[1] Handsome Man In Dream
Kediaman Keluarga Pandora
Kota Terassen, Tahun 2022
*
Seorang wanita tampak menggeliatkan tubuhnya setelah merasa angin pagi yang menerpa kulit putihnya. Wanita itu melenguh saat helai rambutnya mengenai wajah cantiknya.
"Ungghhh!" lenguhnya panjang.
Sayup - sayup kelopak matanya perlahan terbuka saat ia merasa suara seorang pria seolah menyapanya. Bibirnya menorehkan senyuman manis mendengar ucapan manis pria itu.
"Hei, sudah pagi. Ayo bangun.... Atau kau masih ingin bersamaku?" tanya seorang pria dengan suara yang sedikit menggema dari dalam benaknya.
Wanita itu tampak menikmati pengingat pagi harinya. Hingga akhirnya...
Bruk!
"Aw!" pekiknya saat merasa tubuhnya menghantam keras lantai kamarnya.
Yap, wanita itu baru saja terjatuh dari atas tempat tidurnya.
Siku tangannya langsung bertumpu pada lantai dan dengan satu tangan yang lain ia meraih sisi tempat tidurnya dan berusaha mengangkat tubuhnya kembali ke atas tempat tidur.
Matanya masih tertutup, kesadarannya bahkan belum kembali seutuhnya.
"Um, sudah pagi rupanya," gumam wanita itu.
Perlahan matanya pun kembali terbuka seiring dengan angin pagi yang masuk ke kamarnya melalui jendela kamar yang sedikit terbuka.
Wanita itu berdia sejenak menatap ke arah jendela kamarnya. Ia pun kembali teringat akan sesuatu.
"Terbuka lagi?" tanyanya saat menyadari jendela kamarnya yang justru terbuka sedikit sehingga angin pagi yang cukup dingin masuk dan menerpa kulit putihnya.
Rambut panjang bergelombang berwarna cokelat dibiarkan terurai menutupi bahunya. Dengan malas, wanita itu pun melangkah mendekati jendela kamarnya lalu menutup jendela itu rapat, menutup akses masuk angin ke dalam kamarnya.
Saat hendak melangkahkan kakinya meninggalkan jendela, wanita itu justru menginjak sehelai bulu berwarna perak keemasaan yang berada di lantai.
"Bulu ini lagi?" gumamnya.
Bulu itu berukuran besar, bahkan hampir setengah lengan wanita itu. Namun yang berbeda, setiap rambut pada bulu itu justru tak seperti rambut biasa. Melainkan kaku dan seperti kawat. Bahkan jika ujung bulu itu disentuh, pasti akan menyebabkan tangan berdarah, karena terlalu tajam.
Tentu jangan bertanya dari mana wanita itu bisa tahu jika bulu itu tajam, karena wanita itu sendiri pernah menggores dan menusuk kecil jari telunjuknya dan seketika berdarah.
Wanita itu pun mengambil sehelai bulu itu di lantai dan memindahkan ke dalam sebuah kotak berwarna cokelat yang berada di bawah tempat tidurnya.
Di dalam sana, juga terdapat tumpukan bulu perak berwarna emas. Mungkin sudah berjumlah 50 atau bahkan 100? Usai memasukan bulu perak itu, wanita itu kembali memasukan kotak itu ke dalam bawah tempat tidurnya seperti semula lalu menutupnya dengan kain sprei yang menjuntai hingga menyentuh lantai kamarnya.
Wanita itu meringis saat merasakan sakit pada area lengan kanannya akibat menumpu tubuhnya saat terjatuh ke lantai tadi.
"Aw, badanku terasa nyeri sekali," ujarnya seraya menyentuh area tubuhnya yang terasa nyeri.
Ia pun kembali teringat pada sebuah mimpi yang baru saja ia alami beberapa waktu lalu.
Sudah beberapa bulan terakhir dia selalu bermimpi bertemu dengan lelaki tampan, bahkan sudah berulang kali ia berusaha mencari keberadaan pria misterius itu namun nihil.
