Bab 4 – Dua Belas Musuh

1254 Kata
Gerbang sekolah sore itu bukan lagi sekadar pintu keluar. Suasananya berubah menjadi medan yang tegang—seolah udara berhenti bergerak ketika Alvaro dan Dina melangkah mendekat. Mata-mata siswa yang masih tertinggal menatap mereka, sebagian dengan bisik-bisik penasaran, sebagian lagi dengan ketakutan yang jelas. Di depan gerbang, berdiri mereka. Dua belas orang. Gerombolan dengan tubuh besar, d**a bidang, dan tatapan penuh tantangan. Mereka bukan sekadar siswa nakal—mereka adalah geng Anton, kelompok yang selama ini memegang “kekuasaan” tak resmi di SMA Satu Nusa. Dan hari ini, mereka menunggu seseorang. Menunggu Alvaro. Dina menggenggam lengan kakaknya tanpa sadar. Tangannya gemetar halus. “K-Kak… mereka banyak sekali,” bisiknya, suaranya dipenuhi kecemasan. “Apa kita… tidak bisa pulang lewat belakang saja?” Alvaro menggeleng. Tenang. Penuh keyakinan. “Sudah terlambat. Mereka memang menunggu kita.” “Lalu… kita harus apa?” “Kita tidak mundur.” Dina menelan ludah. “Tapi mereka dua belas orang…” “Tepatnya,” Alvaro mengoreksi pelan, “dua belas target.” Mata Dina membesar. “K-Kak!” Alvaro menoleh dan tersenyum kecil—senyum yang dalam kondisi normal mungkin menenangkan, tapi saat ini, justru membuat jantung Dina semakin berdebar. “Tenang. Tak satu pun dari mereka bisa menyentuhmu.” [SISTEM AKTIF] Saat Alvaro melangkah maju, sebuah jendela hologram muncul di hadapannya. Status Alvaro Kekuatan Fisik: 35 Kecerdasan: 40 Kecepatan: 40 Kemampuan Khusus: Karate Lv.1 Saldo: Rp. 996.000.000.000,- Poin Tersedia: 100 Alvaro mengangguk kecil. “Harus kuperkuat keukauatn fisikku sebelum menghadapi mereka.” 1. Menambah Kekuatan Fisik Apakah Anda ingin menambah 50 poin ke Kekuatan Fisik? Biaya: 30 poin ✔ YA ding Kekuatan Fisik bertambah! Kekuatan Fisik: 35 → 45 Tubuh Alvaro terasa seperti diisi energi baru. Otot-ototnya mengencang, napasnya lebih stabil. Seolah seluruh dunia tiba-tiba melambat—dan ia sendiri bergerak lebih cepat. 2. Meningkatkan Kemampuan Karate Naikkan Karate Lv.1 → Lv.2? Biaya: 10 poin ✔ YA ding Karate meningkat ke Level 2! Serangan meningkat. Efisiensi gerakan naik. Keakuratan naik. Sisa poin: 40. Alvaro menghela napas. “Sudah cukup.” Dina menatap perubahan ekspresi kakaknya—ia tahu ada sesuatu yang tidak biasa terjadi, meski ia tidak melihat jendela sistem itu. “Apa… kakak siap?” tanya Dina pelan. Alvaro mengusap kepala adiknya. “Selalu.” Geng Anton Bergerak Salah satu dari mereka, yang tampaknya menjadi komandan lapangan, maju ke depan. Tubuhnya tinggi, rambut dipotong cepak, ototnya besar. Ia menatap Alvaro dengan sinis. “Kau yang bikin rusuh tadi pagi, ya?” Alvaro tidak menjawab. Cowok itu mendekat satu langkah. “Kau juga yang bikin Anton kesal. Dan kau yang baru saja mempermalukan guru dan kepala sekolah kami.” Ada desisan kesal dari anggota geng di belakangnya. “Jadi begini,” lanjutnya. “Kami diminta ngasih pelajaran.” Alvaro hanya mengangkat dagu sedikit. “Tidak tertarik.” “Terlambat.” Cowok besar itu mengangkat tangan, memberi isyarat. Semua dua belas anggota langsung menyebar, mengitari Alvaro dan Dina seperti serigala mengurung mangsanya. Dina menegang. “K-Kak, mereka mengepung!” “Berdirilah di belakangku.” Salah satu anggota tertawa, menunjuk Dina. “Tenang, Dik. Kami cuma mau main sama kakakmu.” Alvaro menoleh tajam. Tatapannya… dingin. Mematikan. Tatapan yang membuat satu anggota geng spontan mundur setengah langkah. “Sentuh adikku,” kata Alvaro pelan, “maka kalian tidak akan pulang berjalan.” Mereka tertawa—tapi tawa itu goyah. [SISTEM: ANALISIS MUSUH] Sebuah tabel hologram muncul. Analisis Geng Anton (12 target): Kekuatan tertinggi: 30 Kekuatan terendah: 18 Rata-rata: 24 Rekomendasi: Menang sangat mudah. Peluang kemenangan: 100% Alvaro tersenyum tipis. “Tidak seimbang.” Pertarungan Dimulai Cowok besar paling depan mengayun pukulan ke wajah Alvaro. Cepat, namun tidak cukup cepat. Bagi Alvaro, gerakan itu terasa lambat seperti film diputar setengah kecepatan. Alvaro menghindar setengah langkah—dan… BUK! Satu pukulan lurus mendarat tepat di ulu hati lawannya. Cowok itu terangkat sedikit dari tanah sebelum jatuh terlipat, batuk-batuk tidak bisa bernapas. “SATU,” ujar Alvaro dingin. Dua anggota langsung menyerbu dari kanan dan kiri. Tapi Alvaro berputar seperti bayangan. Sikutnya menghantam rahang kanan musuh. Kakinya menyapu kaki musuh yang kiri. BRAK! BRAK! Dua tubuh jatuh bersamaan. “TIGA.” “BRUTAL JUGA KAU!” teriak salah satu anggota sambil mengayunkan besi kecil yang ia sembunyikan. Dina menjerit, “Kak! Dia bawa—” Namun sebelum kalimatnya selesai… DEDUM! Tendangan berputar ala karate—bersih, cepat, bertenaga—menghantam wajah pemegang besi itu. Benda itu terpental jauh, pemiliknya terjatuh berguling dua kali sebelum tidak bergerak. “EMPAT.” Satu lagi datang dari belakang, mencoba mencekik. Alvaro meraih lengannya, memutar posisi, mengunci bahu lawan, lalu— KRAAAK! Jeritan melengking memenuhi udara. “A-AAAKH!!” Tangannya terkilir, bahunya terlepas. Alvaro melepaskannya begitu saja. “Lima.” Dina menutup mulut, matanya membesar. “K-Kak… kakak… kuat sekali…” Namun belum selesai. Tiga orang sekaligus menyerbu. Salah satunya mencoba menendang, dua lainnya hendak menarik Alvaro dari sisi lain. Alvaro melompat sedikit ke belakang—menghindari tendangan, menangkap pergelangan tangan salah satu penyerang, menariknya maju— DUAAAR! Kepala mereka berdua saling terbentur. Keduanya ambruk. “Tujuh.” Sisa satu yang menyerbu bersamaan mencoba memukul d**a Alvaro. Alvaro menangkis, memutar pergelangan tangan musuh, dan menghajar rusuknya. TEK! Musuh mengerang keras, jatuh berlutut sambil memegangi pinggang. “DELAPAN.” Dina hanya bisa menatap dengan wajah yang sulit digambarkan—campuran ketakutan, kekaguman, dan keterpukauan. “Kak… ini… kakak bukan kak Varo yang dulu…” gumamnya lirih. Tersisa Tiga Tiga anggota geng tersisa mulai panik. Keringat dingin membasahi pelipis mereka. “Gila dia!” “Mana mungkin kekuatan segitu…” “Ini bukan manusia!” Salah satu dari mereka berusaha kabur. Alvaro muncul di depannya dalam satu langkah cepat—lebih cepat dari yang matanya bisa tangkap. Tamparan keras mendarat di pipi cowok itu. PLAK! Bukan tamparan biasa—tamparan itu membuat cowok itu terpelanting beberapa meter dan jatuh pingsan. “SEMBILAN.” Dua terakhir berdiri terpaku. Mereka saling melirik, gemetar. “K-Kita… lawan bareng?” “Lawan dia? Kau gila?!” Tapi sudah terlambat. Salah satu mencoba lari, namun Alvaro menarik kerahnya, memukul punggungnya dengan tangan terbuka. BRUG! Cowok itu jatuh seolah tulang-tulangnya dilepas. “SEPULUH.” Yang terakhir berjongkok, gemetar seperti anak kecil ketakutan. “A-aku menyerah! Maaf! Maaf! Kami cuma—” “Bangun,” ujar Alvaro dingin. Cowok itu menggeleng keras. “Bangun,” ulang Alvaro dengan nada lebih tajam. Cowok itu akhirnya berdiri ketakutan. Alvaro mendekat, wajahnya datar. “Kau pemimpin lapangan kalian?” “A-aku… iya…” “Baik.” Tanpa peringatan — DUARRR! Sebuah pukulan ke perut membuat cowok itu terangkat dari tanah sebelum terhempas ke belakang. “DUA BELAS.” Keheningan menguasai gerbang sekolah. Setelah Pertarungan Semua anggota Geng Anton tergeletak. Menggeliat, meringis menahan sakit, atau tidak sadarkan diri. Dina berdiri terpaku, kedua tangannya menutup d**a, napasnya memburu. “K-Kak… kau… kau mengalahkan mereka semua… sendirian…” Alvaro menghela napas perlahan, seolah baru selesai olahraga ringan. “Tidak perlu takut. Mereka bukan apa-apa.” Tapi Dina tetap menatap kakaknya dengan takut sekaligus bangga. “Kak… kau benar-benar berubah.” Alvaro akhirnya menatapnya. “Aku tidak berubah.” Ia menatap ke depan, pada dua belas tubuh terkapar. “Aku hanya… mulai mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku.” Kemudian ia melangkah ke depan, berdiri tegak di tengah lingkaran musuh yang tumbang. Mata Alvaro tajam, dingin, menusuk—tatapan seseorang yang siap menghadapi dunia. Satu per satu ia menatap semua anggota geng yang terbaring tak berdaya. Tidak ada belas kasihan. Hanya ketegasan. Hanya kekuatan. Hanya peringatan. Jangan sentuh keluargaku. Angin sore berhembus pelan melewati rambutnya, seolah mengakui bahwa medan ini sekarang… miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN