Chapter 4

997 Kata
Alvero tersenyum menatap ibunya yang sangat dia rindukan. "Mama," Alvero memeluk ibunya. "Mama kangen banget sama kamu Ver. Akhirnya kamu kembali lagi kesini," Ucap ibunya yang memeluk Alvero dengan tangis kebahagiaan. "Iya, Alvero juga seneng bisa kembali," Alvero melepaskan pelukannya, "Ayo masuk," Alvero memasuki rumahnya yang sudah dia tinggalkan 3 tahun lamanya. Bersama dengan kenangan indahnya. "Kamu masukin barang-barang kamu kekamar ya, mama mau buatin makan buat kamu," Ibunya mencium pipi Alvero lalu berlalu ke dapur. Alvero memasuki kamarnya yang berada dilantai dua. Kamarnya tetap sama, walaupun ditinggalkan 3 tahun tapi ibunya tetap membereskan kamar Alvero.  Alvero menatap seluruh ruangan kamarnya lalu pandangannya terhenti disebuah foto. Alvero mengambil foto itu, seorang wanita ditengahnya dan 2 lelaki disamping wanita itu. Wanita itu melihat kearah kamera tersenyum bahagia dengan merangkul 2 lelaki itu. Dan 2 lelaki itu tertawa melihat kearah wanita itu. Alvero tersenyum miris mengusap fotonya. "Susah banget ternyata Lan, buat lupain lo. Maafin semua kesalahan gue. Pasti lo benci banget sama gue sekarang," Ucap Alvero matanya sudah berkaca-kaca. "Woyy," Dugg "Aww," Alvero melihat kearah wanita disebelahnya yang sedang tertawa terbahak-bahak. "Udah puas?" Tanya Alvero kesal. Wanita itu tidak bisa memberhentikan tawanya, membuat hati Alvero menghangat walaupun wajahnya tetap memperlihatkan bahwa dia kesal. "Aduhh... aduhh perut gue kram. Lo lucu banget ya ampun, 3 jam pelajaran dan lo tidur ? Gila gila gila.... Padahal suara bel yang kenceng seantero sekolah pun lo ngga denger?" Wanita itu mengagetkan Alvero yang sedang tertidur tegak ketika mendengar gurunya menjelaskan, sampai gurunya keluar pun Alvero tidak bangun dan akhirnya wanita itu mengagetkan Alvero membuat kepala Alvero terantuk meja. "Udah napa jangan ditekuk gitu mukanya. Maafin gue yayaya..." Wanita itu mengedip-ngedipkan matanya membuat Alvero mau tidak mau luluh dengan hal itu. "Okey sebagai gantinya lo harus jajanin gue bakso," Kata Alvero. "Ck, gampang itumah Ver. Ayoo gue udah laper juga," Wanita itu menarik tanga Alvero keluar untuk pergi ke kantin. Tetapi dilorong sekolah sedang ramai, terlihat banyak anak yang sedang berpose menghadap camera. Ternyata sedang ada yang membawa camera membuat mereka berebut ingin berfoto bersama. Seorang lelaki dari belakang merangkul Alvero dan wanita itu. "Foto kuy, bertiga," Ucap lelaki itu. "Males," Jawab Alvero singkat. Tetapi, wanita itu menarik tangan Alvero, "Ayo Ver, kita belum pernah foto bertiga tau," "Gue ngga mau foto Lana," "Oh jadi lo gitu ya, okey kita ngga friend," Wanita itu hendak pergi tapi tangannya ditarik oleh Alvero,  "Okay ayo kita foto," Wanita itu bersorak senang dan menarik 2 lelaki itu untuk foto bertiga. Murid-murid yang melihat mereka bertiga langsung minggir, mereka bertiga terkenal disekolah itu. Sangat solid tidak pernah bertengkar, bahkan 2 lelaki itu sangat melindungi wanitanya. "Eh fotoin kita bertiga ya. Ntar kirim ke hp gue mau gue cetak," Kata wanita itu. Mereka berpose dengan berbagai macam gaya lalu wanita itu merangkul 2 lelaki itu membuat mereka terkejut dan menengok kearah wanita itu yang sedang tersenyum lebar menghadap kamera membuat 2 lelaki itu tertawa. "Kangen sampai rasanya gue pengen mati kalau ngga nemuin lo. Tapi, gue ngga mau ngerusak kebahagiaan lo sekarang," Lirih Alvero lalu menaruh kembali fotonya dimeja dan turun kebawah. Alvero berjalan ke meja makan dan melihat ayahnya. "Pah," Panggil Alvero. Ayah Alvero menengok, "Hey Vero. Bagaimana kabarmu?" "Baik pah," "Kamu akan melanjutkan kuliah disini? Papa sudah mendaftarkanmu di perguruan tinggi Bandung," "Iya, Alvero lanjutin disini. Mama selalu nelponin Alvero katanya kapan Alvero balik," Ibunya hanya tersipu malu mendengarnya, "Ya kamu betah banget disana, sekali-kali balik gitu kesini. Kan kamu anak mama satu-satunya,"  Alvero hanya tersenyum mendengarkan celotehan ibunya. "Kapan kamu mau masuk kuliah?" "Besok bisa kan pah ? Alvero ngga mau ketinggalan mata kuliah kalau diundur terus," Ayahnya menganggukan kepalanya. "Kamu ngga cape kalau langsung kuliah begitu?" Alvero menggelengkan kepalanya. "Habis ini Alvero mau langsung tidur biar besok bisa segar buat kuliah," Ibunya menghela nafas pelan. Mau tidak mau harus menuruti kemauan putranya yang sangat keras kepala. Selesai makan Alvero langsung masuk kekamarnya, merebahkan diri menatap langit-langit kamarnya. Alvero membuka ponselnya melihat gambar seorang wanita yang tersenyum kearah kamera membuat Alvero tersenyum juga. "Eh liat itu deh," Alvero tidak mengindahkan kata-kata wanita disampingnya. "Verooo ih," "Apa sih?" "Liat itu lucu kan?" Alvero melihat arah yang ditunjuk wanita itu. "Hmm..." "Cape banget ya gue ngomong sama lo," Alvero menengok kearah wanita disampingnya. "Iya itu lucu," Wanita itu melihat kearah Alvero yang sedang menatapnya intens. Wanita itu tersenyum kearah Alvero, membuat Alvero tersenyum juga. "Cantik," Mata Alvero berpindah menatap langit. "Makasih," Wanita itu tersipu malu. "Langitnya," Senyuman wanita itu memudar dan membuang muka kearah lain. Alvero yang melihatnya langsung tertawa renyah. Alvero memegang dagu wanita itu lalu mengarahkan pandangannya kembali kepada Alvero. "Lo cantik," "Ngga usah gombal nyet," Wanita itu melepaskan tangan Alvero yang ada didagunya dengan pipi yang memerah. Alvero mengeluarkan ponselnya lalu membidik kearah wanita disampingnya yang sedang menatap kedepan dengan tersenyum. "Lana," Panggil Alvero. Wanita yang dipanggil langsung menengok kearah Alvero. Ckrek "Dih kok lo ngambil foto gue diem-diem!" Kesal wanita itu. Wanita itu hendak mengambil hp Alvero tetapi Alvero mengangkat hpnya tinggi-tinggi. "Bagus kok, lo mau foto gaya gimana pun bagus. Jadi ngga usah dihapus," Akhirnya wanita itu tidak mencoba mengambil hp Alvero. "Liat doang, ngga bakal gue hapus suer," Alvero memperlihatkan fotonya kearah wanita itu. "Bagus kan?" Wanita itu hanya mengangguk malu. Alvero tersenyum mengingatnya, wanitanya yang membuat hatinya berdebar. "Kalau aja gue ngga egois, pasti gue ngga bakal nyesel dan kehilangan lo selama 3 tahun. Pasti sekarang kita udah sama-sama, lo jadi milik gue," Alvero berangan-angan. 'Tapi semuanya udah berubah. Cinta lo mungkin bukan buat gue lagi, tapi cinta gue selalu buat lo,' Batin Alvero. Paginya, Alvero sudah bersiap akan pergi kuliah, setelah memastikan semuanya sudah siap. Alvero turun kebawah untuk makan bersama dengan ayah dan ibunya. "Pagi mah," "Hey pagi sayang," "Mau makan apa?" "Roti aja mah," "Kamu tuh kebiasaan makan roti doang, makan nasi juga dong," Jawab ibunya kesal karna anaknya hanya memakan roti. "Di Canada Vero sarapan makan roti mah. Jadi kebawa sampe sekarang. Roti juga bisa gantiin nasi kok," "Kamu mau berangkat kuliah kan. Jam berapa?" Tanya Ayahnya. Alvero melihat jam tangannya, "Alvero berangkat abis makan rotinya," Ayahnya menganggukan kepalanya menganggukan kepalanya. Selesai makan, Alvero berpamitan lalu pergi kearah Universitasnya. Sesampainya di Universitas, Alvero turun dari mobilnya dan semua anak menatap kearahnya. "Oh my God bule," "Anak baru anjir," "Gile cakep bingits," "Godain ade dong bang," Itu semua adalah bisikan para wanita yang melihat Alvero, tetapi Alvero mengabaikannya dan mencoba mencari ruang para profesor. Alvero melihat wanita yang sedang memainkan hpnya. "Permisi," Wanita itu menengok kearah Alvero dan tubuhnya membeku ketika menatap pria di hadapannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN