Prolog

376 Kata
Plak! Suara tamparan pada wajah seorang gadis berseragam SMA, terdengar begitu nyaring. Pria dengan seringai mengerikan itu berjalan menjauh, kemudian mengambil sebuah pemukul bisbol yang terbuat dari kayu di sudut ruang tersebut. Pemuda itu pun kembali berjalan menghampiri mantan kekasihnya, yang tengah duduk di atas sebuah kursi kayu, dengan wajah dipenuhi darah dan luka memar, lalu setengah berlutut di hadapannya. “Lo gak akan bisa mutusin gue, Zeira!” ucap pemuda itu sembari mengarahkan pemukul bisbol pada bahu Zeira. “Gue punya alasan untuk mutusin lo, Bagas!” balas Zeira dengan suara bergetar. Bagas mendengkus sebal, lalu menatap Zeira dengan tatapan mengejek. “Ha! Apa alasan lo mutusin gue?” tanyanya menuntut penjelasan. Zeira yang tak ingin terlihat lemah di depan orang lain, menguatkan diri lalu mendongakkan kepala untuk menatap mantan kekasihnya itu. “Apa gue harus berpura-pura nutup mata, saat gue melihat dengan mata kepala gue sendiri, seorang cewek dengan perut membuncit, meminta pertanggung jawaban sama lo di belakang sekolah satu tahun yang lalu? Lo sadar gak? Lo udah hancurin masa depan cewek itu, demi memuaskan nafsu lo!” terang Zeira, menggebu. Bagas menghela napas kasar dengan kedua tangan berkacak pinggang. “Whoa jadi karena itu … padahal, kalau aja lo berpura-pura gak ngeliat kejadian itu, dan menutup telinga, lo gak akan mungkin berhenti jadi atlet renang sekolahan ini,” ujar Bagas dengan seringai jahat yang kembali ia perlihatkan. “Maksud lo apa?” tanya Zeira dengan dahi berkerut. Dan tepat setelah menanyakan hal itu, sebelah tangan yang memegang pemukul bisbol mulai mengayun, dan dalam hitungan sepersekian detik …. Bug! Suara pukulan yang sangat keras, kembali menggema dalam ruang tersebut, memecah kesunyian malam. Gadis berseragam sekolah itu membelalakkan mata, dengan napas tertahan, hingga dalam hitungan detik, akhirnya terjatuh dan ambruk di atas lantai dingin gudang belakang sekolah tersebut. “Jika sampai Arash tahu, atau bahkan anak-anak lain tahu, apa yang gue lakuin ini sama lo, gue bisa jamin, sahabat lo itu gak akan pernah bisa main basket lagi! Gue gak akan segan-segan menghancurkan masa depannya. Inget itu!” ucap Bagas memperingati. Zeira yang masih membuka setengah matanya, menatap kepergian pemuda b******k itu, sebelum akhirnya tak sadarkan diri dengan setetes air bening, terjatuh dari kedua sudut matanya. “Arash, tolong gue ….” ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN