05

1059 Kata
Tubuh Luna terasa lemas saat ia bangun dari tidurnya. Kepalanya pusing karena efek obat pencegah kehamilan yang ia minum kemarin. Ia takut hamil dan tanpa sadar ia memakan beberapa pil langsung. Pil itu tak baik untuk tubuhnya. Dulu ia hampir mati karena pil pencegah kehamilan yang diberikan oleh ayah tirinya. Luna kembali memejamkan mata. Ia berharap hari ini ia bisa libur. Baru beberapa menit ia kembali terlelap, pintu kamarnya diketuk dan langsung terbuka. Seorang wanita yang bertugas mendisiplinkan b***k berjalan mendekati ranjang dimana Luna terbaring. Wanita itu memberikan selembar kertas pada Luna. “Itu jadwal pelatihan baru. Baca baik-baik dan jangan bolos.” Wanita itu mengamati wajah Luna yang pucat. “Kau sakit?” “Ya, sedikit pusing.” “Kalau begitu istirahat dan datang besok.” Ucapnya dan langsung pergi meninggalkan kamar Luna. Luna merasa lega karena ia mendapatkan libur. Wanita itu membaca kertas yang ada di tangannya. Besok para b***k harus berkumpul di ruangan yang telah ditentukan. Di sana tertulis dengan rinci hari dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan. Luna kira pelatihan hanya akan diberikan pada orang baru. Tapi kenapa ia mendapatkannya lagi? Pelatihan.. Luna tak menyukainya. Luna memejamkan matanya, tak ingin memikirkan hari esok yang akan sangat berat. ::: Luna berdiri bersama 14 orang lainnya. Ada sepuluh wanita dan lima pria yang akan mengikuti pelatihan. Luna melihat jika mereka adalah orang-orang baru, kecuali dirinya dan satu wanita lainnya. Luna ingat dengan wanita itu. Dia Jesse, wanita yang bulan lalu mengikuti pelatihan bersamanya. Seorang wanita berbaju sexy memasuki ruangan. “Selamat datang di pelatihan. Aku Elsa yang akan memegang pelatihan ini.” Pandangan Elsa bergerak melihat wajah-wajah yang ada di hadapannya. “Ada beberapa orang lama di sini.” Wanita itu beralih melihat kertas yang ia pegang, membaca nama-nama yang ada di sana. “Ada laporan jika kita mendapat teguran karena pelayanan yang buruk.” Elsa bersidekap menatap Luna. “Aku harap hal itu tak akan pernah ada lagi.” Ucapnya yang seakan ditunjukkan untuk Luna. “Hilangkan harga diri kalian yang tak berarti itu.” Elsa berjalan mendekati seorang wanita. Ia menepuk pelan pipi wanita itu. “Wajah kalian.” Tangan Elsa beralih menunjuk d**a wanita itu. “Tubuh kalian.” Ia menatap semua orang yang ada di sana. “Semua yang ada pada diri kalian adalah milik Paradiso.” Elsa berjalan melewati setiap orang. “Kalian hanyalah b***k yang bertugas memuaskan pelanggan.” Luna hanya diam memandang kosong dinding di depannya. “Sekarang, lepas baju kalian.” ::: Pelatihan itu berlangsung lima hari. Dalam lima hari, mereka dilatih untuk bisa memuaskan pelanggan. Bagaimana cara menggoda, berciuman, percaya diri, hingga seks berbagai gaya. Dan selama itu mereka dituntut untuk mendengarkan setiap perintah yang Elsa berikan. Ke lima belas orang tersebut tak jarang saling memuaskan satu sama lain dan siapapun yang tak bisa melakukannya dengan baik akan mendapat hukuman. Luna memasuki ruang latihan, ia berdiri di dekat Jasse. Ia baru tau bahwa wanita itu juga memiliki nasib yang sama sepertinya. Hari ini adalah pelatihan terakhir. Elsa membawa sebuah kotak kecil berisikan lipatan kertas. “Ambil satu dan lakukan peran kalian.” Satu persatu dari mereka maju untuk mengambil kertas. Luna membuka kertas yang tadi ia ambil dan membukanya. Pet. Itulah yang tertulis di sana. “Kau dapat bagus.” Ucap seorang pria yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Luna. Luna menoleh dan mendapati wajah pria itu tersenyum padanya. Dia adalah Ron, salah satu petugas penertib b***k yang cukup dekat dengan Luna. “Biar aku pilihkan sesuatu untukmu.” Ron berjalan menuju lemari kaca dimana berbagai mainan seks berada. Ia mengambil beberapa benda lalu memberikannya pada Luna. Ron memasangkan telinga bandana telinga rubah ke kepala Luna. “Jadilah rubah yang nakal.” Luna memakai kalung hitam dengan lonceng di tengahnya. Luna menggeser belahan celana dalamnya dan memasukkan anal ekor rubah itu ke lubang belakangnya. Ketika semuanya telah bersiap, mereka mulai menjalankan perannya. Luna merangkak mendekati seorang pria yang berperan sebagai penjinak. Gerakannya begitu anggun dan matanya menatap ke arah pria itu. Ini hari terakhir, dan Luna tak ingin mendapat hukuman. Ia akan melakukannya sebisa mungkin. ::: Tugas Luna hari ini adalah menjadi pelayan di lantai empat. Selama pelatihan berlangsung, ia memang tak bekerja karena harus fokus dengan pelatihan yang diberikan. Luna mengambil dua botol minuman keras dan tiga gelas yang ada di meja bar. Wanita itu mengantarkannya ke tempat sang pemesan. Tapi di tengah jalan, seorang wanita yang menggunakan dalaman merah berdiri menghadangnya. “Kau Luna?” Tanya wanita itu. Luna mengenal siapa dia. Dia adalah salah satu teman tidur unggulan Paradiso, Tania. “Ya?” “Akhirnya aku menemukanmu.” Luna menatap Tania bingung. Apakah wanita itu selama ini mencarinya? “Beraninya kau merebut milikku.” Luna semakin tak mengerti dengan arah pembicaraan itu. Dan wajah bingung Luna membuat Tania semakin tak suka. “Minggu lalu di lantai lima.” Luna mengingat kejadian minggu lalu di lantai lima. Itu kejadian dimana ia bersetubuh dengan pria yang jika tidak salah bernama Etgar. “Kau seharusnya tau diri sebelum menggoda milik orang.” Entah kenapa Luna mengerti arah pembicaraan tersebut. Dan wanita di hadapannya itu sedang memarahinya karena menggoda pelanggan. “Aku hanya menjalankan tugasku.” Jawab Luna yang tak ingin di salahkan. Luna segera melangkah pergi melewati Tania. “Hei.” Peringat Tania untuk Luna berhenti. Dan Baru dua langkah, Luna pun berhenti. Tania menatap Luna dengan tatapan tak suka dan itu terlihat jelas. Salah satu pelajaran yang Luna dapatkan adalah bagaimana ia harus percaya diri dalam bertindak, dan hal itu ia praktekkan dengan membalas tatapan Tania. Payudara Tania yang terbalut bra terlihat begitu menantang di hadapan Luna. Wanita itu memang memiliki bagian tubuh yang begitu diidam-idamkan. “Kau tau siapa aku?” Tanya Tania. “Ya. Lalu?” Tania terlihat tak percaya dengan reaksi yang Luna berikan padanya. Jika dia tau siapa Tania, kenapa dia masih bisa menjawab dengan santai? “Pelanggan sudah menunggu minumannya.” Luna kembali melangkahkan kakinya dan Tania merasa wanita itu baru saja menghinanya. Dengan segera Tania mengambil salah satu botol yang ada di nampan milik Luna dan menyiramkannya ke kepala Luna hingga tak tersisa. Beberapa pasang mata terlihat tertarik dengan tontonan yang ada. Mereka mengira itu adalah penampilan yang sengaja digelar. “Jaga sikapmu, anak baru.” Tania mengembalikan botol kosong itu ke nampan Luna. Luna melirik Tania dengan tatapan tajam. Tetesan alkohol menetes dari rambut Luna yang lepek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN