"Apa sebaiknya kita naik mobil saja, Nyonya?" tanya Veza setelah selesai mempersiapkan penampilan Rosa.
Rosa tampak terdiam sejenak, "Sepertinya kita naik kereta kuda saja. Sudah lama aku tidak naik kereta kuda," jawab Rosa pada Veza sembari melihat ke arah Veza dari pantulan cerminnya.
Setelah memastikan penampilan Rosa sudah cukup rapi untuk pergi ke festival. Lantas Veza turun lebih dulu ke lantai 1 untuk memberitahu pada kusir kuda untuk mempersipakan kendaraan yang akan membawa mereka menuju festival.
Beberapa menit kemudian, Rosa pun turun dengan mengenakan dress putih dengan corak emas pada bagian dadanya yang tadi sudah dipilihkan oleh Veza.
Pintu kereta kuda terbuka, Veza pun memberikan tangannya guna membantu Rosa memasuki kereta kuda yang sudah bersiap untuk membawa 2 wanita itu menuju festival.
"Terima kasih," ujar Rosa setelah terduduk di dalam kereta kudanya, lalu diikuti oleh Veza yang duduk di sampingnya.
Pintu pun ditutup oleh sang kusir. Setelah itu kusir membawa Rosa dan Veza menuju pusat Kota Terassen untuk menghadiri festival yang sedari tadi dibicarakan oleh Veza.
Selama perjalanan di dalam kereta kuda, Rosa terus menatap ke arah luar jendela yang ada di sana. Matanya berulang kali menangkap rakyat yang beramai - ramai dengan pakaian rapi dengan tujuan searah dengan Rosa. Beberapa dari mereka pun bahkan rela menaiki kendaraan bermotor dan berjalan kaki hanya untuk mendatangi festival tersebut.
Rosa sendiri masih tak tahu tujuan diadakan festival itu.
"Apa masih lama?" tanya Rosa membuka suara dengan mata yang masih terpikat pada jalanan.
"Mungkin sekitar 5 menit lagi, Nyonya," jawab Veza seraya tersenyum menatap Rosa.
Mata Rosa menangkap seekor unicorn yang berada di depan rumah salah satu warga. Unicorn itu tampak menyukai ketika sisir berwarna putih menyentuh rambut indahnya.
Sejak Netvor resmi musnah dari Lacoste, entah mengapa beberapa makhluk asing dan unik satu persatu bermunculan. Seperti halnya unicorn. Seekor kuda dengan tanduk dan sayap, yang kini menjadi hewan favorite bagi para bangsawan manusia. Mereka bahkan rela merogoh biaya besar hanya untuk memelihara hewan itu.
"Apa anda tidak tertarik untuk memeliharanya satu juga, Nyonya?" tanya Veza pada Rosa saat menyadari jika wanita itu sedari tadi menatap ke arah unicorn yang sedang dimanjakan oleh pemiliknya.
"Ah tidak. Aku tak tertarik pada hewan itu," jawab Rosa cepat.
Rosa pun kembali terdiam, berusaha menghabiskan sisa waktunya sebelum akhirnya tiba di festival yang ia tuju.
* * * * *
Pusat Kota Terassen
White Festival
Setelah berkendara dengan kereta kuda dari kediaman Keluarga Pandora menuju pusat kota Terassen, akhirnya Rosa dan Veza pun tiba di sebuah festival yang dibicarakan oleh Veza sejak tadi pagi.
Dengan bantuan sang kusir, Rosa menuruni kereta kudanya dan berdiri di hadapan pintu masuk festival yang bertuliskan "Festival Putih". Rosa sempat kebingungan dengan maksud festival tersebut. Dia bahkan melihat beberapa bangsa ras lain seperti bangsa elf dan noblesse turut hadir di festival ini.
"Festival apa ini?" tanya Rosa pada Veza setelah wanita itu berdiri di sampingnya.
"Ah ini festival perayaan atas bangkitnya Nikita sang mongrel, Nyonya," ujar Veza.
"Wanita itu bangkit?" tanya Rosa dengan mata terbelalak dan nada bicara yang sedikit terkejut mendengar penuturan dari Veza.
Veza menganggukan kepalanya semangat, "Benar. Aku tak tahu pasti bagaimana, tapi memang benar jika Nikita bangkit."
Rosa pun melangkahkan kakinya memasuki festival putih yang sudah ramai dipenuhi orang - orang. Beberapa dari mereka tampak berkubu, namun tak jarang juga yang berbaur.
"Apa anda ingin minum sesuatu, Nyonya?" tanya Veza pada Rosa.
"Boleh. Apa saja," jawab Rosa.
"Baik, silakan tunggu di sini, Nyonya. Saya akan mencarikan minuman untuk anda," ujar Veza lalu pergi meninggalkan Rosa sendiri di tengah lapangan luas yang telah dihiasi beberapa pernak - pernik untuk merayakan festival putih.
Meski berada di luar ruangan, Rosa bisa merasakan hawa panas menyelimuti festival itu.
Tiba - tiba saja sekelompok pria datang dari arah gerbang dan langsung disambut hangat oleh para wanita dari berbagai bangsa dan kalangan. Bahkan Rosa pun turut membalikan badannya, bermaksud ingin melihat seperti apa pria yang baru saja tiba di festival itu.
"Apakah mereka dari Wendlyn?" tanya salah seorang wanita yang berdiri tepat di belakang Rosa.
"Ah maaf aku tidak tahu, mungkin saja iya," jawab Rosa tanpa memalingkan wajahnya melihat siapa yang baru saja bertanya padanya.
Mata Rosa memicing, memperhatikan setiap wajah pria yang baru saja tiba. Dia berusaha mengingat wajah lelaki misterius yang selalu datang ke dalam mimpinya.
"Pffftt," lenguh Rosa saat ia merasa usahanya sia - sia.
"Sudah kuduga dia tak ada di sana," gumamnya menyadari jika tak ada pria yang ia cari di antara sekelompok pria dari Kota Wendlyn yang baru saja tiba di festival putih itu.
Rosa pun kembali membalikan tubuhnya dan mendapati seorang wanita berdiri di hadapannya, membuat Rosa sedikit terkejut karena kehadiran wanita itu.
"Ah maaf," ujar Rosa saat tanpa sengaja hampir menabrak wanita itu.
Wanita itu mengenakan dress berwarna cokelat dengan rambut hitam yang tergerai panjang. Sorot matanya tajam menatap ke arah wajah Rosa dengan mendetail, membuat wanita itu sedikit merasa risih dibuatnya.
"Meira," ujar wanita itu.
"Maaf?" sahut Rosa karena tak mengerti dengan apa yang wanita itu ucapkan.
"Namaku Meira. Kau?" ujar wanita bernama Meira itu memperkenalkan dirinya.
Rosa sedikit melirik ke arah telinga wanita di hadapannya, namun telinga wanita itu tak memanjang ke atas yang berarti dia bukanlah berasal dari bangsa elf. Mata wanita itu berwarna hitam pekat seperti rambutnya, menandakan jika dia bukan berasal dari bangsa vampire, karena bangsa vampire memiliki mata berwarna kemerahan.
Terakhir, Rosa melihat ke arah rambut Meira yang tampak asli berwarna hitam, yang berarti Meira bukanlah berasal dari bangsa noblesse (manusia abadi). Rosa bisa menyimpulkan jika wanita di hadapannya ini hanyalah seorang manusia biasa.
"Aku Rosamund Pandora," ujar Rosa memperkenalkan dirinya.
"Ah, kau keponakan Raja Matthew, pasti?" ujar Meira saat mendengar nama lengkap Rosa yang diakhiri dengan nama Pandora.
"Panggil aku Rosa," balas Rosa lalu tersenyum kaku pada wanita itu.
"Kau sendirian di sini, Rosa?" tanya Meira pada Rosa.
"Tidak. Aku bersama Veza, pelayanku. Tapi sepertinya dia sedang mencari minuman. Bagaimana denganmu?" tanya Rosa pada Meira.
Mata Meira tak henti menatap wajah Rosa seolah mencari sesuatu.
"Kau suka bernanyi?" tanya Meira yang justru tak mengindahkan pertanyaan Rosa barusan.
"Bernyanyi?" tanya Rosa balik.
"Ya. Bernyanyi. Aku paling suka bernyanyi dan bersenandung," ujar Meira lalu memberikan senyumannya pada Rosa.
Tiba - tiba saja mata Meira berubah arah. Semula yang menatap Rosa, kini beralih pada sesuatu yang berada di belakang Rosa. Meira pun melambaikan tangannya pada seseorang di balik Rosa hingga membuat wanita itu turut membalikan badan.
"Temanku sudah datang, aku pergi dulu, ya!" ujar Meira lalu menepuk bahu Rosa dan pergi melewati Rosa.
Rosa memicingkan matanya menatap seorang pria yang dihampiri oleh Meira, namun kini justru menatap ke arahnya.
Deg !
Matanya langsung terbelalak saat ia menyadari sosok pria yang baru saja ia lihat.
"P - pria itu," gumam Rosa lalu menunjuk ke arah pria itu.
Pria itu tampak tersenyum sebelum akhirnya Meira menghampiri pria itu lalu mereka berbalik meninggalkan festival putih.
Rosa berlari mengejar ke arah pria dan juga Meira yang baru saja berjalan.
Brugh !
Tiba - tiba saja ia terjatuh ke tanah setelah menabrak seseorang yang menghalangi jalannya, hingga dress putih yang ia gunakan.
"Maaf! Kau tidak apa - apa?" ujar seorang pria dengan pakaian jubah panjang berwarna putih hingga menutupi rambutnya seraya membantu Rosa kembali berdiri.
Rosa menatap pria yang membantunya untuk berdiri. Ia memperhatikan pria itu sesaat, lalu menyadari jika pria itu memiliki telinga panjang dengan rambut keemasan.
"Bangsa elf," gumam Rosa dalam hati saat menyadari pria yang ada di hadapannya.
"Maafkan aku. Sepertinya aku menghalangi langkahmu hingga terjatuh," ujar pria itu.
Pria itu pun lantas membantu Rosa membersihkan gaunnya yang kotor. Lalu dengan kekuatan sihir pria itu, dress putih yang dikenakan Rosa pun bersih seperti sedia kala tanpa noda apapun.
"Tuan Maverick! Saya mencari anda kemana - mana, namun rupanya anda di sini. Anda dicari oleh Tuan Gerhard dan Nona Nikita!" pekik salah seorang elf pria yang datang berjalan menghampiri pria bernama Maverick itu.
"Ah tadi aku tidak sengaja menabrak wanita ini. Untunglah kau tak apa. Aku permisi dulu," ujar Maverick pada Rosa lalu pria itu pun pergi meninggalkan Rosa.
Lalu Rosa pun kembali teringat dengan tujuan awalnya yang bermaksud mengejar sosok pria yang sangat mirip dengan lelaki yang selalu muncul di dalam mimpinya setiap malam.
"Ah s**l!" decak Rosa kesal karena ia kehilangan jejak pria misterius itu karena terjatuh.
"Nyonya?" panggil salah seorang wanita dari belakang Rosa, membuat wanita itu membalikan badannya.
Rosa mendapati Veza yang sudah berdiri di belakangnya dengan dua gelas minuman untuk dirinya.
"Ada apa, Nyonya?" tanya Veza pada Rosa karena ia bisa melihat wajah kesal Rosa dengan jelas.
"Aku melihat lelaki itu, Veza!" ujar Rosa histeris pada Veza dan mengguncang bahu wanita itu hingga minuman di tangan Veza tumpah sebagian.
"Lelaki? Lelaki siap- Apa?!" pekik Veza saat menyadari lelaki yang dimaksud oleh Rosa.
Veza pun mengedarkan pandangannya mencari sosok lelaki yang dimaksud oleh Rosa, "Dia yang mana, Nyonya?" tanya Veza.
"Aku kehilangan lelaki itu," sesal Rosa.
Veza pun kini menatap Rosa yang tampak bersedih karena kehilangan lelaki itu. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan dalam benak Veza. Apakah pria itu tampan atau tidak, dan apakah dia dari bangsa manusia, noblesse, elf atau justru vampir. Namun Veza mengurungkan niatnya dan memilih untuk menenangkan Rosa yang bersedih.
"Tidak apa, Nyonya. Mungkin kita akan bertemu dengan lelaki itu lain kali. Silakan minum ini dulu. Pasti anda lelah, kan?" ujar Veza seraya memberikan segelas minuman pada Rosa.
Rosa pun mengambil gelas yang diberikan oleh Veza lalu menegak minumannya hingga habis. Ketika Rosa minum, Veza justru menyadari ada sesuatu yang aneh pada Rosa.
"Nyonya?" panggil Veza.
"Ya?" sahut Rosa lalu menyeka sudut bibirnya.
"Aku rasa, aku tahu bagaimana anda akan bertemu lagi dengan lelaki itu," ujar Veza lalu menunjuk ke arah kepala Rosa.
Rosa pun memegangi kepalanya dan menyadari sesuatu. Bulu perak yang semula tersangkut di kepalanya dan digunakan sebagai hiasan, kini menghilang.
"Bulunya hilang!" pekik Rosa.
"Sepertinya itu adalah salah satu cara agar lelaki itu muncul!"
Rosa pun memeluk Veza dengan perasaan bahagia, "Terima kasih banyak, Veza!"
Rosa memejamkan matanya sesaat dan memikirkan kembali wajah pria yang ia lihat sekilas tadi. Matanya tampak tajam dan bahkan memikat. Rosa bahkan merasa dirinya terhipnotis oleh pria itu.
Jika saja mimpinya bisa berjalan atas kehendaknya, sudah pasti sejak dulu Rosa mengetahui sosok lelaki misterius itu, mulai dari nama, asal dan bangsa apa dia. Namun kenyataan tidak demikian. Mimpinya terlalu indah, sampai ia lupa akan tujuan awalnya untuk tertidur.