisa buat cacing perut gue berontak." imbuh sila sambil membuka menu diatas meja.
"gue udah mencoba sabar dan tenang tapi ternyata makanan dikampus tadi kurang buat tenaga sabar gue yang mulai menipis." sahut Rena yang mulai memilih menu.
"ayo makan dulu. Stop dulu ngerokoknya, apa gak kasihan sama cacing diperut lo megap megap karena asap rokok." kata Tara kepada Lola yang sudah mulai mengeluarkan satu batang rokok dari bungkusnya.
Dan Lola hanya menghembuskan nafas lelah.
.
.
.
Di bengkel Bryan, kelima orang cowok itu sedang berkumpul. Yang masih asyik dengan kegiatan individu mereka. Mereka memilih bersantai dibalkon yang menghadap langsung kejalan raya. Meskipun tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk bersantai. Berbeda lantai dengan kamar Bryan yang berada dilantai tiga. Memang sekarang Bryan tidak menyewa apartemen lagi, tapi dengan hasil menang balapan, bengkel Bryan direnovasi dan dijadikan 3 lantai. Lantai 1 untuk usah Bengkel, lantai 2 untuk kantor Bryan dan ada balkon serta fasilitas tv untuk santai dan lantai 3 khusus untuk kamar Bryan dan ada sofa diluar kamar yang bisa dibuat tidur bila ada sahabatnya menginap. Tidak mungkinkan Bryan mengizinkan sahabatnya menginap dan tidur satu kamar apalagi satu tempat tidur. Mungkin bagi cewek itu hal yang biasa tapi bagi cowo hal seperti itu sedikit menjijikan untuk dibayangkan. Untuk lantai 2 dan 3 memang dibuat privat untuk Bryan, jadi tidak semua orang bisa naik.
"temen adek lo beneran ikut balapan ntr malem, Ken??" tanya Reza.
"kayaknya bener, gue udah diwa suruh daftarin dan disuruh sharelock lokasinya." jawab Kenda.
"emang dia bisa balapan?" tanya Denis
"kalo dulu waktu SMA bisa, gue sering liat dia waktu ikut balap liar." jawab Bryan.
"weeehhhh gila, Lola udah jago berarti. Bener kan ya namanya Lola. Gue lupa soalnya." kata Denis dengan menampilkan cengirannya.
"kalo menurut gue, untuk seorang cewek dulu Lola cukup jago. Tapi, gue gak tau kalo sekarang. Soalnya semenjak kecelakaan dia disuruh pensiun balapan sama ortunya." imbuh Bryan.
"parah??" tanya Kenda.
"lumayan, sampe koma 2 bulan kata temennya." jawab Bryan
"jadi sejak saat itu Lola gak pernah ikut balapan lagi, meskipun sekarang masih sering naik motor. Tapi itu cuma buat transportasi doang". imbuh Bryan.
"huft" hembusan nafas kasar Dewa membuat keempat cowok disana langsung berpaling melihatnya.
"Ada apa??" tanya Dewa dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Apa dia tau kalo cowok yang dijodohin ama dia itu elo??" tanya Kenda.
Dan Dewa hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, sambil menikmati rokok yang terselip disela jarinya. Mereka jelas tau apa yang dipikirkan Dewa saat ini tidak jauh jauh dari rencana perjodohan dari ortunya. Masalahnya Dewa masih suka gonta ganti cewek, menikmati masa muda dan kebebasannya. Dewa sama sekali belum memikirkan untuk bertahan pada satu komitmen yang akan mengikatnya. Itu mungkin akan terjadi tapi Dewa tidak ingin secepat ini, bahkan dia belum lulus kuliah. Masih banyak cewek yang mendekatinya, dan Dewa masih ingin menikmati mereka yang sukarela mendekat tanpa meminta kejelasan hubungan. Terlihat brengs*k bukan??? tapi tidak sedikit juga cewek cewek yang lebih suka dengan cowok brengs*k.
"lalu apa lo bakal diem aja??? calon lo mau ikut balapan ntar melem kalo lo lupa." tanya Reza.
"apa jangan jangan lo sudah berdoa dalam hati supaya dia lewat gara gara ikut balapan ntar??!!" timpal Denis menduga duga.
"sial*n lo!!! gue gak sekejam itu gobl*k." sambil menggeplak kepala Denis dengan majalah yang ada diatas meja.
"lalu..??" tanya Kenda.
"biarin dia ikut. Ntar gue nyusul kesana. Meskipun gue belum cocok ama rencana perjodohan bod*h ini tapi gue berharap dia gak apa apa." jawab Dewa sambil menyesap rokoknya dan menghembuskan asapnya keudara.
"gak peduli menang apa kalah. Gue yakin kalo dia sama kalutnya kayak gue."
"ya, sepertinya gue tau kenapa dia dikantin kampus ngerokok terus. Bahkan hampir habis separo bungkus. Ya kali cewek sekali ngrokok langsung habis segitu kalo gak tu cewek maniak rokok ya tu cewek punya masalah." timpal Reza
"kapan pertemuan keluarganya??" tanya Kenda.
"Besok, acara makan malam dirumah dia." jawab Dewa dengan memejamkan kedua matanya.
"gue yakin dia bakal syok saat tau itu lo." timpal Bryan.
"gue lebih penasaran gimana responnya dengan rencana perjodohan ini." kata Dewa dengan menghembuskan nafas kasar.
"gue udah cari info tentang dia. Menurut gue dia cantik, dia termasuk cewek yang tenang diantara semua temannya Tara. Dia sedikit cuek dengan sekitarnya bahkan sama cowok yang terang terangan ngasih perhatian ke dia. Dia bersih, belum pernah pacaran, apalagi ONS. Terlepas dari kelakuannya yang suka keluar masuk Pub, suka balap motor dan ngerokok." terang Dewa.
"Bukankah dia sudah sempurna untuk menjadi tunangan??" tanya Denis.
"Gue kira itu sudah cukup sempurna bila dijadikan istri langsung." timpal Reza.
"Masalahnya bukan Lola yang punya hal-hal mumpuni." sela Kenda.
"Tapi, emang Dewa aja yang belum punya niat." lanjut Kenda.
"Jadi, meskipun yang dijodohin seorang bidadari, kalau Dewa gak niat percuma." timpal Bryan.
Sepertinya para sahabatnya sangat tahu bagaimana sifat Dewa.
.
.
.
.
.
TBC