Wanita itu hanya bisa menemui lelaki tampan itu di dalam mimpinya. Bahkan setiap pagi hari, dia akan mendengar suara pria itu menggema di pikirannya, seperti halnya yang ia rasakan tadi pagi.
"Kenapa aku merasa pria itu berada di sekitarku? Sebenarnya dia itu nyata atau tidak, sih?" tanya wanita itu pada dirinya sendiri karena merasa kesal tak berhasil menemukan sosok lelaki misterius yang selama ini membuat mimpinya menjadi indah.
Bagaimana tidak, ketika ia bermimpi, pria itu selalu terlihat tampan dan gagah. Dengan balutan jas khas para bangsawan, pria itu menjamu wanita itu dengan baik.
"Apa dia nyata? Atau dia hanya ingatanku saja?" gumamnya lagi.
Wanita itu pun teringat dengan bulu perak yang selalu tertinggal di dekat jendela kamarnya ketika wanita itu bermimpi tentang lelaki itu. Bahkan setiap pagi dia selalu menemukan jendela kamarnya terbuka. Seolah lelaki itu benar - benar datang saat malam hari.
Tok !
Tok !
Tok !
Suara ketukan pintu pun menyadarkan wanita itu dari lamunannya. Wanita itu sontak membukakan pintu dan melihat siapa yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.
"Selamat pagi, Rosa!" sapa wanita yang berdiri depan pintu kamar wanita bernama Rosa.
"Ya, selamat pagi juga, Veza," balas Rosa.
Wanita bernama Veza itu tampak sudah rapi dengan pakaiannya. Bahkan rambut ikalnya sudah ia ikat ke atas.
"Kau mau ke mana?" tanya Rosa saat menyadari penampilan Veza yang sangat rapi pagi ini.
"Hari ini ada pameran di pusat Kota Terassen, Nyonya! Apa kau tidak mau melihatnya? Kabarnya, ada rombongan lelaki tampan dari Wendlyn yang datang dan turut meramaikan acara tahunan ini," ujar Veza bersemangat.
"Lalu?" tanya Rosa lagi.
"Bukankah kau mencari lelaki tampan misterius yang selalu datang ke dalam mimpimu tadi malam? Oh ya, apakah pria itu datang lagi malam ini?" tanya Veza seraya melirik ke bagian dalam kamar Rosa, atau lebih tepatnya ke arah jendela kamar Rosa guna memastikan apakah jendela itu kembali terbuka atau tidak.
Rosa menghembuskan napasnya malas, "Dia datang lagi. Tapi kali ini aku menyerah mencarinya. Sepertinya dia hanya ada di dalam mimpiku saja, Veza," ujar Rosa yang sudah malas membahas sosok lelaki tampan nan misterius yang selalu datang ke dalam mimpinya setiap malam.
Veza adalah seorang wanita yang bekerja untuk Rosa, atau bisa dikatakan pelayan pribadi Rosamund Pandora. Orang tuanya adalah pelayan untuk keluarga Pandora, yang merupakan salah satu saudara dekat dari Matthew Garbhan yang merupakan raja dari Kerajaan Odor. Jadi, secara tak langsung Rosa sendiri adalah keponakan dari Matthew.
"Dia datang, dan aku sudah menutupnya," balas Rosa seolah mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Veza.
"Bagus! Kalau begitu ayo bersiap dan kita pergi ke festival tahunan hari ini!" ujar Veza seraya mendorong bahu Rosa untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dan membantu wanita bersiap diri untuk menghadiri festival yang dimaksud oleh Veza.
Sedangkan Rosa hanya pasrah, sebenarnya wanita itu sudah malas dan menyerah mencari keberadaan lelaki tampan misterius yang berasal dari mimpinya. Namun karena Veza justru jauh lebih penasaran dari pada dirinya, tak ada salahnya jika dia tetap mencari lelaki itu kan?
Veza dan Rosa sudah mengenal selama 20 tahun, bahkan Veza dan Rosa seperti teman wanita seperti kebanyakan orang. Karena terlalu akrab, orang - orang tak akan mengira jika Veza adalah pelayan pribadi Rosa.
Di sisi lain, keluarga Pandora memang selalu bermurah hati pada pelayan mereka. Jadi tak heran, jika baik pelayan maupun sang tuan rumah akan tampak ramah dan menjaga satu sama lain selayaknya keluarga.
* * * * *
Veza sibuk memilih pakaian terbaik milik Rosa dari dalam lemari milik wanita itu. Sedangkan Rosa hanya terdiam duduk di tepi tempat tidurnya dengan handuk yang melilit di area dadanya.
"Pakai yang ada saja, Veza," titah Rosa pada Veza. Sebenarnya ia malas menunggu Veza yang masih memilihkan pakaian untuknya.
Jika hasilnya sama saja, mungkin hal itu akan sia - sia. Terlebih Rosa sudah yakin, jika pria dalam mimpinya itu tak akan pernah datang di kehidupan nyata. Atau mungkin bisa dikatakan sebagai karakter fiktif yang dibuat oleh ingatan Rosa sendiri.
Veza mengeluarkan sebuah dress berwarna putih dengan hiasan berwarna emas pada bagian dadanya. Dress itu terlihat elegan dengan lengan panjang yang menjuntai namun terbelah, sehingga menambah kesan artistik pada pakaian itu.
"Bagaimana dengan ini?" ujar Veza seraya menunjukan dress putih pilihannya ke hadapan Rosa.
Dengan malas, Rosa beranjak dari duduknya dan meraih dress itu.
"Aku pakai ini saja," ujar Rosa lalu mengambil pakaian itu dari tangan Veza lalu melepas handuknya dan mulai mengenakan dress tersebut di hadapan Veza.
Tak lupa, Veza pun turut membantu Rosa merapikan penampilan Rosa agar terlihat cantik. Dengan bantuan sebuah tusuk rambut berwarna emas, Veza pun menggulung rambut gelombang Rosa ke atas dan menusuknya dengan tusukan tersebut.
Veza menatap pantulan diri Rosa dari cermin yang berada di kamarnya. Matanya memicing seolah memikirkan sesuatu.
"Sepertinya ada yang kurang," ujar Veza dengan tangan yang bertumpu pada dagunya.
Lalu akal pintar Veza pun dengan cepat berjalan. Wanita itu segera menunduk di samping tempatt tidur Rosa dan menyibakkan sprei yang menjuntai ke lantai, lalu mengeluarkan kotak berwarna cokelat dan mengeluarkan sehelai bulu berwarna perak keemasan dari sana.
Dengan cepat, Veza menambahkan bulu itu sebagai hiasan pada rambut Rosa yang telah diikat rapi ke atas.
"Sudah pas," ujar Veza lagi setelah melihat penampilan Rosa.
"Apa ini tak akan terkesan aneh?" tanya Rosa seraya menatap pantulan dirinya di cermin dengan hiasan bulu aneh di atas kepalanya.
Veza menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak. Ini sudah pas. Lihatlah pakaianmu dan warna bulu itu. Bukankah terlihat serasi?" balas Veza menyamakan warna pakaian yang dikenakan oleh Rosa dengan sehelai bulu yang menancap di kepala Rosa.
"Oke. Ayo kita pergi," ajak Rosa lalu berjalan keluar dari kamarnya lebih dahulu diikuti dengan Veza yang mengekor di belakangnya.
Sebetulnya Rosa sangat malas pergi ke festival itu. Namun karena Veza bersikeras, sekuat apapun Rosa menolak pasti akan diajak oleh Veza. Lagi pula, hari ini Rosa tak ada kelas apapun, jadi dia bisa menikmati hari liburnya dengan baik dengan pergi ke festival bersama Veza.
Rosa tak terlalu berharap bertemu sang lelaki misterius itu, namun sebenarnya jauh dalam lubuk hatinya, dia masih penasaran dengan keberadaan lelaki itu.