Chapter 2

1674 Kata
TIIIT....TIIIT Suara klakson mobil menghentikan langkah Kim Yesung, saat ia menoleh ke kanan mobil yang kemarin ia tumpangi berada di sana, kemudian kaca mobil diturunkan dan nampaklah wajah khawatir seorang Cho Kyuhyun, tepat di samping jok pengemudi, terdapat bocah 10 tahun yang menatap Ayahnya. "Appa!" Dan berseru tidak terima. "Yesung naiklah." Tanpa mengindahkan seruan Siwon, Kyuhyun berucap demikian. "Aku sendiri saja," Keras kepala sekali Kim Yesung dan itu membuat Kyuhyun sedikit kesal. "Yesung, naik." Titahnya sekali lagi dan kini jawaban Yesung sama, ia menggeleng. "Aku tahu jalan." Belanya, tetap kukuh pada keinginannya berangkat sekolah sendiri. "Bukan itu yang ku khawatirkan." Akhirnya Kyuhyun turun dari mobil dan berjongkok di depan Yesung. "Bagaimana kalau ada yang mencelakaimu, huh?" Mata Kyuhyun serasa menusuk matanya, dan Yesung kembali menggeleng. "Maaf, bukannya aku tidak menghargai kebaikanmu, tapi bukankah anakmu lebih penting daripada aku?" Yesung melirik Siwon sekilas. "Yesung..." Panggil Kyuhyun sambil memegang kedua pundak bocah itu. "...Siwon memang anakku dan jelas dia lebih penting dari apapun... tapi kenapa aku harus meninggalkanmu sementara kalian pergi ke tujuan yang sama?" Ucap Kyuhyun lembut. Yesung terdiam, masih menatap ke mata Kyuhyun. Sebenarnya ia mau-mau saja pergi ke sekolah diantar lelaki itu, hanya saja ia merasa tidak enak dengan Siwon. Bahkan Yesung merasa Siwon enggan menatap dirinya, dan itu membuat ia tidak enak hati jika pergi bersama mereka. Yesung tidak ingin Siwon merasa bahwa ia merebut Kyuhyun, Ayah bocah tampan itu. "Kau memikirkan Siwon?" Tepat sasaran. Dan entah kenapa kepala Yesung mengangguk. "Yesung, dia hanya anak kecil, sama sepertimu. Kau tahu kalau anak kecil pasti cemburu melihat orang tuanya dekat dengan anak lain, kan?" Lagi-lagi Yesung mengangguk. "Aku hanya tidak ingin Siwon merasa kalau aku merebut kau darinya." Kyuhyun menggeleng. "Ayolah Yesung, bahaya anak kecil jalan sendiri." Terpaksa Kyuhyun menyeret Yesung agar masuk ke dalam mobilnya. Awalnya Yesung memang berontak, tapi saat sudah masuk ke dalam mobil perlawanannya meredam. Kyuhyun kembali duduk di jok pengemudi dan menemukan Siwon menatapnya, lagi-lagi penuh kebencian. "Siwon, kapan kau bisa dewasa?" Sedan putih itu kembali bergerak dengan kecepatan sedang. Keluar dari jalan kompleks perumahan, mobil Kyuhyun membaur dengan mobil-mobil lainnya di jalan raya yang syukurnya tidak macet pagi ini, atau memang Seoul tidak pernah macet. Suasana dalam mobil hening dengan dua bocah saling diam dan satu lelaki dewasa sibuk mengemudi. "Ingat baik-baik Kim Yesung. Jangan pernah dekati Appaku!" Tanpa menoleh ke belakang Siwon berseru lumayan nyaring dan tentu Yesung mendengar. Si manis hanya menundukkan kepala. XXX "Bagaimana?" Seorang pemuda lajang yang belum menikah diusia yang sudah memasuki kepala tiga itu mengimbangi langkahnya dengan sosok tampan yang masuk ke dalam gedung sebuah perusahaan. "Apanya?" Balas sosok tampan itu tidak mengerti. "Yesung." Cho Kyuhyun menatap ke samping kiri di mana sang penanya berada. "Sepertinya Siwon sangat membenci Yesung." Mereka berdua berhenti di depan pintu lift dan menekan tombol naik ke atas, tidak lama kemudian pintu terbuka lalu keduanya segera masuk. Jari lentik pemuda lajang itu menekan angka lima dan mereka merasakan lift mulai bergerak ke atas. "Anak mana yang tidak benci pada orang asing yang tiba-tiba dibawa pulang ayahnya." Kyuhyun tahu itu. Siwon pasti sangat membenci Yesung karena ia tiba-tiba membawa Yesung ke rumah mereka bahkan tanpa persetujuan dari anaknya. Ia akui ini memang salahnya tapi ia tidak peduli. "Mungkin juga Siwon benci Yesung karena dia mengira Yesung adalah anak dari istri simpananmu." Pemuda itu tertawa atas candaan garing yang ia lontarkan. "Tidak, aku tahu persis pikiran Siwon dan tidak mungkin dia berpikiran sampai kesana." Pintu lift terbuka menampakkan dua lelaki bersetelan jas rapi, Kyuhyun keluar duluan diiringi pemuda itu mengekor di belakang. "Kau tidak mau menjelaskan yang sebenarnya pada Siwon?" Langkah Kyuhyun terhenti hanya untuk menatap Lee Hyuk Jae yang berada beberapa langkah di belakang. "Sekalipun aku mengatakan kenyataan, Siwon tak akan mengerti dan tetap membenci Yesung." "Kenapa kau yakin sekali?" Cho Kyuhyun menghela napas. "Anak itu sama denganku..." Jeda cukup lama dan Hyuk Jae tetap betah menunggu kelanjutan ucapan Kyuhyun. "Empatinya kurang." Setelah mengakhiri kalimatnya, Kyuhyun berlalu pergi menuju salah satu ruangan di lantai lima tersebut. Hyuk Jae yang biasa disapa Eunhyuk memamerkan senyum anehnya, matanya tak lepas dari Kyuhyun hingga sosok itu tertelan salah satu pintu ruangan yang di depannya bertuliskan Chief Executive Officer. XXX Jam pelajaran telah berlangsung sekitar 30 menit yang lalu dan selama itu juga perhatian Siwon tak lepas dari sosok yang nampak fokus memperhatikan penjelasan Guru. Sosok yang duduk paling depan kanan kelas. "Apa yang kau lamunkan?" Park Jung Soo mengikuti arah pandang Siwon dan menemukan pemandangan yang sama. "Yesung?" Leeteuk -sapaan akrab Jung Soo- mengernyit. "Ada angin apa kau memperhatikan orang?" "Bukan urusanmu." Balas Siwon ketus. "Ku lihat pagi ini kau turun dari mobil bersamanya." Tanpa mengerti nada bicara Siwon -yang sekarang tidak ingin diganggu- Leeteuk tetap bersuara. Kim Yesung yang sedaritadi jadi objek pandang mereka menoleh ke sudut belakang kiri kelas dan bertemu tatap dengan Siwon, namun segera si manis mengalihkan perhatiannya. "Kau bisa cerita padaku." Tawar Leeteuk suka rela. Siwon tidak mempedulikannya. Jam istirahat tiba dan semua murid kelas 4 berlarian keluar kelas, termasuk Siwon, Leeteuk, Lee Donghae dan Kangin. Niat awal Siwon memang mau keluar kelas untuk membeli makanan dan mengisi perutnya yang keroncongan, hanya saja saat melalui pintu keluar kelas tatapannya terpusat pada Kim Yesung. Yesung menunduk saat mata Siwon terarah padanya. "Ada apa?" Tanya Donghae dan ikut menatap Yesung. "Tidak, ayo." Siwon meneruskan langkah diiringi ketiga temannya. Seperti biasa, saat jam istirahat tiba Yesung hanya diam dalam kelas, banyak kegiatan yang bisa ia lakukan, entah itu menjawab soal matematika, mereview kembali penjelasan guru maupun menulis sesuatu di buku kecilnya. Kegiatan sederhana itu entah mengapa membuat Yesung bahagia, meski tidak punya teman dan hanya menjadi pengamat di kelas tapi itu sudah cukup untuknya. Ia memang bukan tipe orang yang pandai bergaul atau memulai suatu percakapan dan mencari topik bagus untuk dibahas, mungkin karena itu tidak ada yang ingin menjadi temannya, ia kuno dan membosankan. Yesung membuka-buka buku kecil yang biasa ia jadikan teman curhat, tangannya terhenti saat akan membalik halaman selanjutnya. Tepat di halaman yang sekarang ia pandangi, terdapat foto keluarga kecilnya dulu. Ada Ayah, Ibu dan Hyungnya. Ia tersenyum miris sambil mengusap foto itu. Seminggu yang lalu, tepatnya saat ulang tahun Kim Yesung yang ke 10, orang tua beserta hyungnya tewas mengenaskan ketika dalam perjalanan menuju rumah penitipan anak yang kebetulan kala itu ia berada di sana. Ada saat tertentu di mana ia dititipkan, karena kakak, Ibu dan Ayahnya adalah pengusaha yang sering bepergian, maka dari itu ia sering dititipkan. Dan sialnya, tepat di hari yang seharusnya membahagiakan, ia malah merasa menderita ketika mendengar keluarganya tewas entah karena apa. Yesung tentu shock harus kehilangan tiga anggota keluarga sekaligus. Ia pikir akan tinggal di panti asuhan dan memang benar, sehari setelah pemakaman orang tua dan kakaknya usai, ia dimasukkan ke panti asuhan, namun tak berselang lama, rekan bisnis Ayahnya menjemput ia dari tempat itu dan menawarkan perlindungan. Yesung awalnya menolak dengan alasan tak ingin menyusahkan, tetapi lelaki itu memaksa, dan... akhirnya ia ikut orang itu lalu tinggal bersamanya. Benda di dalam tas Yesung berbunyi menandakan ada satu pesan masuk, ia mengambil handphone pemberian Kyuhyun dan mendapati pemberitahuan email. 'From : kyuhyuncho03@kyss.com To : kimyesung1106@kyss.com Untuk makan siang, mau makan apa?' Isi pesan singkat itu. Yesung diam sejenak karena ia memang tidak tahu harus membalas apa. Saat tangannya hendak mengetikkan sesuatu, handphone dalam genggamannya dirampas, ia menatap pada si pelaku. "S-Siwon..." Gagap Yesung, wajahnya terlihat ketakutan. "Awas saja kalau kau membalas." Siwon menghapus email dari Ayahnya lalu menyerahkan kembali ponsel tersebut pada Yesung. Lelaki manis itu menunduk. "Iya." Gumamnya singkat. "Ada apa, Siwon-ah?" Kangin bertanya ketika menginjakkan kaki ke ruang kelas dan mendapati Siwon berdiri di sana sambil menatap tajam pada Yesung. "Benalu ini menggangguku." Leeteuk, Donghae serta Kangin menatap Yesung bersamaan. "Berani sekali dia dengan Cho Siwon." Leeteuk menyilangkan tangan di depan d**a. "Kalau masih mau hidup, jangan buat Siwon marah." Donghae berucap seakan berbisik namun masih bisa Yesung dengar. Yesung tidak membalas melainkan hanya mengangguk. XXX Tepat pukul 12.30 semua siswa di sebuah sekolah dasar dipulangkan. Di antara banyaknya kerumunan anak yang berlari menghampiri orang tua mereka, terdapat Kim Yesung berjalan dengan langkah gontai. Tidak jauh dari Yesung, Siwon nampak bercanda-ria bersama teman-temannya. Kemudian jalan Yesung terhenti. "Hei." Ketika suara yang ia yakini milik Kangin terdengar. "Kim-Pabbo!" Dilanjutkan suara Donghae. "Sudahlah... jangan ganggu dia..." Ucap Leeteuk menengahi. "Aku jadi benci padanya karena dia berani pada Siwon." Astaga, pikir Yesung. Darimana mereka menarik kesimpulan bahwa dirinya berani dengan anak tertampan di kelas 4-B itu, menatap matanya saja sudah membuat lututnya lemas. "Yesung, tolong bawakan." Siwon melempar tasnya pada Yesung dan syukurlah refleks Yesung bagus hingga tas itu dapat ia tangkap. Langkahnya kembali berlanjut, namun kali ini Yesung berjalan di belakang Siwon yang kembali bercanda bersama ketiga teman akrab lelaki itu. "Yesung." Panggil Siwon sambil menghentikan jalan. "Tolong, ya." Siwon melirik sepatunya dan dapat Yesung lihat tali sepatu Siwon lepas. Yesung menatap keadaan sekitar, mereka sudah berada di luar gerbang sekolah dan disini lumayan sepi, hanya ada beberapa anak yang menunggu jemputan. Walau enggan namun akhirnya Yesung tetap melakukan suruhan Siwon, mengikatkan tali sepatu untuk seseorang tidaklah buruk, setidaknya itu yang Yesung pikir. "Cho Siwon!" PLAK Yesung mendongak dan mendapati Kyuhyun sudah berdiri di depan mereka. Siwon memegangi pipi kanannya merasa sakit di sana. "Seumur hidup aku tidak pernah mengajarimu seperti ini." Disuara itu tersirat kemarahan yang besar tetapi berbanding terbalik dengan ekspresi datar Kyuhyun. "Appa..." Gumam Siwon tidak percaya. "Ini salah paham..." Telihat teman-teman Siwon mencoba membela lelaki itu. "Jangan ikut campur, sebaiknya kalian pulang." Kata Kyuhyun dingin, ketiga bocah itu segera lari. Sementara Siwon masih memegangi pipinya dan menatap tidak percaya pada sang Ayah. Bagaimana tidak, Ayah yang bahkan tak pernah mencubitmu tapi tiba-tiba menamparmu hanya karena masalah 'sepele'? "Kyuhyun..." Gumam Yesung yang masih jongkok di tempatnya. "Ini bukan salah Siwon." Ia berdiri. "Aku yang mau mengikatkan tali sepatunya." Siwon tahu Yesung mencoba membela dan ia sungguh tidak butuh itu. "Aku lihat semuanya." Kyuhyun menatap tajam pada Siwon. "Jadi sekarang Appa lebih sayang si benalu ini?" Tunjuknya pada Yesung. "Dia bukan benalu, Siwon-ah." Ucap Kyuhyun, tatapannya mengambang pada Yesung yang sekarang kepalanya menunduk. To Be Continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN