Episode 1
Jakarta
Di Ancol..
"Juminten, tolong jaga Citra dan Tasya ya sebentar saja", kata Titah.
"Inggih bu"
(Iya bu), sambung Juminten.
"Jum..", kata Paijo.
"Inggih jo, ngapa ?"
(Iya jo, kenapa ?), tanya Juminten.
"Bu Fandi arep marang endi ?"
(Bu Fandi mau kemana ?), tanya Paijo.
"Ra ngerti jo, loh kok kowe neng kene ra bantu pak Fandi lan pak Arfan gawa tikar lan dhahar awan ?"
(Tidak tahu jo, loh kok kamu disini tidak bantu pak Fandi bawa tikar dan makan siang ?), tanya Juminten lagi.
"Ora Jum, tembung pak Fandi, aku di kongkon bantu kowe kanggo jaga mbak Citra lan mbak Tasya"
(Tidak Jum, kata pak Fandi, saya disuruh bantu kamu untuk jaga mbak Citra dan mbak Tasya), jawab Paijo.
"Oh ngono"
(Oh begitu), kata Juminten.
"Nggih Jum"
(Ya Jum), sambung Paijo.
"Mbak Rina", kata Titah.
"Inggih tah, punapa ?"
(Iya tah, kenapa ?), tanya Rina.
"Anak-anak ing pundi, wau ing mriki ta ?"
(Anak-anak dimana, tadi disini kan ?), tanya Titah.
"Inggih tah wau anak-anak ing mriki, terus mereka tedha idhi dhateng mbak konjuk dolan, punika mereka tah"
(Iya tah tadi anak-anak disini, terus mereka minta izin ke mbak untuk main, itu mereka tah), jawab Rina.
"Oh inggih, nggih sampun mbak, kita dhateng ngrika mangga, gabung kaliyan ingkang benten uga anak-anak kajengipun kamawon dolan ing ngrika"
(Oh iya, ya sudah mbak, kita ke sana yuk, gabung dengan yang lain dan anak-anak biar saja main di sana), kata Titah.
"Mangga tah"
(Yuk tah), sambung Rina.
"Assalamu'alaikum", mbah Sakiman, mbah Jumirah, mbah Oesman, dan mbah Diyah memberikan salam pada Arfan, Irfandi, Paijo, Juminten, Citra, dan Tasya.
"Wa'alaikumussalam", Arfan, Irfandi, Paijo, Juminten, Citra, dan Tasya menjawab salam dari mbah Sakiman, mbah Jumirah, mbah Oesman, dan mbah Diyah.
"Bojomu endi ?"
(Istrimu mana ?), tanya mbah Oesman.
"Punika mbah"
(Itu mbah), jawab Arfan dan Irfandi.
"Assalamu'alaikum", Titah dan Rina memberikan salam pada mbah Sakiman, mbah Jumirah, mbah Oesman, mbah Diyah, Arfan, Irfandi, Paijo, Juminten, Citra, dan Tasya.
"Wa'alaikumussalam", mbah Sakiman, mbah Jumirah, mbah Oesman, mbah Diyah, Arfan, Irfandi, Paijo, Juminten, Citra, dan Tasya menjawab salam dari Titah dan Rina.
"Loh anak-anak kalian mana ?", tanya mbah Dyah.
"Ada mbah, sedang main, itu di sana", jawab Titah.
"Oh..!!", seru mbah Dyah.
"Fandi, Irfandi", kata Arfan.
"Ya ngapa fan ?"
(Ya kenapa fan), tanya Irfandi.
"Sampeyan telepon eyang putri uga eyang kakung semah kita nggih ?"
(Kamu telepon nenek dan kakek istri kita ya ?), tanya Arfan dengan berbisik-bisik pada Irfandi.
"Mboten fan, punapa emange, kula kinten sampeyan wingi ingkang telepon eyang putri uga eyang kakung semah kita ?"
(Tidak fan, kenapa memangnya, saya kira kamu kemarin yang telepon nenek dan kakek istri kita ?), tanya Irfandi dengan berbisik-bisik pada Arfan.
"Kula ugi mboten Fandi"
(Saya juga tidak Fandi), jawab Arfan yang berbisik-bisik pada Irfandi.
"Menawi sanes sampeyan uga kula, terlewat sinten dong ingkang menghubungi eyang putri uga eyang kakung semah kita ?"
(Kalau bukan kamu dan saya, lalu siapa dong yang menghubungi nenek dan kakek istri kita ?), tanya Irfandi lagi yang masih berbisik-bisik pada Arfan.
"Ami, abi yang menghubungi mereka", jawab Titah yang mendengar percakapan Irfandi dan Arfan.
"Mami juga papi yang menghubungi mereka, kenapa papi keberatan ?", tanya Rina.
"Abi juga keberatan, kalau ami yang menghubungi mereka, iya ha.. ?", tanya Titah yang menjewer Irfandi.
"Aw, ampun mi sakit..", Irfandi kesakitan saat Titah menjewer nya.
"Ya sudah sekarang jawab, keberatan ami hubungi si mbah, bi ?", tanya Titah lagi.
"Benar tuh apa yang dibilang Titah, sekarang jawab ?", tanya Rina lagi.
"Huh..", Arfan menghela nafas.
"Fan bagaimana ini sekarang kita sudah terpojok oleh istri kita, haduh.. ?", tanya Irfandi lagi.
"Pasrah saja kita yuk", jawab Arfan lagi.
"Oke, tapi sebelum kita jawab, kita tarik nafas dulu yuk, bagaimana ?", tanya Irfandi lagi.
"Oke, kamu ya yang menghitungnya Fandi ?", tanya Arfan.
"Oke fan, satu.., dua.., tiga..", jawab Irfandi.
"Huh..", Arfan dan Irfandi menghela nafas.
"Jawab Abi", kata Titah.
"Papi juga jawab", sambung Rina.
"Enggak kok mi", jawab Arfan dan Irfandi.
"Bohong ?", tanya Titah dan Rina.
"Benar mi, kita tidak bohong kok, kalau tidak percaya tanya saja dengan kakak ipar mu mi, ya kan fan ?", tanya Irfandi lagi.
"Iya tah, mi, kita tidak bohong dan juga tidak keberatan kok", jawab Arfan.
"Oke, tah gimana sekarang ?", tanya Rina lagi.
"Diberikan hukuman dong mbak", jawab Titah.
"Boleh tuh, tapi hukuman apa ya ?", tanya Rina lagi.
"Tunggu sebentar", jawab Titah lagi.
"Fan, Arfan", kata Irfandi.
"Iya Fandi, ngapa ?"
(Iya Fandi, kenapa ?), tanya Arfan.
"Kok perasaan kula mboten eca nggih fan"
(Kok perasaan saya tidak enak ya fan), jawab Irfandi lagi.
"Inggih nggih Fandi sami perasaan kula ugi mboten eca"
(Iya ya Fandi sama perasaan saya juga tidak enak), kata Arfan.
"Oke, hukuman untuk abi dan mas Arfan adalah..", kata Titah.
"Duh Fandi bagaimana ini deg deg an nih sekarang, apa lagi yang memberikan hukuman itu adalah istrimu, kita kan tahu kalau istrimu memberikan hukuman pasti berat", sambung Arfan.
"Mugi-mugi mboten fan, menawi inggih haduh gimana niki"
(Mudah-mudahan tidak fan, kalau iya haduh bagaimana ini), kata Fandi.
"Hukumannya kalian cari anak-anak yang sedang main dan bilang di cari oleh eyang buyutnya", sambung Titah.
"Oke mi", kata Irfandi lagi.
"Laksanakan mi, tah, kita pergi dulu cari anak-anak ya", sambung Arfan lagi.
"Hemmmmm..!!", seru Rina dan Titah.
"Assalamu'alaikum", Irfandi dan Arfan memberikan salam pada Rina dan Titah.
"Wa'alaikumussalam", Rina dan Titah menjawab salam dari Irfandi dan Arfan.
Pak Arfan dan pak Irfandi mencari anak-anak mereka, sementara itu Kamil yang sedang bermain menemukan sebuah botol dan membuka tutup botol tersebut, lalu keluarlah Joni dari botol itu, Joni adalah jin yang di kurung oleh ayahnya, karena sebuah kesalahan.
Kamil yang melihat Joni merasa ketakutan dan Kamil pun lari, pak Arfan dan pak Irfandi yang melihat Kamil lari dengan ketakutan merasa kebingungan.
Lalu pak Irfandi mengejar Kamil, sedangkan pak Arfan masih mencari anak-anak dan memanggil anak-anak untuk makan siang yang sudah di persiapkan oleh ibu mereka.
"Mil..", kata Ridho.
"Iya dho, ana apa ?"
(Iya dho, ada apa ?), tanya Kamil.
"Awake dolan apa ya enaknya ?"
(Kita main apa ya enaknya ?), tanya Ridho.
"Dolan balang ajang wae yuk, nih ajang plastike untung wae aku gawa saka omah, gimana arep ora ?"
(Main lempar piring saja yuk, nih piring plastiknya untung saja saya bawa dari rumah, gimana mau tidak ?), tanya Kamil.
"Oke, yuk awake dolan"
(Oke, yuk kita main), jawab Ridho.
"Oke..!!", seru Kamil.
"Duh Fandi, anak-anak mana ya, capek nih dari tadi cari tidak ketemu-ketemu", keluh Arfan.
"Sabar fan, yuk kita cari lagi, masih mending kita dikasih hukuman cuma cari anak-anak doang, bukan hukuman yang lain, sudah yuk kita cari lagi", kata Irfandi.
"Oke yuk kita cari lagi anak-anak", sambung Arfan.
"Yuk fan", kata Irfandi lagi.